Loading...
Logo TinLit
Read Story - I'm not the main character afterall!
MENU
About Us  

###Bab 3 (Start)###

Setelah mengajak Vos, kaum iblis, Anna bercerita banyak mengenai dirinya adalah orang yang diberkati dewa dan dia harus menyatukan Christopher Fuerst dengan Vanniette Avicenna. Vos telah memberikan saran, lalu terdapat suara dari botol kaca berisi bintang yang dipegang Vos.

“Anna! Ini gawat!” seru suara dari botol kaca berisi bintang.

“Uaakkkhh! Botolnya berbicara!” ucap Vos ketakutan dan menjatuhkan botol kaca itu ke tanah. Botol itu bukannya pecah tetapi tetap utuh dan mampu berdiri dengan sendirinya.

“Anna….kenapa ada iblis lemah ini di dapur? Dan kenapa dia ada di dalam?” tanya botol kaca berisi bintang itu. Suara yang baru dia dengar ketika dia berdoa di kuil dewa, suara yang selalu berbicara dengan Anna di malam hari, suara yang membimbing Anna dalam melakukan tugas tetapi selalu suka pergi begitu saja, Yinni.

“Menakutkan! Bahkan roh kudus bisa berkata kejam seperti itu padaku,” ucap Vos sambil bersembunyi di balik kursi yang didudukinya.

Seharusnya tidak ada yang bisa mendengar Yinni selain Anna, tetapi beda ceritanya jika orang itu berasal dari kaum yang sering berurusan dengan dewa ataupun iblis.

“Tenanglah semuanya!” bentak Anna kepada Yinni dan Vos.

Anna menatap Yinni dan Vos dengan mata penuh kemarahan. Yinni dan Vos terdiam melihat sikap Anna.

“Yinni, setidaknya kalau kau tidak bisa membantuku dalam misi, perkenalan diri masih bisa kau lakukan, kan?” tanya Anna dengan tatapan tajam kepada Yinni.

Yinni gemetar lalu melihat ke arah Vos, “Perkenalkan aku Yinni, asisten dewa Hades, sekaligus pelindung Anna. Maafkan perilakuku tadi…,” ucap Yinni sambil membungkuk memberi hormat kepada Vos.

“Ah…tidak, tidak. Aku juga minta maaf karena mengagetkan dirimu, Yinni. Aku Vos, seperti yang kau lihat aku berasal dari kaum iblis tetapi aku tidak punya kekuatan iblis, aku tidak bisa apa-apa, dalam kata lain, aku seperti manusia biasa cuman wujudku masih seperti ini…ah aku bicara terbelit-belit ya..? ehehe,” ucap Vos sambil menggaruk kepalanya dan tersenyum.

“Dia dewa yang aku bicarakan, Vos,” ucap Anna.

“Aku tidak menyangka bisa melihat dewa seperti ini,” ucap Vos sambil mengambil botol kaca itu.

“Huft…sekarang bukan waktunya untuk perkenalan…Anna!” teriak Yinni kepada Anna. Sekarang mereka bergantian berteriak.

“Ada apa, Yinni? Apa yang terjadi sampai kau mau berinisiatif menghubungiku seperti ini. Ini bukan dirimu,” sindir Anna.

“Ini bukan waktunya bermain pantun sindiran, Anna! Apakah kau menambahkan porsi kepada siapapun hari ini?!” tanya Yinni dengan wajah panik.

Anna berusaha ingat lagi kejadian dari tadi pagi, dia mengingat seorang pangeran yang sok tampan dan menambah lebih dari tiga porsi, Anna terkejut dan menjawab, “Memangnya ada apa dengan itu?”

“Aghhh! Semuanya jadi kacau karena itu! Dewa mengira kau membangkang perkataanya!” ucap Yinni.

“Membangkang apanya? Mana bisa aku cegah seorang anggota keluarga kerajaan tidak datang ke tempatku? Apalagi meminta masakanku?! Bagaimanapun juga aku bisa lupa karena dia pelangganku! Masa dewa cepat sekali marah?!” tanya Anna dengan wajah penuh kemurkaan.

“Bukan mereka yang salah tapi kau yang salah! Jangan menyalahkan orang lain karena kesalahan yang kau perbuat, kau lah sumber kesalahan dari dunia ini” ucap Yinni marah.

Anna syok. Pikirannya tiba-tiba teringat dengan ucapan serupa.

[Beraninya kau menyalahkan orang lain padahal kau lah yang bersalah]

Kepala Anna kembali sakit hingga Anna memegang kepalanya.

“Anna!! Kau baik-baik saja?” Anna mendengar suara Vos berteriak tetapi matanya tidak sanggup untuk terbuka karena kepalanya sakit sekali.

Vos meletakkan botol kaca berisi bintang itu ke meja, dia mencoba membangunkan Anna dengan mengoyang-goyang tubuhnya, “Anna! Anna! Sadarlah!”

Vos melihat ke arah botol kaca itu, perkataan botol kaca itu mengingatkannya dengan perlakuan kakeknya, Mammon, “Tidakkah kau keterlaluan dalam berbicara, wahai roh kudus?”.

Yinni melihat ke arah Vos dengan wajah sombongnya, “Dia yang keterlaluan. Berani sekali membentaki dan melawan dewa!“.

“Huh…ternyata betul kata Gabby…kebaikan sebentar lagi akan sirna dari dunia ini” ucap Vos dengan nada penuh amarah, Vos membalikan badannya sambil mengendong Anna.

Ketika Vos berusaha menemukan kamar Anna, dia melihat ada tangga, Vos berusaha naik, betul ternyata kamar Anna ada di lantai dua, kamarnya tidak memakai pintu, kamarnya dipenuhi lampu kerlap kerlip yang bergantungan dengan cahaya oranye. Lantai dua kedai ini semuanya dipenuhi barang-barang Anna, baik lemari, kursi, meja kecil, penggantung baju, tempat setrika baju, mesin jahit disertai rak peralatan jahit, rak buku, meja disertai lampu tidurnya, boneka, dan futon di lantai. Semuanya tertata rapi.

Vos turun ke lantai satu untuk memberikan Anna minuman hangat. Lalu ketika dia ke lantai dua, dia melihat Anna terbangun dari futonnya. Dia menjumpai Anna dan memberi Anna minuman hangat.

“Terima kasih, Vos. Kau sudah boleh pulang” ucap Anna dengan wajah yang penuh kesakitan sambil meminum gelas itu sampai habis.

Vos merasa kasihan kepada Anna tetapi dia hanya bisa tersenyum karena jika tidak sepertinya Anna akan lebih capek lagi.

“Baik, beristirahatlah dengan benar malam ini. Datangi saja kuil dewa waktu itu jika kau mencariku” ucap Vos sambil mengambil gelas kosongnya Anna, Vos kemudian turun dari lantai dua menuju lantai satu, dia menaruh gelas itu ke lemari gelas Anna lalu keluar dari rumah itu.

“Apa dia akan baik-baik saja? Huft…sepertinya aku terlalu mengkhawatirkannya meskipun aku iblis…” ucap Vos sambil berjalan menuju kuil dewa di bawah sinar rembulan.

Hari berganti, matahari menunjukkan dirinya lagi di langit. Anna melihat ke arah jendela lantai duanya yang tertutup. Anna mengingat lagi perkataan Yinni yang menyakitkan, lalu memori hitam putih yang tidak jelas yang sering menyakiti dirinya muncul kembali.

“Sepertinya akan membaik jika aku memasak hari ini. Lagian, hanya ini yang bisa kulakukan” ucap Anna sembari menyisir rambutnya di meja hias. Kenyataan Anna adalah tokoh cadangan semakin terlihat di wajah Anna. Wajahnya kusam, penuh bintik-bintik hitam, tatapan matanya yang tidak bernyawa, bajunya yang selalu biru.

Anna menyengir kecil, dia membuka lemari dan laci pakaiannya satu persatu tetapi semuanya penuh dress warna biru dan apron warna putih, semua baju itu dikeluarkannya hingga kamar Anna cukup berantakan.

“Tokoh cadangan juga perlu baju tau, siapa yang tidak iri melihat para tokoh utama dengan pakaian mewah mereka? Aku juga bisa membuatnya!” seru Anna.

Anna merancang desain bajunya di bukunya seketika Anna sempat bingung mengapa dia bisa kepikiran membuat baju karena di dunia ini tidak banyak yang mahir menjahit baju tetapi hal itu lansung ditepisnya. Anna mengukur pinggang, panggul, dada, leher,dan lengannya. Ketika hendak mencatat itu semua dalam buku Anna, pikiran Anna tiba-tiba teringat suatu memori dia mencatat ukuran badan.

Lagi-lagi pikiran tu sempat membuat Anna sakit kepala, “Sebenarnya memori apa itu?” tanya Anna kepada dirinya sendiri.

Anna berusaha menjernihkan pikirannya dengan keluar dari kedainya sekaligus mencari kain dengan warna baru. Ketika Anna masuk ke toko Kain, dia melihat Vanniette di dalam toko itu.

“Tidak, jangan dia lagi!” Ucap Anna dalam hati ketika dia melihat Vanniette berada di dalam toko tersebut, Anna hendak menghindar dari Vanniette tetapi bel toko tersebut berbunyi sehingga Vanniette terlanjur melihat ke arah Anna.

“Oh! Nona yang terjatuh kemarin, apakah kamu sekarang sudah baik-baik saja?” tanya Vanniette kepada Anna dengan nada yang lembut tetapi tidak dengan orang yang sampingnya pelayan dari Vanniette, dia masih saja memiliki wajah sinis kepada Anna.

“Iya Nona, aku baik-baik saja,” ucap Anna kepada Vanniette dengan wajah tersenyum meskipun dia tidak nyaman terhadap tatapan pelayan itu.

“Selamat datang Nona, apa yang sedang kamu cari?” tanya pelayan dari toko kain tersebut kepada Anna. pelayan itu memiliki wajah yang ramah dan bersikap sopan terhadap Anna berbeda dengan pelayan di sebelah Vanniette.

“Aku sedang mencari kain berwarna hitam dan putih,” ucap Anna kepada pelayan tersebut dengan nada penuh sopan sambil melihat sombong kepada pelayannya Vanniette.

“Baik Nona, saya akan mencarinya,” ucap pelayan tersebut kepada Anna lalu bergegas mencarikan kain yang diminta.

Sambil menunggu pelayan toko tersebut, Vanniette bertanya, “Bisakah aku mengetahui nama nona? Sepertinya di pertemuan kita sebelumnya saya tidak sempat mendengar nama nona karena terburuh-buruh”.

“Tentu saja kau tidak mendengarnya, pelayan sombong itu memotong pembicaraan kita!” teriak Anna dalam hati tetapi tentu saja bukan itu yang akan dijawabnya, Anna berkata, “Nama saya Anna Blau, Nona. Salam kenal” ucap Anna lalu membungkuk dengan penuh etika kerajaan.

“Wah, Nona. Aku tidak menyangka kau mengetahui etika kerajaan,” ucap Vanniette dengan nada menyenangkan kepada Anna, entah mengapa nada menyenangkan itu terasa bohong.

Hal itu membuat Anna juga bingung, mengapa Anna bisa mengetahui etika kerajaan, seolah semuanya sudah diprogram tetapi hanya satu yang tidak diprogram, Anna bisa mendesain baju.

Anna menatap Vanniette lalu berkata, “Saya hanya belajar sedikit untuk berjaga-jaga saya punya kepentingan karena ini”

“Oh baguslah setidaknya kaum rendahan tau etika” ucap pelayan di sebelah Vanniette samar-samar. Meskipun Anna tidak melihatnya berbicara karena kipas yang menutupi mulutnya tetapi dia bisa merasakan suara itu berasal dari pelayan sombong itu.

Vanniette yang berada di dekatnya hanya tersenyum seolah berpura-pura tidak mendengarnya lalu berusaha mengalihkan pembicaraan, “Apa yang nona lakukan disini? Apakah nona tidak bekerja?”.

Nada pertanyaan Vanniette lembut seolah merasa iba kepada kondisi Anna. Anna mulai tidak suka baik pelayan Vanniette maupun Vanniette sendiri. Terutama menyangkut pekerjaan Anna, seolah Vanniette tau Anna bekerja sebagai koki di kedainya.

Karena serangan dari dua orang ini, Anna mulai berdiri lalu berkata, “Wah sepertinya nona tau banyak sekali padahal anda menanyakan nama saya tetapi tau saya bekerja. Fantastic!”.

Vanniette dan pelayannya syok mendengar perkataan Anna. Mereka panik dan terdiam sejenak memikirkan bagaimana menjawab Anna.

Skak mat! Aku memang tokoh cadangan tetapi bukan berarti aku harus menelan sikap kurang hajar kalian itu!

Anna sangat yakin akan kemenangannya sampai Vanniette berkata, “Tentu saja, aku putri Avicenna, aku hanya mengkonfirmasi namamu saja tadi. Nona sepertinya mulai tidak sopan kepada saya” dengan nada lembut dan wajah tersenyum.

Anna menghela nafas melihat senyum palsu nona muda itu, “Oh ya?”.

Pelayan toko itu kembali membawa kain hitam dan putih kepada Anna, Anna membayarnya dengan botol berisi bintang. Pelayan tersebut sangat terkejut melihat botol tersebut, begitu juga dengan Vanniette.

Kota Fuerst memiliki sistem bayar layaknya kota lain yaitu bisa menggunakan koin emas dan uang tunai tetapi ada satu hal yang berbeda di kota ini, penjualan botol roh. Nilai yang paling tertinggi dimenangkan oleh botol roh bintang tetapi jika seseorang cukup jahat, dia bisa saja mau dengan botol iblis tetapi ini hanyalah rahasia umum bahkan tidak banyak anggota kerajaan mengetahui hal ini.

“Hey, Nona Vanniette,” ucap Anna sambil mengambil kain tersebut.

“Ya?!” ucap Vanniette engan nada panik.

“Aku menantikan kedatanganmu di kedaiku tetapi silahkan nona urus terlebih dahulu anjing disebelahmu itu, sepertinya perlu diperhatikan secara khusus,” ucap Anna sambil keluar dari toko tersebut.

"Apa anda bilang?!" teriak pelayan Vanniette kepada Anna tetapi Anna sudah terlanjur keluar.

Ketika Anna keluar, Vanniette terjatuh lemas ke lantai karena syok.

“Astaga, Nona! Kau tidak apa? Dasar manusia rendahan gatau diri itu!” ucap pelayan Vanniette dengan penuh kegeraman.

“Tidak…dia tidak rendahan…,” ucap Vanniette sambil memegang botol berisi bintang itu, disitu dia melihat tulisan lokasi kedai Anna.

“Apa maksud, Nona? Tentu saja dia orang rendahan nona! Dia bahkan membayar hanya dengan botol cahaya itu!” ucap pelayan Vanniette.

“Pelayan toko, kamu antar saja ke toko desainer baju terkenal, ya. Aku ada urusan mendadak. Serena, kau urus pembayarannya!” ucap Vanniette sambil keluar dari toko tersebut.

“T-tapi non akita masih ada urusan setel---” itulah suara akhir yang didengar Vanniette setelah menutup pintu toko tersebut.

Vanniette mencari Anna di sekitar tetapi dia tidak menemuinya, “Cepat sekali dia berlari, bagaimana bisa orang rendahan seperti dia diberkati oleh dewa?!” ucap Vanniette dalam hati sambil mencoba berjalan cepat menuju kedai Anna.

-----

“Huft, hari ini melelahkan sekali” keluh Anna sambil membawa belanjaan kainnya. Disitu dia melihat pria berambut kuning dengan pakaian yang tidak terlalu mewah, Anna kenal betul sosok itu, dia adalah Christopher Fuerst yang mencoba menyamar menjadi orang biasa.

“Selamat sore, Nona Anna. Tidak biasanya nona menutup kedai nona,” ucap Christopher dengan senyum di wajah tampannya.

“Kenapa tuan datang lagi?” tanya Anna dengan wajah merengut.

“Apakah salah? Aku juga sudah berkata akan berkunjung lagi, kan?” ucap Christopher sambil mengambil kain hitam Anna.

“Apa yang tuan lakukan? Aku bisa melakukannya sendiri” ucap Anna sambil mencoba meraih kain hitamnya.

Christopher tertawa, dia lansung membuka pintu kedai Anna, “Dimana aku harus meletakkannya, Nona?”

“Sudahlah, disitu saja” jawab Anna dengan nada kelelahan.

Christopher meletakkan kain hitam Anna di meja, dia melihat sekeliling dapur Anna yang tertata rapi.

“Wah ternyata seperti inilah dapur Nona, ini pertama kalinya aku masuk ke dalam,” ucap Christopher dengan wajah senang.

Anna mengambil kain hitam itu lalu naik ke lantai dua, “Jangan mengikutiku, Tuan”

“Memang apa yang kau sembunyikan, Nona Anna? Aku jadi semakin penasaran,” ucap Christopher yang mengikuti Anna ke lantai dua.

Sesampainya di lantai dua, dia melihat kamarnya yang bersih, “Wow bahkan kamar ini juga diprogram bersih. Menyebalkan sekali” ucap Anna tetapi kali ini tidak di hati sehingga Christopher bisa mendengarnya.

“Nona Anna juga tau berkata kasar ternyata” ucap Christopher sambil tertawa, Christopher melihat lantai dua yang dipenuhi furnitur yang biasa tetapi sangat tertata rapi, “Nona Anna rapi sekali ya”.

“Toko cadangan juga bisa punya kamar rapi, tau” ucap Anna meletakkan kain hitamnya di lemari.

“Toko cadangan? Nona berkata apa? Nona seperti berasal dari dunia yang berbeda dariku,” ucap Christopher dengan senyum, seolah berusaha mengorek Anna.

“Tidak ada untungnya tuan mengetahui diri saya, lebih baik menyerah, “ ucap Anna sambil turun dari lantai dua.

“Tidak mau, tuh” ucap Christopher sambil mengikuti Anna ke bawah.

“Kalau tidak mau, ambilkan toples potongan ayam dan mie di lemari itu!” perintah Anna menunjuk ke lemari di ujung kanan sambil mengambil air dan keranjang bumbu di ujung kiri.

“Wah, kau berani sekali kepada anggota kerajaan ya, Nona,” sindir Christopher sambil mengambil toples potongan ayam dan mie dari lemari yang ditunjuk Anna.

“Saya tidak peduli tuan anggota kerajaan atau tidak, setelah mengambil itu, Tuan bisa pergi jika tuan ingin” ucap Anna sambil menyalakan kompornya dan memasukkan minyak secukupnya ke dalam kompor tersebut.

Christopher membawa toples-toples itu ke hadapan Anna, Anna mencampurkan air dan bumbu karenya ke pancinya, “Buka toples-toples itu lalu tuan tuang ke panci ini”.

Christopher membuka toples-toples itu lalu menuangkannya seperti yang Anna suruh, “Tunggu, tunggu! Kenapa aku jadi menuruti perkataanmu? Lagian nona masak untuk siapa, sih?” ucap Christopher dengan wajah sedikit kesal.

“Ya, tentu saja untukmu,” ucap Anna sambil memasak.

“Hah? Untukku? Lalu kenapa aku ikut-ikutan? Seharusnya ini kejutan, bukan?” tanya Christopher.

“Bukankah menyenangkan memasak bersama seperti ini? Tuan selama ini menikmati hasilnya saja, kan? Coba sesekali tuan nikmati prosesnya” ucap Anna sambil tersenyum.

Senyum Anna jika dilihat di mata orang lain hanyalah senyum biasa tetapi tidak dengan Christopher. Senyum itu mampu mendebarkan jantung Christopher. Cara Anna memasak seperti seseorang yang sedang memainkan harpa dengan lembut dan teliti.

“Se-sepertinya aku mau duduk saja” ucap Christopher sambil berjalan ke tempat duduk terdekat. Dia masih melihati punggung Anna yang memasak.

"Harusnya anda lakukan daritadi," ucap Anna sambil memasak.

“Indah sekali,” gumam Christopher dengan wajah merona melihati punggung Anna dari kursinya.

“Nona Anna! Nona Anna! Saya tau anda di dalam,” ucap suara seorang wanita yang suaranya sangat dikenali Christopher.

“Apa yang dilakukan Vanni disini?” tanya Christopher kepada Anna.

Anna mematikan kompornya lalu bergegas membuka pintu kedainya, “Ada apa, Nona?”

Vanniette menegakkan badannya, dia tersenyum lalu berkata, “Aku ingin berbicara sebentar dengan nona”

Anna berpikir dan membuat bayangan, “Jika aku membiarkan dia masuk, dia akan bertemu dengan Christopher lalu mereka akan bersenang-senang. Bukankah ini menguntungkan?”

Vanniette melihat Anna dengan senyum meskipun di dalam hatinya dia kesal sekali, “Mengapa anda berpikir, Nona? Tidakkah kau tau aku berasal dari anggota kerajaan? Jadi biarkan aku—”

Sebelum menyelesaikan perkataanya, Anna merasakan wangi harum pria dan nafas seorang pria yang sangat jelas terdengar di telinganya, “Ada keributan apa ini, Nona Avicenna?”

Anna sempat merona tetapi dia lansung menepisnya megetahui fakta dia bukanlah pasangan Christopher. Mata Vanniette terbelalak karena terkejut melihat Christopher ada di hadapannya, “Salam kepada matahari muda kota fuerst, sekaligus matahariku,” sambil membungkuk.

“Mataharinya katanya, menjijikan sekali. Wanita ini hanya suci dari penampilannya saja ,sifatnya jauh sekali dari kesucian, mungkin orang-orang tertipu dengan wajah cantiknya itu,” ucap Anna dalam hati.

“Berdirilah, Nona. Orang-orang akan tau aku ada disini. Kehadiranku disini adalah rahasia, jangan kau beritahu kepada siapapun” ucap Christopher sambil mengisyaratkan rahasia dengan tubuhnya.

Vanniette tersipu malu lalu menutupi mulutnya dengan kipasnya, “Baik jika tuan berkata demikian, apa yang tuan lakukan di tempat ini?”

Mungkin siapapun tidak bisa melihatnya tetapi Anna bisa melihat aura pink dan bunga di sekitar Vanniette, “Hoi, hoi..apa-apaan aura pink ini…enaknya menjadi tokoh utama…”

“Aku sedang makan” jawab Christopher tersenyum tetapi senyum itu sangat palsu. Hanya orang bodoh yang tidak mengetahui hal ini.

“Bisakah aku ikut makan bersama tuan?” tanya Vanniette dengan nada lembut khas wanita kasmaran sambil merapikan rambutnya ke belakang.

"Ah ternyata orang bodoh itu adalah nona suci ini," ucap Anna dalam hati.

“Soal itu—” sebelum Christopher menyelesaikan perkataanya, Anna menimpa perkataan Christopher, “Silahkan masuk, Nona. Kebetulan kareku berlebihan,” ucap Anna sambil mendorong dada Christopher.

Christopher sempat berdebar seketika ketika Anna menyentuh Christopher tetapi debaran itu tidak lama ketika Vanniette memegang lengan Christopher, “Ayo, Chris”.

Christopher pun masuk ke dalam ruangan tersebut bersama Vanniette.

###Bab 3(Selesai)###

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Story of April
2048      804     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Gray November
3350      1194     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Aku Istri Rahasia Suamiku
11196      2213     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Pacarku Arwah Gentayangan
5262      1642     0     
Mystery
Aras terlonjak dari tidur ketika melihat seorang gadis duduk di kursi meja belajar sambil tersenyum menatapnya. Bagaimana bisa orang yang telah meninggal kini duduk manis dan menyapa? Aras bahkan sudah mengucek mata berkali-kali, bisa jadi dia hanya berhalusinasi sebab merindukan pacarnya yang sudah tiada. Namun, makhluk itu nyata. Senja, pacarnya kembali. Gadis itu bahkan berdiri di depannya,...
Dunia Alen
4761      1496     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
START
281      185     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ 😂 apalagi 21+😆 semuanya bisa baca kok...🥰 Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
Gi
1057      608     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Under a Falling Star
929      546     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Mencari Pangeran Yang Hilang
3259      1247     3     
Romance
Naru adalah seorang cowok yang sempurna. Derajat, kehidupan, dan juga kemewahan layaknya seorang pangeran telah dia terima sejak lahir ke dunia. Orang tuanya seorang pengusaha kaya sejagat raya yang selalu muncul di TV. Namun ternyata dia yang merasa hidupnya terkekang oleh orang tuanya membuatnya tak memiliki satu pun teman. Dia pun benci tinggal di rumah. Dia ingin bebas. Ketika memasuki SMA,...
KEPINGAN KATA
453      294     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!