Read More >>"> Denganmu Berbeda (#25) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Denganmu Berbeda
MENU
About Us  

“Gimana ceritanya lo bisa berangkat telat?” ujar Septhian sebagai sapaan pada Varen.

Mungkin bila terlambat dengan normal, Septhian tak perlu untuk heran. Pasalnya, sahabat barunya ini baru tiba dua jam setelah bel masuk berkumandang. Sangat tidak wajar.

Bukannya segera menjelaskan, Varen justru tertawa renyah. Menaikkan kedua alisnya berulang, memasang mimik yang halal untuk disleding. “Gue telat tidur, nanggung, ya udah sekalian telat bangun.”

“Stres,” maki Sephtian yang ditimpali Varen dengan gelak tawa. Namun tawa itu berlangsung sebentar lantaran luka di irasnya menciptakan rasa nyeri kala ia tertawa. 

 

"Lo gak mau tanya kenapa wajah gue babak belur begini?"

 

"Gak, gue tahu alasannya." Varen mendengkus. Ia lupa Septhian ini tahu segalanya. “Lo nggak ngampirin Lana? Biasanya lo bolos trus nyamperin dia di waktu-waktu gini,” tutur Septhian meski pandangannya tetap pada ponsel—meneliti data-data anak kelas X. 

Varen menarik senyum di sudut bibirnya, menggeleng tenang. “Kemarin gue keterlaluan.” 

Septhian mengangkat sebelah alisnya, menjeling sebentar. “Tumben sadar,” gumamnya.

Setelah mengembuskan napas kasar-kasar, Varen kembali berujar, “Gue nggak mau bikin dia semakin marah,” tandasnya.

Septhian bersilih menautkan kedua alisnya. Menjauhkan netra dari gawai yang ia non-aktifkan. “Keterlaluan gimana?”

“Gitu lah. Privasi.”

Septhian mendengkus, meski sebenarnya ia tahu apa yang terjadi. Mana ada privasi jika Varen sudah menjadi sasaran empuk para Seksi Jurnalistik?

 

Septhian bergeming cukup lama ketika melihat pandangan Varen kosong dan kentara hampa. Lelaki itu jadi merasa iba dengan sahabatnya. Posisi Varen serba salah di mana-mana. “Lo udah cek mading?”

Tersadar, Varen kembali terdiam—berpikir akan kemungkinan isi mading pagi ini. “Tentang gue sama Lana?” terkanya kemudian.

“Seratus buat lo! IYA!” seru Septhian heboh. 

Enggan tetapi penasaran, Varen berasak menaikkan satu alisnya tinggi-tinggi. “Yang mana?”

‘BREAKBREAK NEWS:

Fresh and Very Big Big Big News! Varen Cium Lana di UKS Setelah Ditonjok Habis habisan Sama Buki'12 IPS 5!!

 

Kemarin ada keributan kacau balau didepan kelas, saat Lana mengatai wajah Buki kayak tai. Buki jelas marah dan mau nonjok Lana; eh, tapi tiba tiba Good boy Most Wanted Se-galaxy belain cewek culun itu. Alhasil, wajah tampan Varen sedikit hancur. Lantas, tanpa berlama-lama Lana mengobati Varen di UKS. Memaksa cowok itu untuk cium dia sebagai rasa terimakasih udah diobatin!!!! Gils murahan banget gak sih?!

Si Varen gak cium cium juga, tuh. Sampai akhirnya setelah dipaksa, dia cium sekali tepat di pucuk kepala. Namun tak diduga-duga, Lana marah dan hancurin UKS, gaizz! Cuma karena dicium sekali doangg! Menggila sekaliii!! 

Bukti foto:

/pict

Kesel sama cewek kampungan alias Dukun Abal-abal? Kuy, beli telur busuk pada Ibu Kantin tercinta buat lemparin kepalanya!

-Seksi Jurnalistik'

Varen buru-buru menyambar kertas manila tersebut, mencabiknya, arkian melontar benda itu ke tempat sampah. Pandangan taruna itu kosong.

“Beneran, Ren?!” Septhian mencoba memastikan.

“Yang gue cium, beneran. Tapi, dia gak minta dicium! Justru ... dia marah sama gue karna itu,” ungkap Varen menahan gusar.

“Kasihan Lana,” lirih Septhian. “Udah, lo laporin aja ke Kepsek masalah si Iris! Dia terus-menerus bikin hoax, Ren! Dia harus dibungkam!”

“Apa mereka mau percaya? Ada bukti foto, Yan, masalahnya. Iris bener-bener licik!” resah Varen.

“Percaya, lah! Lo ‘kan cowok tergans se-galaxy! Kita ada bukti rekaman pengakuan Iris juga, kan?!” Varen membisu, pandangannya terpaku entah ke mana. Ia sungguh mengkhawatirkan Lana sejak hari itu. Namun entah kenapa ia diliputi ragu. “Bener, deh. Coba dulu!”

“Gue nggak yakin.”

“Kalau nggak, ya ... sebagai gantinya lo selalu ada di sisi dia. Bener-bener ada buat dia. Lindungi dia. Apa pun risikonya. Jangan biarin dia tenggelam sama rasa bencinya ke lo!”

“Tapi kalau nanti dia ilfeel sama gue?!” cicit Varen takut-takut.

“Enggak. Lana nggak bakal ilfeel.” Septhian menyengguk memastikan. Lalu dua detik setelahnya, “Kayaknya.”

Meski telah menimbang banyak hal, memikirkan ratusan kemungkinan—Varen masih sangsi. Ia gentar salah mengambil langkah; ia gentar akan menyukarkan; ia gentar kemungkinannya untuk mendapatkan Lana akan menghilang.

Haruskah ia mengindahkan tengara?

“Ren ....” Mendengar panggilan lirih itu, Varen lekas berdecak lirih. Berlalu menjauhi bahana. Lelaki berparas tampan itu tak ingin membuang-buang waktu untuk mengeruhkan isi sanubari.

“Ren! Dengerin gue dulu! Gue bener-bener nggak sengaja!” pekik Irena kuat-kuat. Gadis bersurai lurus itu mulai berlari membuntuti Varen; namun pemuda itu sedang ingin berkutat oleh dilema meganya.

“Ren—“

“Kenapa?! Mau hina Lana kayak yang lain juga?” sergah Varen dingin. Membalikkan raganya dengan terlampau tiba-tiba; Irena sampai tersentak karenanya. “Kenapa? Jawab gue, Ren! Gak usah ragu untuk bilang ‘iya’!”

Irena menggeleng kilat, gelagapan. “L-lo salah paham! Gue nggak dorong d—“

“Terlepas dari bener atau nggaknya tuh berita ... tapi lo dorong Lana, ‘kan?” 

 

Irena sengap. Sedikit merundukkan tendas untuk menolak kontak netra dengan telak.

“Semua bohong, Ren. Apa lo nggak mau berusaha percaya sama sahabat lo sendiri?” Varen berujar lagi.

“Gu-gue emang dorong Lana; tapi sumpah demi apa pun gue nggak sengaja!” desak Irena. Masih mencoba untuk menggapai lengan Varen dan memeluknya—bermaksud membuatnya mengerti.

Laki-laki itu memalingkan roman simetris miliknya; teramat-sangat muak terhadap Irena. Muak pada perubahan drastis yang terpicu oleh kenyataan sederhana itu. Ah, galat—boleh jadi sakit hati tidak sesederhana itu. Namun Varen hanya tidak bisa terima jika ia alasan rusaknya persahabatan keduanya. 

“Tapi kenapa lo berlagak kayak lo nggak salah apa pun sama Lana? Kenapa lo minta maaf dan jelasin ketidaksalahan lo sama gue?!”

Irena kembali menggeleng, hanya saja kali ini kentara tegas.

“Gue nggak mau minta maaf sama dia!” Irena masih menggelengkan tendas. “Dia jahat sama gue! Dia manfaatin gue selama ini!” tekannya bersikeras. 

“Kan! Lo bohongin diri sendiri. Lo keras kepala sama gagasan yang jelas bertentangan sama kata hati.” Varen tersenyum hambar, “Apa yang ada di otak lo, sih, sampe masih percaya kalau Lana itu sosok ancaman bagi lo?!” sentaknya tajam.

“Karena—“ 

“Apa?”

Irena menutup rapat kedua pangkal bibirnya.

“Kalaupun nggak ada Lana di hidup kita berdua ... keadaannya tetep sama, Ren. Lana nggak pernah rebut gue dari lo, karena gue nggak pernah cinta sama lo!” Kalimat yang Varen lontarkan menjelma jadi suatu belada; belada yang mengoyak habis kalbu repihnya, relai. Tercerai-berai.

Berlagu mencuaikan, lelaki itu menarik langkah. Menyisihkan Irena dengan sedu pilu nan sayu.

“R-ren! Tunggu!” Buru-buru, Septhian berhamburan mengekori sahabatnya; melalui Irena yang membeku di sana. Dibekamnya amarah dalam-dalam. Malahan tangis pun tak dibiarkannya merembah. Ia tenggelam dalam ratapan kalbu.

“What’s a special thing from that girl?! Is Lana that perfect?” raung Irena frustrasi selepas membanting pintu biliknya. Dara materialistis itu melanting tas yang disompohnya pada lemari hitam penuh boneka. Melantarkan objek-objek gemas itu jatuh berselerak.

“Apalagiii?” desah Alika nan menyembulkan hulu dari ambang pintu. 

“Lana! Each day she makes me so angry, Al. She is even ignoring the school’s threats! I beg you, as soon as possible to throw—“

Alika menangkup kedua pipi Irena, mencekal dan membungkam si adik tercinta supaya amarahnya reda.

“Jangan, jangan irii. Jangan iri dengki,” ujar Alika, memasang senyuman yang dimanis-maniskan.

Bertepatan dengan lengannya yang menghempaskan tangan Alika; Irena menoleh sengit. Menjaga jarak dengan Alika. Dirinya selalu antipati ketika dara itu sok kelokalan, tetapi jatuhnya justru kurang update. Namun mau bagaimana lagi? Alika telah menghabiskan sepuluh tahun di Inggris tanpa sempat kembali.

“Nggak! Gue nggak akan diem aja. Harga diri gue udah hilang.”

“Harga diri apa, sih? Nggak usah alay, ya! Paling—“

“Gue ditolak sama Varen.”

Alika membeliak tajam, bahkan mungkin bola netranya akan melompat dari tempatnya eksesif terkejutnya. “What?! Adik gue yang cantiknya kayak bidadari surga, yang hartanya tak terhingga, yang seksinya tak terkira, tapi otaknya binasa di tolak seorang Varen Michiavelly?!” pekik Alika membabi buta. “Wah, sedeng tuh anak!” makinya tajam.

“Otaknya binasa?” Irena mendelik, sedang Alika yang tadinya berapi-api beralih terkekeh lirih.

“S-sorry, hehe. Itu realitas,” decit Alika. 

Irena mendengkus, lebih lagi kala dua kata itu mengingatkannya pada Lana. Namun dengan egois, ia tak lagi hirau.

“Pokoknya, gue nggak mau tahu ... besok Callia Lana Galatea harus hengkang dari Glare High School! Sekali lagi, gue nggak mau tahu!” tekan Irena pada antero ucapannya, sebelum kemudian bertolak. Menyisakan ribuan umpatan dalam bibir Alika yang telah berbusa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dream of Being a Villainess
865      484     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Aditya
1161      473     5     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...
Salju yang Memeluk Awan [PUBLISHING IN PROCESS]
12197      1916     4     
Romance
Cinta pertamaku bertepuk sebelah tangan. Di saat aku hampir menyerah, laki-laki itu datang ke dalam kehidupanku. Laki-laki itu memberikan warna di hari-hariku yang monokromatik. Warna merah, kuning, hijau, dan bahkan hitam. Ya, hitam. Karena ternyata laki-laki itu menyimpan rahasia yang kelam. Sebegitu kelamnya hingga merubah nasib banyak orang.
Ghea
418      268     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
The Secret
335      217     1     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...
KataKu Dalam Hati Season 1
3535      1069     0     
Romance
Terkadang dalam hidup memang tidak dapat di prediksi, bahkan perasaan yang begitu nyata. Bagaikan permainan yang hanya dilakukan untuk kesenangan sesaat dan berakhir dengan tidak bisa melupakan semua itu pada satu pihak. Namun entah mengapa dalam hal permainan ini aku merasa benar-benar kalah telak dengan keadaan, bahkan aku menyimpannya secara diam-diam dan berakhir dengan aku sendirian, berjuan...
A Day With Sergio
1080      523     2     
Romance
Nightmare
391      264     2     
Short Story
Malam itu adalah malam yang kuinginkan. Kami mengadakan pesta kecil-kecilan dan bernyanyi bersama di taman belakang rumahku. Namun semua berrubah menjadi mimpi buruk. Kebenaran telah terungkap, aku terluka, tetesan darah berceceran di atas lantai. Aku tidak bisa berlari. Andai waktu bisa diputar, aku tidak ingin mengadakan pesta malam itu.
Kesempatan
16769      2684     5     
Romance
Bagi Emilia, Alvaro adalah segalanya. Kekasih yang sangat memahaminya, yang ingin ia buat bahagia. Bagi Alvaro, Emilia adalah pasangan terbaiknya. Cewek itu hangat dan tak pernah menghakiminya. Lantas, bagaimana jika kehadiran orang baru dan berbagai peristiwa merenggangkan hubungan mereka? Masih adakah kesempatan bagi keduanya untuk tetap bersama?
Lazy Boy
4191      1114     0     
Romance
Kinan merutuki nasibnya akibat dieliminasi oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa pulang medali emas, dia bisa meraih impiannya kuliah gratis di luar negeri melalui program Russelia GTC (Goes to Campus). Namun di saat keputusasaa...