Aku tidak tahu bahwa ternyata ada begitu banyak pilihan
cincin tunangan di luar sana. Sangat banyak sampai kau bisa saja tenggelam di
antara semua pilihan itu. Ada cincin solitaire dengan satu permata. Ada tipe
halo dengan banyak batu kecil yang mengelilingi permata utamanya. Lalu ada yang
punya dua permata, tiga permata, permata di tepi, dengan aksen, motif etnis,
motif pahatan dan desain bebas yang artinya seperti apapun cincin yang kau
inginkan, cincin itu ada asalkan kau memang tahu apa yang kau inginkan dan
mampu membayar. Dengan gaji dosenku, aku tahu aku tidak mampu membeli sesuatu
yang terlalu mewah. Dan selain Rolex dan mobil BMW Anna, kuperhatikan
sebenarnya Anna tidak punya barang mewah lainnya. Tasnya tidak bermerek.
Sepatunya Scholl’s, merek yang lebih mengutamakan kenyamanan. Dan dia tidak
pernah mengenakan perhiasan, dia bahkan tidak mengenakan anting-anting karena
telinganya tidak ditindik. Jika ia sebuah cincin, aku dapat melihat dirinya
adalah sebuah cincin solitaire yang anggun
Tahu tipe cincin yang
kuinginkan bukan berarti selesai. Aku masih harus memilih desain lingkarannya, 10
karat atau 14 karat, warnanya, emas putih, kuning atau merah muda, lalu jenis
permatanya yang ada lebih dari 30 seperti ruby, topaz, aquamarine, tourmaline
dan lainnya, beberapa bahkan punya nama yang susah ku sebutkan seperti
chrysoprase. Aku juga disuruh memilih di antara berlian asli (genuine) dan yang
dibuat di laboratorium (lab grown). Aku baru tahu bahwa berlian dapat dibuat di
laboratorium seolah itu sebuah virus atau apa. Lalu, saat aku yakin aku tidak
harus memilih warna lagi karena toh semua berlian itu tanpa warna, aku disuruh
memilih dari lebih dari sepuluh pilihan warna seperti hijau apel, biru air,
merah, orange dan lainnya. Siapa di dunia ini yang tahu ada berlian berwarna
kuning seperti burung kenari? Saat kutekankan lagi bahwa aku menginginkan yang
tanpa warna, aku masih juga diminta untuk memilih antara warna G, H atau I, dan
kualitas I1 atau I2 atau I3 yang sama sekali tidak dapat kulihat perbedaannya.
Akhirnya setelah dua jam lebih, aku sudah memilih sebuah cincin berlian asli dengan
diameter 5,8 mm, berukuran 0,75 karat, warna G-H, kualitas I2 dengan lingkaran
polos putih. Harganya $2,923, sesuai bajetku yang hanya $3,000. Itu pun
setengahnya harus kucicil dengan kartu kredit.
Seminggu yang lalu aku
bahkan tidak terpikir sama sekali bahwa aku akan membelikan cincin pertunangan
untuk Anna. Maksudku, memang satu hari nanti, aku berharap kami memang bergerak
ke arah itu. Tapi untuk saat ini, segalanya masih terlalu dini. Tapi Izzy
meyakinkanku bahwa aku harus melakukannya.
“Kau tahu bagaimana orang-orang
di timur itu sangat mementingkan kekeluargaan. Mereka akan lebih suka padamu
bila kau menunjukkan bahwa kau serius tentang putri mereka,” katanya.
“Aku memang serius dengan
Anna,” kataku.
“Aku tahu. Dan kau tahu
itu. Tapi orang tua Anna tidak tahu. Dan mereka tidak berada di sini untuk
melihat keseharian kalian. Di benak mereka, mereka mengirimkan Anna untuk pergi
menuntut ilmu di negeri jauh. Kau tentu tidak ingin saat mereka melihatmu, yang
terbayang di benak mereka adalah kau sibuk mencumbu putri mereka, bukan? Dan
juga kau tidak ingin mereka merasa bahwa kau bisa meninggalkan putri mereka
hanya karena kau baru berpapasan dengan seorang gadis pirang di persimpangan
jalan, bukan? Kau mau membuat mereka tahu bahwa pikiranmu jangka panjang,” katanya.
Jadi di sinilah diriku,
berjalan keluar dari toko perhiasan Appelblom di San Mateo dengan kotak beledu
di saku celanaku. Benda itu begitu mungil dan ringan padahal tidak ada yang
ringan dan kecil tentang sebuah pertunangan. Dan sekarang aku harus menemukan
cara untuk melamar Anna. Harus sebuah cara yang tak terlupakan. Dan harus
segera karena kami telah dijadwalkan untuk terbang ke Jakarta dua minggu lagi.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page