Loading...
Logo TinLit
Read Story - Denganmu Berbeda
MENU
About Us  

“Silakan kemasi barang-barangmu, Lana. Kamu harus segera keluar dari sini!” tekan Bu Hani, Kepala Sekolah dari Glare High School.

Lana yang mulanya tak begitu memperhatikan ucapan Bu Hani, buru-buru melangah nanap bercampur tak percaya kala namanya disebut terang-terangan. Kedua netra itu langsung berkaca-kaca, kehabisan kata.

“Ada apa ini, Bu?! Lana nggak bisa dikeluarkan tanpa alasan kayak gini!” seru Candra tak terima. Laki-laki itu sampai berdiri dari duduknya.

Serupa dengan mayoritas murid di sana, Irena mengerising lega dari tempatnya. 

“Maaf, Nak Cogan. Ibu harus,” desis Hani, menatap Candra lurus-lurus. 

Di tengah kerusuhan dari para siswa yang ingin tahu, seketika ketukan pada pintu kelas membuyarkan suasana. Tersembul sosok tampan nan berpijak di hadapan pintu—menghalangi siapapun untuk masuk, terhitung Dienka yang ikut mendengar kabar angin pagi tadi.

Nyata segenap kelas ricuh akan kemunculan Varen—pujaan semesta. 

“Bu ... bisa bicara sebentar?” tanya Varen santun. 

🌻

“Serius, Bu. Lana nggak mungkin melakukan itu. Ini saya membela bukan karena Lana pacar saya, Bu. Tapi memang itulah kenyataannya,” papar Varen sungguh-sungguh.

“Betul, Bu! Gue saksinya,” jerit Dienka heboh. 

“Saya juga, Bu. Saya tahu ssegalanya—dan bukannya seperti orang bilang, 'Yang banyak belum tentu benar'?” Ini Septhian yang menimpali.

“Emang ada orang yang ngomong gitu?” kisik Dienka skeptis.

“Mungkin ....” bisik Septhian balik.

Lantaran kelabilannya tak ada yang menandingi, Hani jadi berdiam diri. Jemarinya terlena mengelus dagu. Tak kunjung memberi kepastian pada Varen, Dienka, juga Septhian yang terus memandangnya dengan mata berbinar.

“Baiklah. Ibu memutuskan untuk percaya karena ada suara dari Nak Cogan, Orang Tertampan Se-galaxy, Ketua Kelas Terteladan, dan Perempuan Tertomboi di sekolah ini,” putus Bu Hani seyakin-yakinnya. Semoga saja beliau tidak mengubah keputusannya kedua kali. “Ya sudah, biarkan Lana tetap di sini dan menyelesaikan urusannya secepat mungkin!”

“Akh! Terima kasih banyak, Bu!” pekik ketiganya serempak, sedang dengan angkuhnya Hani hanya manggut-manggut.

“Ah ... iya, Bu. Ada satu hal lagi!” imbuh Varen. Menciptakan gelombang di kening Dienka juga Septhian yang menentangnya intens.

🌻

Sebab Hani tak lekas kembali, kericuhan pun tak juga berhenti. Puluhan pertanyaan terlontar dari mulut mereka, lebih lagi akan alasan mengapa Varen ikut serta. Kekacauan ini bagai lengkara untuk mereda.

“Nggak usah khawatir. Walau Varen gila, gue tahu dia nggak bakal biarin lo pindah gitu aja,” lirih Candra hati-hati. Lengan kekarnya sibuk membelai punggung Lana yang menekuk lesu. Dara itu kentara terpukul.

Dengan dua netra yang terpejam dalam, Lana terus merapal doa tanpa suara. Dua telempap berserta kesepuluh jemarinya bergala lekat. Berharap akan adanya mirakel. Berharap Tuhan kembali memberi kasihnya. Berharap ujian yang dilaluinya tak turut menjalar pada keluarga tercinta.

Kendati tak semelarat itu, tetapi bagaimana perasaan kedua Orang tua-nya nanti bila serta-merta ia dikeluarkan? Pasti hancur, bukan?

“Lan? Lo denger gue, ‘kan?” lirih Candra ragu. 

Lana menyahut dengan anggukan samar. Lidahnya kelu, tak mampu untuk berujar sepatah kata pun. 

Kemudian, sesudah sarat kecemasan melandanya puluhan menit, pintu kelas kembali melangah. Disusul oleh kehadiran Ibu Hani beserta dua anak yang mengekorinya. Menciptakan kerutan pada glabela semua siswa, tak terkecuali Lana.

“Anak baru di kelas kalian,” tunjuk Bu Hani pada Varen nan menyengir lebar, bersama Septhian yang berasak menggaruk pucuk kepala. Pemuda tampan yang bergelar Ketua Kelas Terteladan itu gelisah dengan suasana, ditambah lagi kala sekonyong-konyong Varen mendesaknya untuk masuk. 

“WHATTT?!” raung kebanyakan murid termasuk Oyu dan Septhian yang jelas terkejut.

Seruan-seruan nan diselingi dengan nama hewan berkaki empat mulai terdengar. Menggaduhkan kelas, tetapi juga mengembangkan seringai dari bibir Varen—ia terlampau bahagia. Irena yang 24/7 selalu murung saja sampai sudi menyunggingkan senyum lantaran fakta sederhana barusan.

“Tapi karena kekurangan bangku ....” Bu Hani mengedarkan pandangan. Tak butuh waktu lama karena ia kembali membuka mulutnya, “Irena pindah ke kelas Varen, ya? Kemasi barangmu karna Varen akan duduk di bangku itu,” imbuh Bu Hani. Menciptakan umpatan tanpa suara dari bibir cantik tersebut. 

‘Sialan. Kenapa harus gue?!’

“Varen dan Septhian boleh duduk di tempat yang telah tersedia,” titahnya lagi, masih dengan kepala yang terangkat tinggi. Mencoba menggunakan bahasa formal yang sesungguhnya terdengar konyol.

“T-terus saya gimana, Bu?” Lana memberanikan diri untuk bertanya.

Hani menjeling pada anak muridnya, memasang senyuman tipis. “Tetap di sana, Lana. Ibu memutuskan untuk percaya.”

Jelas bukan gurauan belaka, netra Lana membelalang dramatis. Menahan pekikkan. Ia bahagia, tetapi juga lenggana. Maksudnya, bukankah ini kabar buruk bila Candra, ia, dan Varen kini sebaris bersaf?! Apa kelak kenyataan itu akan membuatnya jauh lebih celaka dan sengsara?

“Bu, sebelum kelas di mulai, boleh saya bicara sebentar dengan Irena?”

“Kalau kurang dari lima menit, boleh.”

Irena yang tengah mengemasi barang, ataupun Lana yang masih terkejut itu membeku. Terbungkam juga terjebak pada dimensi yang melantarkan keduanya terperanjat.

‘Buat apa dia ngomong sama Irena?!’

‘Buat apa dia ngomong sama gue?!’

Batin keduanya serempak.

Meski masih skeptis, Irena lekas menghentikan benah-benahnya. Bangkit dan sama-sama mengegah keluar dengan Varen, menyisakan kericuhan kelas pun dengkusan dari Lana yang berupaya tak mengindahkan.

“Gimana?”

“Gi-gimana apa?” cicit Irena terbata-bata.

“Gimana rasanya gagal untuk merusak masa depan Lana? Sedih, ya?” Irena hanya gelagapan. Bagai bergelegak, keningnya kini basah kuyup. “Maaf, ya, gue udah merusak niat mulia lo itu.”

“B-bukan, Ren! Bukan gue yang buat Lana—“

“Apa? Mau bohongin gue lagi?” sela Varen pada Irena yang masih terbata-bata. “Satu-satunya orang yang paling kaya di sekolah ini cuma lo. Cuma lo yang bisa sewenang-wenang pakai duit. Cuma lo yang suka menghalalkan segala cara. Bahkan Iris pun nggak ada niatan untuk itu.”

Irena terbungkam. Gentar untuk membela diri. Biar bibir yang memucat itu masih bergerak cepat, tetapi suara selirih apa pun tak terdengar dari sana.

“Tunggu Tuhan yang bales semuanya, Ren. Gue nggak mau repot untuk itu.” Penaka prevalensi, Varen kembali angkat kaki.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
8508      2292     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
The Last Blooming Flower
9092      2592     1     
Romance
Di ambang putus asa mencari kakaknya yang 20 tahun hilang, Sora bertemu Darren, seorang doktor psikologi yang memiliki liontin hati milik Ian—kakak Sora yang hilang. Sora pun mulai menerka bahwa Darren ada kunci untuk menemukan Ian. Namun sayangnya Darren memiliki kondisi yang membuatnya tidak bisa merasakan emosi. Sehingga Sora meragukan segala hal tentangnya. Terlebih, lelaki itu seperti beru...
From You
387      268     4     
Romance
Hanna George, hanyalah seorang wanita biasa berumur 25 tahun yang amat cantik. Ia bekerja sebagai HRD di suatu perusahaan. Hanna sudah menikah namun di saat yang bersamaan ia akan bercerai. Di tengah hiruk pikuknya perceraian yang berakhir dengan damai—mungkin, Hanna menyempatkan diri untuk pergi ke sebuah bar yang cukup terkenal. Di sanalah Hanna berada. Dalam ruang lingkup dunia malam, ber...
The Legend of the Primrose Maiden
1026      548     1     
Fantasy
Cinta dan kasih sayang, dua hal yang diinginkan makhluk hidup. Takdir memiliki jalannya masing-masing sehingga semua orang belum tentu bisa merasakannya. Ailenn Graciousxard, salah satu gadis yang tidak beruntung. Ia memiliki ambisi untuk bisa mendapatkan perhatian keluarganya, tetapi selalu gagal dan berakhir menyedihkan. Semua orang mengatakan ia tidak pantas menjadi Putri dari Duke Gra...
Before You Go
434      295     2     
Short Story
Kisah seorang Gadis yang mencoba memperjuangkan sebelum akhirnya merelakan
Allura dan Dua Mantan
4651      1351     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
Guguran Daun di atas Pusara
510      351     1     
Short Story
Varian Lara Gretha
5554      1711     12     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
Kacamata Monita
1277      567     4     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Nothing Like Us
36361      4561     51     
Romance
Siapa yang akan mengira jika ada seorang gadis polos dengan lantangnya menyatakan perasaan cinta kepada sang Guru? Hal yang wajar, mungkin. Namun, bagi lelaki yang berstatus sebagai pengajar itu, semuanya sangat tidak wajar. Alih-alih mempertahankan perasaan terhadap guru tersebut, ada seseorang yang berniat merebut hatinya. Sampai pada akhirnya, terdapat dua orang sedang merencanakan s...