jika tidak bisa menyukai kenapa malah membenci?bukan kah hidupku dan hidupmu sama sama belum tertata?lantas apa hal besar yang membuat mu bersikap bangga dan terkesan arogan
-adila
semua murid kelas 12 IPS 3 menghela nafas kesal saat mendengar bel pergantian mata pelajaran,sudah nyaman dengan dongeng guru sejarah malah akan dijajah si guru matematika.
hahhh aku saja menulisnya dengan gerakkan tangan malas dan sangat terpaksa,mau gimana lagi jika matematika tidak diikut sertakan kemungkinan guru killer itu akan protes,hahhhh lelahnya..
arutala yang tadi izin toilet pun langsung berlari secepat kilat saat mendengar bel pergantian pelajaran,sungguh ia takut di sidang guru killer nya itu
tok..tok..
"permisi bu" fuzia sang guru killer menatap kearah arutala dengan tatapan tajam nya membuat arutala bahkan teman sekelasnya meneguk saliva mereka susah payah,sungguh mengerikan makhluk tuhan yang satu ini,batin mereka
"kamu dari mana?kenapa terlambat masuk kelas?" arutala ingin menangis saat ini,ia benar benar takut guru didepannya ini bahkan didalam hati ia sudah membaca berbagai macam doa agar terbebas dari hukuman sang guru mulia didepannya itu.
"saya dari toilet bu,tadi waktu masih jam pelajaran bu tria saya izinnya bu" fuzia mengangguk tanda mengerti dan mempersilahkan arutala kembali ke tempat duduknya
BRUKKK….
arutala benar benar ingin menangis saat tiba tiba terpeleset tepat didepan meja guru,membuat fuzia sedikit mendongak untuk melihat apa yang terjadi di bawah sana
alih alih menanyakan keadaan gadis itu fuzia hanya melihat kemudian kembali fokus pada buku paket didepannya.
teman sekelasnya?
jangan di tanya lagi,dengan tidak tau malunya mereka menutup mulut mereka dengan buku,ada juga membekap mulut mereka agar tidak mengeluarkan suara tawa.mereka masih punya akal waras untuk membuat sang guru killer yang menyukai ketenangan itu marah
"ini kah yang di namakan anjir?" batin arutala dengan mirisnya
untuk mengurangi rasa malunya arutala bangkit dengan gaya cool nya dan melangkah kan kaki ke kursinya yang ada di pojok dinding,membuat temannya semakin membekap mulut mereka
PROTTT…
baiklah,anggap saja arutala bermuka tebal,baru saja arutala akan duduk di kursinya dengan tidak tau dirinya perutnya mengeluarkan gas beracun,membuat teman teman sekelasnya semakin mati matian menahan tawa mereka,dan bahkan fuzia juga terlihat menahan senyumannya
"aihh,sialnya hari kamis ku ini" batin arutala.
sama seperti arutala,para teman temannya menguap beberapa kali sambil terus memperhatikan fuzia yang menjelaskan beberapa rumus laknat dipapan tulis putih itu arutala merasa sangat ngantuk sampai seruan fuzia membuatnya menjadi pusat perhatian satu kelas,arutala juga panik saat fuzia menunjuk nya
"kamu,kerjakan nomor 7" arutala sudah berkeringat dingin saat jari fuzia menunjuk kearahnya
"saya bu?" tanya arutala dengan ragu
"bukan,tapi yang di belakang kamu." arutala mengusap dadanya dan menghela napas lega,sangat lega kemudian ia menoleh kebelakang dan sontak saja arutala merasa sangat senang
" mampus kau bangsat" kata arutala tanpa mengeluarkan suara,dan bayu juga tau apa yang arutala katakan bahkan sangat tau.
"hihi,selamat selamat" batin gadis itu
"baiklah,untuk tugas akhir semester kalian buat powerpoint multimedia pendidikan matematika"
mata seluruh siswa di kelas 12 IPS 3 terbelalak mendengar perkataan sang guru killer bahkan ada yang sampai menangis saking stresnya
"saya beri batas waktu sampai dua hari sebelum UN,dan di kerjakan berkelompok.satu kelompok diisi dua murid dan saya akan tentu kan kelompok nya"
fuzia menyebutkan nama nama kelompok yang sudah ia tetapkan tanpa bisa dibantah ataupun di tolak semua murid
"arutala amerta diranda dengan al bayu syahnanda" arutala dan bayu saling melempar tatapan tajam bak dua musuh yang akan saling membunuh
Sore ini untuk pertama kalinya arutala tidak pergi ke taman seperti biasa,gadis itu mewanti wanti agar tidak bertemu pria stres penyuka sandyakala itu,ia masih sangat sangat waras untuk tidak berurusan dengan pria sandyakala itu
gadis mungil itu berinisiatif berbelanja kebutuhan dapurnya,biasanya ia akan pergi dengan sang kakak sebelum berangkat sekolah tapi kali ini biarlah ia pergi sendiri,toh sekarang ia tidak ada kesibukkan
"tala,kenapa lo diem aja selama beberapa hari ini?lo gak ngajak gue ngomong,atau malah lo ngejauhin gue dan malah deketan sama adelia ya?"
awalnya arutala terkejut karna tiba tiba saja anjana berbicara padanya,ia masih enggan untuk sekedar mengobrol dengan sahabatnya itu,ia takut abhi tau dan kemudian marah padanya.
anjana tidak seperti adelia yang akan bersuara ketika arutala memulainya,anjana itu sangat keras dan tidak suka aturan.
"isss,lo suudzon mulu sama gue na" anjana terkekeh dengan tingkah arutala,gadis pemarah dan sangar itu sangat berbeda jika hanya berdua saja dengan arutala,anjana akan menurunkan sedikit ego nya agar arutala merasa nyaman padanya
berbeda ketika adelia bersama mereka maka anjana akan sensitif dan terkesan beringas.ia tidak membenci adelia ia hanya tidak suka cara adelia.
"yaa maap,emang kenapa lo jauhin gue?lo marah sama gue?" arutala menggeleng kuat
"kak abhi yang larang,katanya selama seminggu gue gak boleh ngomong sama kalian berdua" kata arutala dengan nada manja saat berbicara pada anjana.
"oke gue paham maksud abhi,tapi gue gak suka cara dia yang pura pura gak tau dan menutup mata"
arutala mengkerutkan dahinya tanda tak mengerti,ia ingin bertanya tapi seseorang menabrak bahunya cukup keras membuat beberapa belanjanya terjatuh
"Maaf mbak,saya lagi ngejar temen saya yang lari dari rumah sakit"
anjana menatap pria didepannya dengan tatapan membunuh,mata tajam gadis itu membuat pria didepannya meringis kemudian nyengir tak jelas
"hehe,saya minta maaf loh mbak" kata pria yang mencoba menetralkan kegugupannya saat anjana menatapnya seolah olah ingin menelannya hidup hidup
"heh,gue rasa mata lo itu cuma hiasan doang makanya lo sampek gak liat ada manusia didepan lo"
pria itu tersentak mendengar kata kata anjana yang menurutnya kasar untuk ukuran gadis remaja,bahkan tatapannya sangat tidak bersahabat
anjana memang mempunyai tatapan yang sangat tajam bahkan mampu membuat orang yang melihatnya merasa takut,berbeda dengan adelia yang memiliki tatapan dingin seolah tidak ada kehidupan dari matanya sedangkan arutala memiliki tatapan mata yang sangat ceria,membuat orang lain percaya jika gadis itu berkata hidupnya bahagia tanpa luka
"Saya bener bener minta maaf mbak" anjana memutar bola matanya dengan malas
"iya in deh,males gue ngomong sama lo"
pria itu hanya menggeleng kan kepala melihat sikap anjana yang kurang sopan itu tapi sisi lain dirinya merasa tertarik dengan anjana,wajah manisnya tidak sesuai dengan ekspresi sangar yang ia tunjukkan,sungguh menggemaskan batin pria itu.
"nama saya rain abimanyu" pria bernama rain itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan anjana tapi gadis sangar itu hanya terkekeh sinis kemudian pergi
"anjana diranda"
senyum rain mengembang saat anjana menyebutkan namanya walaupun dengan gumaman dan beruntung pendengarannya sangat tajam karna profesi yang ia jalani menuntutnya untuk peka dan memiliki pendengaran yang baik.
"anjana"gumam rain sambil melihat punggung gadis itu yang kian menjauh
"Jana,kenapa tuh orang cuekkin gue.kan gue yang dia tabrak kenapa minta maaf nya sama lo?"
anjana tersenyum miris mendengar pertanyaan arutala yang polos ATAU bodoh menurutnya
"karna lo jelek"
arutala menghentakkan kakinya dengan kesal mendengar perkataan anjana yang sialnya sangat dibenarkan oleh arutala
"anjir lo mahh bangke" anjana terkekeh mendengar umpatan arutala yang kelewat tak sopan itu
"gue mau istirahat dulu,lo baik baik dijalan jangan oleng ke duda loh ya.gue malu" arutala hanya mendengus dengan kesal saat anjana kembali mengejeknya
"memang anjir" batin arutala
"Apa makna ku dalam nadimu
dimana posisiku di aliran darahmu
aku sendu di balik pilu
aku abu terbelenggu rindu
aku tersesat oleh eja kata namamu
kembali lah,rembulanku
cintailah aku,nadhira ku"
Arutala mengkerutkan dahinya saat mendengar sajak seorang pria berpakaian rumah sakit dipinggir jalan itu,dengan ragu arutala menyentuh pundak orang itu untuk memastikan dia hantu atau manusia
Happ..
Mata arutala terbelalak saat pria itu mendekapnya dan menodongkan pisau kelehernya
"siapa lo?" tanya pria itu dengan lirih tapi ditelinga arutala itu seperti bisikan iblis yang mengerikan
"jawab gue,siapa lo" bentak pria itu semakin menekan pisau ke leher arutala membuat leher gadis mungil itu mengeluarkan darah
"A-arutala"
dan lihat,tiba tiba pisau itu menjauh dari leher arutala dan pria itu mendorong arutala agar menjauh darinya kemudian pria itu tertawa keras membuat arutala tau siapa pria didepannya itu.
"ternyata nasib lo benar benar buruk,buktinya lo ketemu lagi sama gue walaupun hari ini lo sengaja gak pergi ketaman"
arutala menganga kaget,dari mana pria stres ini tau kalau ia menghindarinya,batin gadis itu
"Fitnah lo om" pria itu kembali tertawa mendengar perkataan arutala
"gue tadi udah ke taman,dan lo gak ada di sana"
mata arutala kembali membulat,bahkan ia sampai merinding melihat seringai pria didepannya
"lo gila,om kala"
alis pria itu terangkat sebelah dan menatap arutala dengan lekat
" kala?" arutala mengangguk membenarkan
"iyaa,lo sandyakala.gue selalu liat lo di waktu senja,lo juga pernah nyebut kata sandyakala kan??" pria sandyakala itu menatap langit yang mulai kemerahan di atas nya kemudian tersenyum tipis
"tidak buruk" batinnya
"Yaa,lo bisa panggil gue sandyakala" kata pria yang sekarang kita sebut saja kala.
"dan gue gak main main waktu bilang,lo gak bakal bisa lepas dari gue"
arutala bergidik ngeri melihat seringai kala yang seperti iblis di matanya.
"salah gue apa sih kal" gadis itu duduk di sebelah kala dengan kesal,
bahkan ia menghilangkan embel embel 'om' saat menyebutkan nama kala
"heh,salahin aja takdir lo" arutala hanya mendengus dan hanya mendengarkan apa yang sandyakala katakan tentang dirinya yang malang dalam cinta,dan itu tidak berguna,batin gadis mungil itu
"Tala,leher lo kenapa?anjana lagi?kan gue bilang jangan ngomong sama dia dalam seminggu ini"
arutala sudah menduga kalau abhi pasti akan menuduh sahabatnya lagi
"bukan kak,kemarin ada orang nodongin pisau ke leher tala" abhi tersedak dan membuat seragamnya sedikit basah karna pria itu minum tergesa gesa
"siapa?dimana?kapan?gimana ceritanya?" arutala terkekeh geli membuat abhi mengkerutkan dahinya dengan bingung
"apa,siapa,dimana,kapan,mengapa,dan bagaimana.hehe udah kayak 5W+1H aja kak"
abhi memutar bola matanya dengan malas kemudian menyentil dahi sang adek dengan gemas
"jawab pertanyaan gue la" kata abhi yang masih khawatir
"gak tau kak,tiba tiba aja di datang terus nodongin tala pake pisau"
abhi menghela nafas dan mengamati luka arutala yang beruntung hanya goresan kecil saja
"aiss lo harus hati hati la,gue gak mau terjadi sesuatu sama lo.gue gak sanggup hidup sendirian la" arutala hanya cengengesan tak jelas membuat abhi kesal saja
Dikelas semua mata tertuju pada arutala yang mengangkat tangannya ketika wakil kepala sekolah bertanya siapa yang tidak ikut tour perpisahan sekolah
"apa alasan kamu tidak ikut tala?" tanya wali kelas mereka dengan nada lembut membuat arutala memutar bola matanya dengan malas
"si anjing sok baik bangke" batin gadis itu
"biaya nya terlalu mahal pak saya gak sanggup" jelas arutala dengan tegas dan tanpa beban,tapi hal itu membuat teman sekelasnya kesal,sangat kelas.
"baik lah nak,kamu pikir kan dulu baik baik ya,ini perpisahan kamu dengan teman mu yang sudah bersama selama tiga tahun loh"
arutala tersenyum mendengar perkataan wakil kepala sekolah yang lembut dan tidak memaksanya
"baik bu" jawab arutala,ia tidak tau saja kalau ada seseorang yang mengepalkan tangannya dengan kuat
"lo harus ikut,lo harus ikut supaya gue bisa ngungkapin perasaan gue,lo harus ikut supaya usaha gue buat acara lamaran yang berkesan gak sia sia" batinnya
Harapan?aku saja tidak punya kepercayaan bagaimana mungkin aku menaruh kata harapan pada makhluk ciptaan Tuhan.ayo lah jangan termanipulatif keadaan,kau itu ciptaan bukan Tuhan yang bisa membalikkan semua keadaan