Read More >>"> Samudra di Antara Kita (Dua puluh - Dayton) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Samudra di Antara Kita
MENU
About Us  

              Aku begitu ingin jam kantor ini cepat berlalu supaya aku dapat melanjutkan memandangi ponselku. Jadi aku mencoba membuat setiap sesi sependek mungkin. Pastinya mahasiwi-mahasiswi itu merasa bahwa aku terburu-buru hari ini. Biar saja, yang penting semua pertanyaan sudah kujawab tuntas. Lalu tiba-tiba ... ia ada di sana. Berdiri di bawah bingkai pintuku seperti yang telah dilakukannya berkali-kali sebelumnya. Dan untuk beberapa saat, aku lupa bernapas. Kami berdua hanya terdiam seolah bumi berhenti berputar. Lalu aku sadar ia sedang menantiku.

              “Apakah kau hanya akan berdiri di sana seperti sebuah vas besar berisi bunga atau kau akan masuk?” Bunga? Oh, seharusnya aku dapat memikirkan kata benda lain yang  tidak segombal itu. Tapi itu memang hal pertama yang terlintas di benakku saat melihatnya.

              “Aku berhutang kopi padamu,” katanya sambil berjalan mendekat.

              “Tidak! Aku yang berhutang kopi padamu,” kataku.

              “Tidak! Sebenarnya aku berhutang 2 kopi padamu,”  katanya.

              “Begitu?”tanyaku.

              “Ya,” katanya.

              “Kau tahu, sejujurnya ... aku tidak minum kopi,” kataku. Sebuah senyum malu mulai terbentuk pada bibirku. Ia memandangku tidak  percaya.

              “Benarkah? Karena sejujurnya, aku juga tidak minum kopi!” katanya. Giliranku untuk memandangnya tidak percaya.

              “Jadi... kita ini dua manusia yang tidak suka kopi yang sedang saling memaksa untuk minum kopi?”tanyaku. Ia tertawa. Bunyinya seperti hujan yang jatuh pada jendela yang membuatnya gemerlapan, seperti lonceng angin yang dibelai angin musim gugur sampai seolah hidup, seperti air yang mengalir di antara bebatuan, yang menggelitik butiran batu sampai setiap butirnya mendesah kegelian. Tapi lebih dari semua itu, bunyi tawa gadis itu seperti bunyi harapan.

              “Tidak ada yang antre lagi di depan?” tanyaku.

              “Tidak. Aku yang terakhir,” katanya.

              “Jadi kau sudah baca emailku?”tanyaku.

              “Email yang mana?” tanyanya.

              “Email yang kukirim tadi pagi. Kau tidak datang ke sini karena email itu?” tanyaku.

              “Ponselku ketinggalan di rumah jadi aku belum memeriksa email sejak pagi,” katanya. Aku memandangnya lekat-lekat, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakannya. Jadi ia bukan datang ke sini karena kuminta. Apakah ini berarti ia datang ke sini karena ia memang ingin menemuiku?

              “Ayolah kita minum .... teh?” tanyaku. Ia tersenyum dan mengangguk.

             

              Tidak seperti universitas berasrama yang kafeteria nya selalu penuh dengan mahasiswa yang tinggal di kampus, kafetaria Foothill di sore hari tidak pernah penuh karena Foothill tidak punya asrama. Itu bagus karena walaupun aku ingin mengabarkan pada dunia bahwa aku akan minum teh bersama Anna, aku tidak yakin itu ide yang bagus.

              “Jadi kenapa kau tadi bilang bahwa kau berhutang dua kopi padaku?” tanyaku seraya kami berdua duduk. Dua cangkir teh dan dua muffin terletak di atas baki yang kubawa.  Tadi Anna memaksa ingin bayar tapi aku berhasil mengeluarkan kartu debit dosen ku lebih cepat daripada ia dapat mengeluarkan uang dari dompetnya.

              “Kopi yang pertama untuk kompetisi UC kemarin. Tahukah kau bahwa aku menang juara tiga?” tanyanya. Mataku melebar.

              “Oh, itu sudah diumumkan?” tanyaku. Ia mengangguk dan tersenyum. Bagaimana bisa aku melewatkan hal itu? Pastinya aku terlalu sibuk tenggelam di dalam kebimbanganku sampai melupakan tanggal pengumuman itu. “Waaah! Itu...  itu keren sekali! Selamat!” kataku.

              “Itu berkat bantuanmu, Prof,” katanya.

              “Itu semua karena dirimu. Aku bangga padamu,” kataku dan itu benar. Senyumnya melebar.

              “Dan kopi yang ke dua untuk ini,” katanya sambil menyorong secarik kertas di atas meja ke arahku. Aku mengambil dan membacanya. Itu adalah surat penerimaan cepat ke Santa Clara University, sebuah universitas swasta di dekat Foothill.

              “SCU? Kau memasukan aplikasi ke sana?” tanyaku.

              “Itulah herannya! Aku tidak daftar ke sana,” katanya.

              “Oh, jadi kau rasa ini karena kau memenangkan kompetisi UC itu?” tanyaku.

              “Pastinya karena itu, bukan?” tanyanya.

              “Ya, itu sangat mungkin. Akhir-akhir ini ranking SCU terus naik dan pastinya mereka berambisi untuk menarik lebih banyak mahasiswa andalan dan mereka tahu bahwa saingan utama mereka adalah UC,” kataku.

              “Dan selain diterima lebih awal, mereka memberikanku bantuan keuangan,” katanya sambil menyorongkan secarik kertas lagi. “Tidak besar, tapi lumayan lah,” tambahnya. Aku mengambil kertas itu dan melihat bahwa SCU akan memotong $5,000 dari uang kuliah tahun pertama Anna di sana.

              “Kau tahu SCU itu sekolah swasta dan karenanya uang kuliahnya mahal?” tanyaku.

              “Ya.Tapi karena aku murid asing, uang kuliah UC Berkeley juga akan mahal untukku,” katanya. Hal itu lagi. Statusnya sebagai murid asing tiba-tiba membengkak seperti sebuah gunung batu besar sedingin es di hadapanku.

              “Oh, ya,”kataku. Tidak tahu harus menjawab apa lagi.

              “Aku memutuskan untuk mengambilnya,” katanya.

              “Jadi kau tidak akan daftar ke UC Berkeley?” tanyaku.

              “Tidak. Salah satu tanteku lulusan SCU dan ia menyukainya. Dan lagi, kenapa aku harus menunggu sampai semester musim gugur depan bila aku bisa transfer musim dingin ini?” katanya. Dan saat itulah aku menyadari sesuatu yang harusnya sudah kusadari sejak tadi. Penerimaan awal di SCU ini akan membuat Anna lebih cepat meninggalkan Foothill. Dan bukankah itu hal yang paling kuinginkan?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • mprilla

    One of my favorite authors / writers

    Comment on chapter opening page
Similar Tags
Dear Kamu
3258      1008     6     
Inspirational
Kamu adalah pengganggu. Turbulensi dalam ketenangan. Pembuat onar dalam kedamaian. Meski begitu, kamu adalah yang paling dirindukan. Dan saat kamu pergi, kamulah yang akhirnya yang paling aku kenang. Dear kamu, siapapun kamu. Terimalah teriakanku ini. Aku kangen, tahu!
PENTAS
971      593     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Lily
1184      554     4     
Romance
Apa kita harus percaya pada kesetiaan? Gumam Lily saat memandang papan nama bunga yang ada didepannya. Tertulis disana Bunga Lily biru melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan kepatuhan. Lily hanya mematung memandang dalam bunga biru yang ada didepannya tersebut.
ARSELA: Perjodohan si Syar'i dan Ketua Geng Motor
103      96     3     
Romance
Memiliki hutang budi dengan keluarga Dharmendra, Eira mau tidak mau menyetujui perjodohan dengan putra sulung keluarga itu, Arsel, seorang ketua geng motor tersohor di kampusnya.
Lantunan Ayat Cinta Azra
5968      1131     3     
Romance
Lantunan Ayat Cinta Azra adalah kisah perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mung...
That Devil, I Love
3014      1253     0     
Romance
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Airin daripada dibenci oleh seseorang yang sangat dicintainya. Sembilan tahun lebih ia memendam rasa cinta, namun hanya dibalas dengan hinaan setiap harinya. Airin lelah, ia ingin melupakan cinta masalalunya. Seseorang yang tak disangka kemudian hadir dan menawarkan diri untuk membantu Airin melupakan cinta masa lalunya. Lalu apa yang akan dilakukan Airin ? B...
Unlosing You
303      209     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
Selepas patah
123      104     0     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Perhaps It Never Will
3819      1312     0     
Romance
Hayley Lexington, aktor cantik yang karirnya sedang melejit, terpaksa harus mengasingkan diri ke pedesaan Inggris yang jauh dari hiruk pikuk kota New York karena skandal yang dibuat oleh mantan pacarnya. Demi terhindar dari pertanyaan-pertanyaan menyakitkan publik dan masa depan karirnya, ia rela membuat dirinya sendiri tak terlihat. William Morrison sama sekali tidak pernah berniat untuk kem...
HEARTBURN
349      254     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...