Loading...
Logo TinLit
Read Story - Janji-Janji Masa Depan
MENU
About Us  

Esok pagi.

Pagi kesekian setelah strobilus pertama tumbuh di belahan dunia sana yang entah di mana letaknya.

Sebuah kehidupan harus tetap berjalan tidak melihat apakah bersama atau sendirian.

Tidak kusangka kepergiannya benar-benar membawa dampak yang sebesar ini bagi kehidupanku.

Tak hanya perihal Zahwa, aku juga kehilangan pekerjaanku. Aku meminta izin cuti satu hari, ternyata bosku memberiku lebih banyak.

Ia bilang aku boleh beristirahat di rumah sampai nanti aku dipanggil kembali, itu artinya cutiku sampai waktu yang tidak ditentukan.

Pun aku ragu apakah aku akan dipanggil kembali.

Ceritanya sederhana saja, sehari setelah acara mengantar Zahwa. Esoknya aku kembali melakukan rutinitasku seperti biasa, membuka gerbang dan etalase toko.

Tak ada perasaan atau kecurigaan apa pun yang terbayang dalam benak ini.

Hingga sore harinya aku mencari ke mana kunci yang biasa kugantung di dekat sling bag hitam andalanku.

Yayuk bilang, seseorang telah mengambilnya. Ia juga menambahkan, ada orang lain yang akan menggantikan tugasku tiap pagi.

Terlalu positive thinking diriku ini, aku manggut-manggut saja. Terus terang aku sedang jenuh harus setiap hari berangkat lebih pagi dari siapa pun.

Aku menyambut kabar yang kukira bahagia itu dengan penuh penerimaan.

 

Barulah ketika selangkah lagi aku turun dari undakan toko bermaksud pulang ke rumah, Jupri memintaku bertemu bos pemilik toko dan bertemulah kami bertiga di ruangan dekat percetakan undangan.

Di sana aku dikritik habis-habisan oleh bosku dan tak ada satu pun pembelaan yang bisa aku berikan.

Sebab mau bagaimanapun alasan yang aku katakan pada mereka, jika lawan bicara memang tidak membutuhkan tentu tidak guna alasan itu.

Malah hanya jadi ajang pembenaran dan menandakan keegoisan seseorang yang tak mau disalahkan, merasa dirinya sudah benar. Jupri juga hanya diam saja.

Tak membelaku sama sekali.

Rupanya penerimaanku yang penuh tidak bersambut pada keberuntungan yang utuh.

Ibu sudah tahu tentang hal ini, ia tidak menyalahkanku atau bertanya macam-macam.

Ia hanya sudah tidak membangunkanku saat subuh buta. Dan tidak menanyakan, “Bagaimana tadi di toko?” di hari setelahnya.

Belum pernah sekali pun aku mendengar orang yang memiliki pemahaman penuh berkata bahwa bangkit dari kehilangan dan patah hati adalah hal yang mudah.

Dua hari pertama, aku tidak beranjak dari tempat tidur.

Sampai akhirnya Ibu mengetuk pelan pintu kamarku. “Nang, jangan murung terus begitu, keluarlah barang sebentar, bertemu orang-orang bisa jadi obat buatmu yang sedang kesepian.”

Hanya itu, dan aku tidak menengok atau menjawab apa pun. Aku pura-pura tidur, tapi Ibu tahu aku berpura-pura.

Lima menit setelahnya, entah impuls mana yang membuatku bangkit, mengambil handuk dan membersihkan diri.

Tengkuk leherku terasa segar seolah berteriak kegirangan setelah dua hari tidak bertemu air.

Aku berpamitan pada Ibu yang tengah memasak untuk mengirim bekal untuk orang-orang yang bekerja di ladang.

Aku bilang ingin berkunjung ke rumah seseorang, di kecamatan sebelah.

Ibu mengiyakan dan tak banyak bertanya. Sudah mau bangun saja Ibu bersyukur bukan main.

Di dalam bus, tak terlalu banyak orang, aku juga memilih sudut yang sepi. Dari sini aku bisa melihat semua penumpang bus yang duduk, naik atau turun.

Beberapa mengangguk kepada penumpang yang masih tinggal di dalam bus. Kami yang berada di dalam, balas mengangguk.

Sesederhana itu menghargai orang lain.

Sepertinya aku mulai menyukai sebuah perjalanan.

Perjalanan ini memberiku jeda untuk tidak melakukan apa-apa tapi tetap memiliki tujuan.

Kali ini perasaanku lebih baik dibanding dengan sebelumnya yang hanya berdiam diri dalam ruangan 3x4 meter yang berdinding semi kayu.

Entah apa rahasianya, tapi benar kata Ibu, bertemu orang dapat mengobati rasa sepi.

Di kursi seberang, duduklah seorang perempuan bertopi baret. Ia turun bersamaan dengan aku, meninggalkan tiga keping uang koin kepada pak sopir.

Kuperhatikan wajahnya Jawa, namun segala yang ia kenakan mirip sekali dengan artis-artis di film bernuansa oriental.

Rambutnya juga sudah tidak asli, agaknya dicat coklat, namun nampak enak saja untuk dipandang.

Di sini stereotype terhadap orang yang mengenakan pewarna rambut sedikit buruk, terlebih lagi perempuan. Ia pasti bukan berasal dari Nara atau desa dekat sini.

Sepuluh meter di belakangnya, aku melihat ia berbelok ke arah di mana seharusnya aku juga berbelok. Aku curiga jangan-jangan ia menuju ke tempat yang sama denganku.

Tak salah lagi, ketika aku sampai mengetuk gerbang hitam rumah milik Pak Bah, gadis itu juga di sana.

“Anak muda ini lagi,” sambutnya ramah. Lebih ramah dari biasanya. Wajahnya juga memancarkan seri yang berbeda.

Aku sungkem mendekap tangan Pak Bah. Sejenak aku melirik sekitar dan kutangkap sosok gadis bertopi baret tadi tengah mengeluarkan isi kopernya di ruangan dalam.

Aku tidak masuk, hanya duduk di depan meja reparasi yang biasa digunakan Pak Bah. Seperti yang kulakukan hari-hari lalu.

Setelah diamati, sepertinya aku pernah bertemu dengan gadis ini, kalau ingatanku tidak salah.

Ingin kutanya siapa gadis itu, tapi belum genap niatku untuk menjalankan. Pak Bah sudah menjelaskan terlebih dahulu.

“Kau satu bus dengan putriku?”

Telingaku berdiri. Dugaan awalku ia hanya sekadar pelanggan Pak Bah, tak kusangka ia adalah putrinya.

Gadis ini benar-benar sudah jauh sekali untuk dikatakan sebagai orang Jawa. 

Bagi orang yang menilai sesuatu hanya dari kelihatannya, pasti tidak akan percaya ini.

Pak Bah adalah orang yang dihormati dan cukup dikenal karena eksistensinya dalam dunia dakwah dan seminar.

Meskipun ia bukan seseorang jebolan pondok pesanten atau sejenisnya, yang kudengar ia sering diminta berbicara tentang pengalamannya menelusuri tempat yang tidak banyak orang Nara bisa lakukan, ke negeri kincir angin misalnya.

“Atau kau kemari diantar seseorang?”

“Tidak, Pak Bah. Tadi naik bus.” Jawabku seadanya.

“Oh, kalau begitu kau pasti sudah melihat putriku. Ia jenuh dengan kehidupannya di kota yang selalu bertemu banyak orang, katanya sesak, riuh, ia tengah kemari mencari sesuatu yang lebih sepi.”

Aku mengangguk.

“Ada apa kau kemari, Nak?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • mesainin

    I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'

    Comment on chapter Epilog
  • cimol

    ayoo !!!

    Comment on chapter Prolog
  • wfaaa_

    next chapter!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Me, My Brother And My Bad Boy
4092      1929     0     
Romance
Aluna adalah gadis cantik yang baru saja berganti seragam dari putih biru menjadi putih abu dan masuk ke SMA Galaksi, SMA favorit di ibu kota. Sejak pertama masuk ia sudah diganggu seorang pria bernama Saka, seorang anak urakan dan bad boy di sekolahnya. Takdir membuat mereka selalu bertemu dalam setiap keadaan. Berada dalam satu kelas, satu kelompok belajar dan satu bangku, membuat mereka sering...
MANGKU BUMI
158      148     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...
Nina and The Rivanos
10318      2497     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
Only One
1095      750     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
Beasiswa untuk yang Mengandungku
569      409     0     
Short Story
perjuangan seorang wanita untuk ibunya. belajar untuk beasiswa prestasi yang dia dambakan demi melanjutkan kuliahnya yang biayanya beigtu mahal. beasiswa itu untuk ibunya.
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
7093      2156     13     
Romance
Hidup Yoga berubah total setelah membeli sepatu butut dari seorang pengemis. Sepatu yang tak bisa dibuang dan selalu membawa sial. Bersama Hendi, teman sekosnya, Yoga terjebak dalam kekacauan: jadi intel, menyusup ke jaringan narkoba, hingga menghadapi gembong kelas kakap. Di tengah dunia gelap dan penuh tipu daya, sepatu misterius itu justru jadi kunci penyelamatan. Tapi apakah semua ini nyata,...
Once Upon A Time: Peach
1137      665     0     
Romance
Deskripsi tidak memiliki hubungan apapun dengan isi cerita. Bila penasaran langsung saja cek ke bagian abstraksi dan prologue... :)) ------------ Seorang pembaca sedang berjalan di sepanjang trotoar yang dipenuhi dengan banyak toko buku di samping kanannya yang memasang cerita-cerita mereka di rak depan dengan rapi. Seorang pembaca itu tertarik untuk memasuki sebuah toko buku yang menarik p...
Transmigrasi ke raga bumil
307      198     2     
Fantasy
Azela Jovanka adalah seorang gadis SMA yang tiba-tiba mengalami kejadian di luar nalar yaitu mengalami perpindahan jiwa dan menempati tubuh seorang Wanita hamil.
Singlelillah
1327      638     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Liontin Semanggi
1609      972     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...