Read More >>"> After Feeling (Chapter 20) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - After Feeling
MENU 0
About Us  

Persekian menit, Kanaya selalu menatap jam dinding. Jiwa yang bersemangat itu tersebar lewat ekspresi wajahnya. Bukan tanpa alasan, hari ini dia ada janji bersama seseorang. Ya, janji sepihak. Walau dengan cara yang sedikit kampungan, tapi itu berhasil. Kemarin, Kanaya bahkan tidak membiarkan ponsel jauh darinya. Namun, hingga hari ini pun, Vincent tak membalas pesan yang ia kirimkan. Awalnya dia mengira bahwa pesannya tak terkirim, tapi pemberitahuannya sudah sangat jelas, laki-laki itu bahkan sudah membaca pesannya. Bersyukur hari ini Adelia tak kuliah, bahkan dia tak keberatan berjaga hingga malam. Lagi pula Mira juga akan datang nanti. Jadi, dia bisa pulang cepat hari ini.

Ini terasa mendebarkan, bahkan senyum samar itu selalu keluar saat Kanaya mengingat Vincent. Sambil membubuhkan pewarna bibir dan merapikan rambutnya, Kanaya berpikir apa yang sebaiknya mereka makan malam ini. Ya, untuk sebuah cinta, Kanaya bahkan berani memakai uang daruratnya. Tidak apa-apa, setidaknya, inilah perjuanganku.

Pukul empat lewat lima belas. Mira datang dengan senyum lebarnya yang seperti biasa. Kali ini dia memakai pakaian serba merah muda, terlihat persis seperti cosplay girl band.

Mira berjalan ke arah loker dan memperhatikan Kanaya, tatapan matanya seperti orang keheranan. “Kanaya, kau mau ke mana?” tanyanya. Mira mendekat, “kau berdandan? Tumben sekali.” Dia melanjutkan.

Kanya hanya tersenyum. “Aku ada urusan.”

“Urusan apa?”

Kanaya menoleh, di dalam kepalanya tebersit pertanyaan, kenapa gadis ini selalu ingin tahu tentangnya. “Aku ada kencan,” jawab Kanaya yang sontak membuat Mira terbelalak tak percaya.

***

Rambut cokelatnya tergerai bebas, jins hitam ketat dan sweter putih bergambar karakter anime kebanggaannya itu terpampang. Kanaya sedikit canggung saat menunggu Vincent di depan restoran tempat dia bekerja. Laki-laki itu tidak mengangkat teleponnya, bahkan tidak membalas pesannya. Kanaya sedikit merasa takut, mungkin kedatangannya ke sini akan sia-sia. Vincent mungkin tak berminat untuk pergi makan malam bersamanya. Dia mengecek ponselnya lagi, masih sama, tidak ada balasan apa pun. Kali ini, hatinya sedikit bergetar. Dia dilema, haruskah dia masuk saja, mengabaikan reaksi orang-orang dan tanpa ragu duduk hanya untuk menunggu Vincent? Ah, tapi saat dia memikirkannya lagi, ternyata dia masih memiliki sedikir rasa malu. Pada akhirnya dia memilih untuk menunggu sebentar lagi. “Ya, mungkin sebentar lagi.”

Kanaya menyebutkan kalimat itu setengah jam yang lalu. Saat dia menengadah ke atas, warna langit sudah kemerah-merahan, bahkan hampir gelap. Vincent sama sekali tak membalas pesannya. Kanaya tak mengatakan satu kata pun, dia mengangkat tubuhnya, beranjak dari tempat duduk yang berada di samping restoran. Langkah kakinya meragu, mungkin saja dia harus masuk dan mengecek sendiri. Namun, sedikit banyak dia menyadari, bahwa hanya dialah yang bersemangat hari ini. Kanaya memandang kakinya yang dilapisi dengan sepatu kets putih, lalu ia terkekeh pelan. “Kenapa aku jadi tak tahu diri seperti ini. Konyol sekali,” umpatnya pelan.

Percuma saja, tidak ada yang harus disalahkan, ini semua tentang ekspektasi yang terlalu tinggi. Kanaya itu tak pernah menyukai laki-laki terlebih dulu, jadi dia sedikit asing dengan rasanya di tolak. Kanaya memanyunkan bibir, dia melirik sekilas, tapi Vincent tetap tak terlihat. Kemudian, setelah beberapa kali berpikir, dia memutuskan untuk pulang adalah yang terbaik. Mungkin bukan hari ini, tapi, tetap saja kecewa itu membuat perasaan tidak nyaman. Cuaca semakin dingin, seakan menampar keras Kanaya yang terdiam. Mungkin Adelia benar, Kanaya bukanlah seleranya.

Tanpa berhenti sedikit pun, langkah gadis itu kian menjauh, wajahnya yang semula girang lambat laun mulai mengecut. Ada saatnya kening itu mengernyit, dia ingat bagaimana dia berkata pada Mira bahwa dia akan berkencan, dengan percaya diri pula. Jika Mira tahu hal ini, gadis itu pasti akan tertawa terbahak-bahak.

Kanaya menghela napas kasar, menatap getir layar ponsel untuk memesan ojek online. Suasananya terlalu ramai, hingga banyaknya suara membuat telinga Kanaya berdengung. Ilusi layaknya suara-suara itu memanggil namanya pun tak terelakkan. Kemudian, suara langkah kaki berderu hebat, Kanaya dapat merasakan, suara itu mengarah padanya, tepat di belakangnya. Jantung gadis itu berdebar, apakah seseorang sedang mengincar dirinya? Tidak, di sini kan ramai. Kanaya terkejut, seseorang memegang pundaknya dengan kuat dari belakang. Sontak gadis itu menoleh dan bergerak mundur. Netranya membulat tatkala melihat pemandangan di depannya. Keringat yang menetes dari rambut dan dahi laki-laki itu mengalir, membasahi kelopak mata dan pipinya. Napasnya tersengal, mungkin dia sudah berlari lumayan jauh. Ada kepanikan pada ekspresi wajahnya. Dia menunduk, tangannya bertumpu pada kedua lututnya. Kanaya hanya diam membiarkan orang itu mengatur napasnya lebih dulu. Kemeja putihnya basah karena keringat, wajahnya yang panik itu pun jadi sedikit mengilap.

“Kau ... jalannya cepat sekali,” ujarnya masih setengah tersengal.

“Kau berlari ... mengejarku?”

Laki-laki itu menegakkan badan, dia berkacak pinggang, sesekali ia mengusap keringat pada wajahnya. “Ya, aku sudah memanggilmu berkali-kali, tapi kau tak mendengarnya. Kau ada masalah pada telinga, ya?”

Kali ini kebingungan itu telah berubah menjadi rasa senang. Sudut bibir Kanaya terangkat. Dia tertawa pelan. “Kupikir kau tak akan menemuiku hari ini.”

Vincent mengembuskan napasnya. Kini, napasnya sudah lebih teratur, hanya jantungnya yang masih berdegup kencang. “Aku ... sedang banyak pelanggan tadi, jadi aku keluar sedikit terlambat.”

***

Di sini berisik, tidak, suara debaran jantunglah yang membuat telinga Kanaya berdengung. Gadis itu mengulum senyum, walau terkesan diabaikan oleh lelaki yang tengah duduk berhadapan dengannya. Di otaknya merekam berbagai hal yang mungkin akan terjadi malam ini. Suara sendok berdenting sesekali, tapi tak ada suara kunyahan yang terdengar, selain suara kerupuk yang menggiurkan. Vincent makan dengan sangat tenang, kedua matanya tak pernah menyorot Kanaya, tapi juga tak menyorot ponsel seperti beberapa pasangan di sana.

Menu makan malam mereka hanya nasi goreng spesial dengan campuran seafood. Sangat enak dan terlihat menakjubkan saat pertama kali dihidangkan. Tapi, Vincent tentu tak sebanding dengan sepiring nasi goreng, walau sudah ada kata spesial sekali pun.

Tidak banyak yang bisa mereka bicarakan, selain kosakata yang tak bermakna. Itu karena Vincent tak banyak bicara. Lelaki itu bahkan hampir tak pernah memandang Kanaya selama setengah jam ini. Desir angin yang berasal dari kipas besi di ruangan itu pun menyapu pikiran Kanaya, berpikir cepat agar dia tak kehabisan kata-kata. Untuk beberapa saat dia terlihat kesal, kenapa dia harus bersusah payah hingga seperti ini, jika bukan karena hatinya yang berlabuh pada Vincent, tentu saja hal-hal merepotkan ini tak akan pernah ia lakukan. Kanaya menyedot es teh yang masih tersisa setengah gelas, tenggorokkannya mulai kering.

Dia ini benar-benar, ya. Bukankah harusnya laki-laki yang sibuk berpikir untuk memulai percakapan. Dan sekarang, malah aku yang kebingungan mau berbicara apa lagi dengannya.

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Her Glamour Heels
498      343     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
Kuburan Au
755      497     3     
Short Story
Au, perempuan perpaduan unik dan aneh menurut Panji. Panji suka.
Coklat untuk Amel
203      172     1     
Short Story
Amel sedang uring-uringan karena sang kekasih tidak ada kabar. HIngga sebuah surat datang dan membuat mereka bertemu
Take It Or Leave It
5007      1760     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
WALK AMONG THE DARK
764      415     8     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...
Samudra di Antara Kita
26906      4075     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...
Love Al Nerd || hiatus
112      88     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Dark Fantasia
4715      1433     2     
Fantasy
Suatu hari Robert, seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai pengusaha besar di bidang jasa dan dagang tiba-tiba jatuh sakit, dan dalam waktu yang singkat segala apa yang telah ia kumpulkan lenyap seketika untuk biaya pengobatannya. Robert yang jatuh miskin ditinggalkan istrinya, anaknya, kolega, dan semua orang terdekatnya karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Harta dan koneksi yang...
RUMIT
4873      1579     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Let Me Go
2408      1013     3     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...