Hari pertama di SMP membuat ku mix feeling, ada rasa gembira karna perasaan meninggalkan masa kanak-kanak di Sekolah Dasar, namun juga rasa deg deg an dengan berbagai pertanyaan. Siapa teman baruku, siapa bagaimana guru- guru yang akan mengajar.
"Tania, tania " panggilan itu membuyarkan lamunan ku sesaat. Kulihat sahabat SD ku berlari menujuku.
"Hi Ria" jawabku, kemudian kami berjalan bersama. Beruntung nya aku, karna ada beberapa teman SD ku juga masuk ke SMP yang sama sehingga cukup membuatku merasa aman dan tenang.
"Mudah-mudahan kita sekelas yah, Ria." Kataku.
"Iya, gue rasa sih kita pasti sekelas, yuk buruan kita liat ke papan pengumuman."
Aku dan Ria segera berjalan cepat menuju papan pengumuman yang sudah di kerumuni banyak anak- anak yang ingin melihat pembagian kelas.
Ketika aku dan Ria sedang mencari2 nama kami, tiba- tiba seorang anak laki2 menubruk ku dan langsung maju ke depan ku bersama2 dengan beberapa temannya.
"Apaan sih nih orang" kataku sambil menghepaskan tanganku.
"Ih ada cewe yang marah, guys, galak juga nih cewe, cakep2 betean." Kata anak yang menubruk ku sambil tertawa2 bersama 4 temannya.
"Yoi, yoi...galak bener neng." Kata temannya.
Dengan berani, aku melotot in mereka.
"Awas lu pada, gue sama temen gue belum beres." kataku sambil menarik Ria mendekat ke papan pengumuman.
"Silahkan tuan putri yang bete." Kata seorang dari mereka yang di ikuti oleh tawa dari mereka. Aku dan Ria mencoba tidak mengubrisnya, dan kami fokus melihat papan pengumuman yang memberitahukan kelas kami.
"Tania, kita sekelas... yeay, kelas 1c, Tania." Ucap Ria sambil memelukku.
"Seriusan lu...mana?? Oh iya." jawabku ketika aku sudah menemukan nama ku dan nama sahabatku Ria.
"Ayo, kita cari kelas kita sekarang." Seru Ria sambil menarik tanganku.
Aku dan Ria segera duduk di tempat yg telah kami pilih. Namun tiba2 moodku menjadi down ketika aku melihat anak laki2 yang tadi sangat menyebalkan di papan pengumuman tadi, juga masuk ke kelas yang sama bersama 1 orang temannya.
"Ria, si tengil juga sekelas sama kita, bete deh gue." Ujarku kepada Ria.
"Ciyus lo? Oh iya, ya elah bakalan rese deh dia, eh tapi dia ga sama geng nya, cuma sama seorang temennya, ta." Kata Ria sambil memperhatikan kedatangan mereka.
"Hi cantik, kita sekelas juga yah." dengan tengilnya anak laki2 itu melewati bangku kami. Aku dan Ria hanya diam saja, sambil memberikan tatapan judes kepadanya, namun ....OMG... dia hanya tersenyum dan melewati kami tanpa rasa berdosa.
"Idiiihhhhhh." ujarku kepada Ria
Hari- hari di bangku SMP ku sangat menyenangkan, dan aku menikmati waktu-waktu aku menjadi remaja. Aku terlibat di berbagai kegiatan olahraga dan seni. Aku ikut ekstrakuliker basket, nari dan juga choir. Bersama-sama dengan Ria dan teman - teman baru ku, kami selalu kompak dan menjadi remaja yang ceria.
“Gue jemput lo yah untuk basket sore ini.” ucap Mawar teman baruku satu hari di akhir kelas sambil mengemas buku dan memasukkan ke tas sekolah. Aku mengangguk sambil tersenyum dan sibuk mengumpulkan semua alat sekolah ku.
“Eh Tania, lu tahu ga Rama. Dia kan juga ikutan basket lho.”
“Oh si tengil itu, I don’t care sih actually.” Jawabku ketika Mawar berbicara tentang anak lelaki yang akhirnya ku ketahui namanya Rama.
“Dia keren, tahu.., dia tuh temen SD gue dulu, bokap nya jendral trus dia juga kaya anak pejabat deh, lagi SD banyak yang demen sama dia lho.”
“Pantesan tengil … tapi buat kita sih not interesting sih .” Sambar Ria yang mendengarkan sedari tadi. Aku tertawa kencang dan mengangguk kan kepalaku.
“Awas lu kalo ada diantara lo nanti naksir Rama. Gue bakal ketawa paling keras.” jawab Mawar. Aku dan Ria lansgung melotot dan tertawa bersamaan.
“Ga mungkin kali.” Jawabku sambil memeluk Ria dan Mawar dan kami tertawa bersama sambil keluar kelas dan berjalan menuju gerbang sekolah.
“Hi cantik, pulang bareng yuk.” Tiba2 sebuah mobil berhenti di depan kami dan di dalam nya Rama bersama teman2 nya ada di dalam mobil sambil tertawa2 menyebalkan. Aku melangkah cepat menarik tangan Ria dan Mawar menjauhi mereka.
“Hahahha jangan2 Rama suka sama lo deh, Tania.” Ucap Mawar
“Apaan sih? Jangan sok tahu ah.” Jawabku tersipu, namun aku merasa seperti ada suatu perasaan senang merayap pelan di dalam batin ku, namun aku langsung menghalaunya…ga mungkin dan tidak boleh, Mawar akan mentertawakan aku hahis-habisan.
Tidak terasa, hampir setahun masa2 di SMP telah kami jalani, bagiku masa yang sangat menarik dan menyenangkan. Teman2 ku semakin bertambah dan makin semakin kompak. Permainan basket ku pun semakin maju, dan target ku aku harus menjadi tim inti di kelas 2 nanti. Untuk kesenian, aku pun terlibat dan aku menikmatinya. Untuk acara akhir tahun, aku terpilih memerankan ken Dedes dalam acara drama musikal. Sehingga hari-hari ku sibuk dengan berbagai latihan.
“Eh lu liat ga Rama sama teman-temannya keren yah tadi pas latihan drama musikal, tarian mereka gila, lu mesti akui keren kan.” Ucap Mawar di suatu hari ketika kami selesai latihan drama musikal. Aku diam saja, enggan untuk menjawab, tapi dalam hatiku, aku mengakui bahkan sempat kagum dengan gerakan mereka, terutama Rama, tapi aku tidak boleh mengatakannya pada Mawar, bahkan kini aku sedikit kagum dengan skill dancing nya Rama.
“Eh koq diem aja sih lo, Tan. Iya ga sih menurut lo mereka kece yah.”
“Hmmm, gue ga terlalu perhatiin soalnya gue lagi fokus sama peran gue.” Ucapku berbohong.
“Ayo buruan ah beres-beres. Mana si Ria yah?”
“Ria lagi sama yang lain lagi mantapin lagu2 yang mesti nyanyiin .” Jawab Mawar.
Kami memang sibuk dengan bagian kami masing2 dan kami mau memberikan yang terbaik di pesta akhir tahun sekolah kami.
Malam kesenian di akhir tahun membawa kami kepada kepuasan yang luar biasa, ketika pertunjukan drama musikal ken Dedes dan Ken Arok menuai banyak pujian. Tepuk tangan riuh membuat kami bangga dengan apa yang telah kami persembahkan. Rasa letih karna banyak nya latihan terbayar lunas.
“Hi Tania, good job. tadi lo keren banget lagi jadi Ken Dedes.” aku tersentak kaget, ketika Rama tiba2 berdiri di depanku ketika aku mencoba duduk dan melepas lelahku.
”ooh ok ok, thanks.. semua juga keren.” Jawabku gugup, dan aku mengutuki diriku karna kenapa aku bisa tiba2 gugup di depan Rama. Biasanya aku tidak akan gugup di depan siapapun.
“Boleh kan gue duduk.” Tanpa menunggu jawabku, dia duduk di sebelahku. Aku terdiam kaku tidak menjawab, namun kali ini dia ga rese dan bikin bete, malahan dia kelihatan lembut dan baik atau hatiku yang mulai berubah.. hmmm, entahlah.
“Pulang sama siapa nanti?” tanya nya sambil memandangku.
“Ooh, my mom jemput aku, kan uda malam.” jawabku sambil mengalihkan wajah ku dari tatapannya.
“Aku juga bisa anter koq, tiap hari kan supirku antar jemput.” Ucapnya lagi.
“Oh iya, Thanks “jawabku sambil mengangguk dan melirik wajahnya sedikit. Ternyata, benar kata Mawar, wajahnya lumayan, dan sepertinya ada lesung pipit yang membuatnya wajahnya semakin menarik. Aku tertawa dalam hati menyadari apa yg terjadi di benakku.
“Yuk, kita keluar, gabung sama yang lain” ucapnya seraya berdiri dan mengulurkan tangannya untuk menolongku berdiri dan OMG, kenapa dengan diriku, tanpa sadar aku menyambut uluran tangannya.
“Thanks.” ucapku sambil memperbaiki bajuku.
Dan kami berjalan keluar melewati beberapa temannya yang melihat kami sambil tersenyum-senyum.
“Ya ampun, kita cariin dari tadi. Ga taunya pacaran.” Tiba2 Mawar dan Ria dan beberapa temanku sudah di belakang kami, dan Ria menepuk punggungku.
“Apaan sih lu.. gue kecapean jadi gue duduk di dalem dulu tadi.” Ucapku tersipu malu.
“Cie, alasan aja lu, padahal jadi kesenengan yah ada yg nemenin.” Kata Mawar lagi tertawa, sedangkan Ria hanya menatapku bingung.
“Waduh, emak-emak berisik, yah uda gue cabut dulu yah, cantik.” Rama kembali menjadi Rama yang tengil yg ku kenal, namun kali ini, aku tertawa senang mendengarnya, aku mengangguk ke arahnya ketika dia langsung pergi ke arah teman2nya.
“Seriusan lu, Tania?” Serbu Ria memandangku
“Tenang, ga seperti yang lu pikir. Dia ngajakin gue ngobrol yah gue jawab. That’s it, man.” Ucapku sambil berjalan ke arah parkiran mobil mencari mamaku.
“Lu semua ikut gue kan? Ayo, nyokap udah nungguin nih.” Kataku mengalihkan percakapan.
Malam ini aku ga bisa tidur, masih terbayang kejadian tadi. Momen yang sangat singkat namun berkesan. Aku mencoba memejamkan mataku, membaca buku, untuk mengalihkan pikiran ku, namun wajah nya selalu hadir. Yah, wajah Rama, anak lelaki yang sempat membuatku jengkel.