Aku ditawari pekerjaan mengajar di Santa Clara University. Rupanya mereka suka buku yang kutulis bersama temanku, si Ben itu. Mungkin benar yang mereka katakan. Kartu nama terbaik yang bisa kau miliki adalah sebuah buku. Begitu kau menjadi seorang penulis yang bukunya diterbitkan, buku itu akan membuka banyak pintu untukmu. Penawaran mereka sangat baik. Bayarannya, tentu saja, jauh lebih tinggi dari bayaran di Foothill. SCU toh terkenal sebagai salah satu universitas swasta yang baik dan mahal. Dan posisi yang ditawarkan sangat bergengsi. Semua orang waras akan langsung menerima tawaran ini. Tapi aku malah ragu. Tawaran ini membuatku sadar bahwa ternyata ada opsi-opsi pekerjaan lain untukku selain mengajar di Foothill. Dan bila seperti itu kenyataannya, mungkin aku harus mencoba melamar ke universitas yang jauh. Mungkin di Texas, atau salah satu universitas di pesisis timur. Karena bila aku dapat meninggalkan Foothill dan semua kenangan itu, untuk apa aku pindah ke SCU? Tempat itu mempunyai kenangan yang sama banyaknya dengan Foothill. Setiap sudutnya mengingatkanku pada Anna. Kami begitu sering berjalan-jalan di kebun mawarnya. Kami begitu sering makan di cafetarianya. Kami begitu sering bercumbu di sudut-sudut perpustakaannya seperti sepasang anak remaja. Aku tidak tahu berapa kali aku menjemputnya di depan gereja Mission di SCU itu. Jadi aku memang belum menerima tawaran SCU. Aku sudah memberitahu Dekan nya bahwa aku perlu waktu lebih lama untuk berpikir. Ia lalu mengundangku untuk datang ke acara wisuda mereka supaya aku dapat bertemu dengan pengajar lainnya. Upacara wisuda SCU memang terkenal meriah. Mereka hampir tidak pernah melaksanakannya di dalam gedung, selalunya di luar. Itu cara mereka untuk memamerkan kampus mereka yang indah. Jadi di sanalah diriku, mengendarai mobilku memasuki kompleks SCU. Dan pikiran tentang Anna langsung menyerbu masuk. 19 tahun, 8 bulan dan 22 hari sejak terakhir kali aku bertemu dengannya di Jakarta. Tapi rasa sakitnya begitu nyata. Bukankah waktu seharusnya membuat rasa sakit ini berkurang? Mengapa belum berkurang juga? Berapa lama lagi aku harus menunggu?
Lalu aku melihatnya! Mungkin jika kau begitu ingin melihat seseorang, matamu mulai melihat orang yang ingin kau lihat itu bahkan saat dirinya tidak benar-benar ada. Aku berkedip. Tapi dia masih ada di sana. Ia berjalan di antara seorang pria muda tinggi dengan jubah wisuda dan seorang remaja putri yang membawa buket bunga besar. Jantungku melompat. Tapi lalu mereka belok ke arah lapangan dan aku tak dapat melihat mereka lagi. Apakah itu benar-benar dia? Atau hanya seseorang yang mirip dia? Secepatnya aku memarkir mobilku dan aku pun berlari ke arah lapangan tempat upacara wisuda diadakan.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page