Dari: Amanda_Trung@foothill.edu
Kepada: Anna.k.2000@gmail.com
Dear Anna,
Maaf aku tidak mengirimkan email ini lebih awal. Setelah temanku tiba di hotel tadi malam, ia langsung tidur dan baru mengirimkan emailnya hari ini. Tolong tuliskan yang di bawah ini pada bungkusan benang dan mengantarkannya hari ini karena besok dia sudah akan berangkat lagi.
Prof. Dayton Lee
Hotel Borobudur Kamar no 318
Terima kasih banyak atas bantuanmu! Oh dan semoga kau masih ingat Prof. Lee. Kau dulu pernah menjadi muridnya.
Salam,
Amanda
Bagaimana bisa sebuah email pendek dari seseorang yang tidak terlalu dekat denganku terasa seperti sebuah gempa bumi berskala richter 9? Aku sudah menerima paket benang Amanda beberapa hari yang lalu. Ternyata paketnya kecil saja padahal sepertinya ia begitu menanti-nantikannya. Jelas hanya ada satu gulung benang saja di dalamnya. Apa yang dapat kau buat dengan 1 gulung benang? Tatakan cangkir? Rencananya setelah aku mendapatkan informasi penerima dari Amanda, aku akan meminta sopirku mengantarkan paket ini ke hotel. Tapi sekarang karena aku tahu bahwa yang datang adalah Dayton, tanganku begitu gemetar aku sampai tidak dapat menuliskan namanya di atas paket. Hatiku melompat-lompat di dadaku. Dia ada di sini! Dayton ada di sini! Di Jakarta! Apa yang harus kulakukan sekarang? Logikanya aku tinggal menuliskan namanya dan meminta sopirku berangkat mengantarkannya sesuai rencana. Tapi dia ada di sini dan besok dia sudah akan pergi. Dan ia bahkan tidak memberitahuku dia akan datang. Tapi untuk apa dia memberitahuku? Aku toh bukan siapa-siapanya lagi. Jika tidak karena benang Amanda, aku tidak akan tahu dia ada di sini. Aku mendengar pintuku diketuk perlahan.
“Ya?” sahutku. Ina, pembantuku membuka pintu.
“Miss Vivi sudah datang, Bu,” katanya.
“Siapa?” tanyaku linglung.
“Ehm... guru yoga?” tanyanya. Oh ya, tentu. Vivi adalah instruktur yogaku.
“Tunggu sebentar,” kataku pada Ina. Aku kembali pada paket di hadapanku. Jadi ini yang akan kulakukan. Aku akan menuliskan nama dan nomor kamar Dayton pada paket ini, menyerahkannya pada pembantuku supaya ia memberikannya pada sopirku supaya segera diantar dan didrop di resepsionis hotel Borobudur dan aku akan berlatih yoga dengan instrukturku. Aku mengambil pen dan mulai menulis. Aku berhenti pada huruf pertama. Aku meletakkan penaku. “Ina, tolong bilang pada Miss Vivi bahwa aku tidak bisa yoga hari ini,” kataku. “Dan tolong bilang Pak Dwi bahwa aku akan pergi sebentar lagi,” tambahku. Pembantuku mengangguk dan menutup pintuku. Aku berdiri, memasukkan paket Amanda ke dalam tasku dan berjalan keluar kamarku. Aku tahu bahwa aku akan menyesali apa yang akan kulakukan. Tapi aku sadar jika tidak kulakukan, rasa sesal itu akan lebih besar lagi.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page