Samudra di Antara Kita
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama.
Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pria itu sudah menghamili gadis lain.
Kedua orang itu seharusnya tidak saling jatuh cinta karena selain mereka dosen dan murid, Anna berasal dari keluarga dengan status ekonomi jauh di atas Dayton. Dan lagi Anna juga harus segera pulang ke Indonesia setelah lulus.
Seolah semua alasan itu belum cukup, masih ada seorang, Justin, yang merasa ia jauh lebih pantas untuk Anna, yang siap melakukan apapun juga, termasuk membocorkan cacat masa lalu Dayton, untuk memastikan dirinya lah yang mendapatkan gadis itu.
Tapi apakah kita memang bisa memilih orang yang akan kita cintai?
arleen315Aku tidak mengenali nomornya jadi aku tidak mengangkatnya. Tapi lalu sebuah pesan whatsapp dari nomor yang sama masuk.
Pesan penting untuk Ibu Anna Kusumahadi. Dari sekolah menengah Lighthouse. Mr Dayton mengalami kecelakaan. Mohon telpon diangkat.
Jantungku serasa jatuh ke lantai. Aku langsung menelpon kembali nomor itu.
“Halo? Apakah ini Ibu Anna Kusumahadi?” tanya suara seorang pria dengan logat Batak yang kental.
“Ya, saya sendiri,” kataku.
“Selamat siang, Bu. Saya Binsar, rekan kerja Dayton di sekolah Lighthouse. Nomor Ibu terdaftar sebagai nomor kontak darurat untuk Dayton,” katanya.
“A.. apa yang terjadi pada Dayton? Pesan anda tadi menyebut kecelakaan?” tanyaku.
“Ya, Bu. Maaf saya hendak mengabari bahwa Dayton mengalami kecelakaan dan sedang berada di rumah sakit,” katanya.
“Ke.. kecelakaan macam apa? Apakah dia baik-baik saja?” tanyaku. Pria itu tidak menjawab. Sepertinya dia sedang berbicara dengan orang lain. “Halo? Halo? Pak Binsar? Anda masih di sana?” tanyaku.
“Ya. Maaf, Bu. Aku harus berbicara dengan dokter sekarang. Aku akan mengirimkan lokasi rumah sakitnya,” katanya dan ia menutup telpon.
Aku memandangi telponku dengan bingung. Lalu aku membuka address book ku dan mencari nomor ponsel Indonesia Dayton. Nomor yang dia gunakan untuk menelponku setiap hari selama empat bulan ini dan tak pernah kuangkat. Nomor yang digunakannya untuk mengirimkan begitu banyak pesan whatsapp kepadaku yang tak pernah kubaca. Tanganku gemetar saat menekan tombol hijau untuk membuat panggilan. Panggilan tersambung tapi tidak diangkat. Aku membuat panggilan itu lagi. Tetap saja tidak diangkat.
“Tolong, Tuhan. Tolong buat dia angkat. Tolong buat dia baik-baik saja,” mohonku sambil membuat panggilan kembali. Tidak diangkat. Ponselku bergetar. Ada pesan whatsapp yang masuk. Pesan dari teman Dayton tadi berisi lokasi rumah sakitnya. Rumah sakit itu di dekat Bogor. Aku meraih tasku dan berlari keluar dari ruang kantorku seolah seluruh gedung sedang habis dilahap api.
|
How do you feel about this chapter? |
|||||
|
|
|
|
|
|
| 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
Comments (1)
Similar Tags
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page