Air mata menderai deras dari pelupuk mata Leander Xavier bersaing dengan uraian hujan. Makhluk-makhluk yang sudah tergeletak tanpa nyawa kembali bangkit dari alam kematian. Semilir aroma lotus pun menyeruak sebagai hasil energinya, namun kebangkitan itu tidak berlaku untuk wanita yang berbaring dalam rengkuh pangkuannya.
Bibir pucat yang tersenyum cantik untuk Xavier bagai cambuk pedih api neraka. Manik mata silver yang perlahan sayu pun memperlihatkan perjuangan si wanita menjaga kesabarannya.
Dilain sisi irama detak jantung si rambut putih tak karuan. “Tidak, buka matamu, sayang. Aku mohon ....” Xavier tidak kuasa terus membelai wajah si wanita dengan penuh kelembutan. Ia merasakan remasan tak kasat mata di hatinya.
“A-aku ingin tetap di sini, Xa-vi-er.” Rintih suara wanita sangat lemah. Dan yang diterima oleh si wanita hanyalah rasa sakit di sekujur tubuh untuk pesan terakhirnya. “Andai ... ini bukanlah ... sekedar mimpi ....”
Saat itu juga tubuh wanita terlunglai bersama dengan kesadaran yang hilang, manik mata silver tertutup sepenuhnya diiringi helaan napas terakhir.
“Ti-tidak ... TIDAK!” Xavier mengguncangkan tubuh wanita itu.
“Ini perintah! Kubilang BUKA MATAMU! Aku mohon ....” Tangan Xavier gemetar hebat, ia menyentuh tubuh area jantung wanita itu ... dan ya, tidak ada lagi kehidupan di sana.
Tangisan Xavier mengguncang alam dan tanda-tanda kehancurannya. “Aku mohon bangun, Ratu Zoffy.”
Langit menggelap dengan aura hitam disertai angin badai menyelimuti Xavier. Guntur bersahut-sahutan, hingga gelombang laut meninggi siap menerkam daratan.
“Aku bersumpah akan mengejarmu dimanapun kamu berada Zoffy. Aku tidak akan pernah melepasmu, Bintangku ...,” suara yang semakin serak itu tak kalah bersaing dengan gemuruh hancurnya dunia.
“Aku janji.”
“Aku, Leander Xavier keturunan leluhur tertinggi, raja dari seluruh kekaisaran dunia Skiea berikrar! Mempertaruhkan kehancuran dunia, kehidupan abadiku, dan keagungan semesta yang berada di telapak tanganku, akan mengikuti kemanapun jiwa Bintangku berada.”
Teriakan-teriakan makhluk yang dibangkitkan merasakan kehancuran dunia sebagai hukuman terakhir. Secercah cahaya perlahan membesar menyelimuti kegelapan yang melanda dengan angin badai menghangat sebagai penghantar kilat penghujung dunia.
CTAR!
Belati perak telah tertancap tepat pada jantung Xavier. Darah kehidupan yang membuatnya immortal terkuras hingga alirannya terasa asing untuk si empunya. Pompa jantung yang tidak normal, rasa sakit, hingga napas yang tercekat. “Inikah kematian?”
Sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan, akhirnya ia rasakan. Senyumnya tercetak menatap paras wanita di pangkuannya, begitu tulus dan mendambakan. “Aku akan menemuimu, Sayang. Sampai jumpa lagi."