Read More >>"> Toko Kelontong di Sudut Desa (Page 374-2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Toko Kelontong di Sudut Desa
MENU
About Us  

Bagian Kedua

Seusai pulang sekolah di hari berikutnya, sehabis turun dari kereta, Winter langsung membonceng Afuya seperti kemarin lusa. Mereka berdua kembali bercanda, mengobrolkan tentang sekolahnya. Afuya sudah bukan lagi anak yang cuek terhadap Winter. Dirinya mulai menerima remaja lelaki tersebut. Karena pembelaan kakek semalam, membuat Afuya tanpa ragu dan takut lagi untuk berteman dengan anak laki-laki. 

Keadaan jalanan desa sore itu tidak begitu sepi seperti biasanya. Lumayan ramai, sekitar lima sampai enam orang berpapasan dengan mereka berdua. Meskipun tidak mengenalnya, Winter selalu menyapa mereka. Hal itulah membuat pandangan Afuya berbeda terhadap pemuda tersebut dengan lainnya. Memasuki gapura desa, mereka berdua merasakan semilir angin yang berhembus kencang. Empat hari yang lalu, suasana cukup berbeda.

Tepat di simpang tiga, Afuya langsung menutupi wajahnya dengan punggung Winter. Ia memberi aba-aba agar pemuda itu mempercepat gayuhannya demi meminimalisir jika ketahuan oleh Meira lagi. Untung saja, saat Afuya bersembunyi sembari sesekali melirik arak rumahnya, tidak didapati sang bunda berada di rumah. Sebab pintu rumah yang tertutup. Entah ke manakah, yang terpenting mereka berdua lega dalam posisi aman. 

Toko kelontong buka seperti biasanya. Kakek duduk di kursi goyang dan memakan camilan. Suara dari radio yang menemaninya itu semakin pelan, redup lalu hilang tanpa menyisakan nada-nada. Pria tua pemilik toko kelontong memukul radio miliknya beberapa kali agar menyala kembali. Namun, bukan seperti biasanya, kini radio itu tidak ada tanda-tanda untuk kembali hidup. Memang sudah selayaknya masuk ke daftar barang antik. 

Afuya turun langsung memasuki toko kelontong. Sementara Winter sejenak menurunkan standar sepeda dan memarkirkan sepeda butut tersebut di dekat pintu toko. Selanjutnya, pemuda itu membuntuti gadis yang lebih dulu telah menyapa seseorang di dalam toko. 

"Nah... kebetulan. Kakek mau membawa radio ini untuk dibenarkan. Kalian berdua jaga toko sebentar, ya," perintah pria tua itu mengikuti langkah kakinya meninggalkan toko kelontong sembari membawa radionya.

Afuya diam tak menjawab. Namun, tiba saja suara Winter yang mewakili atas jawaban mereka berdua. "Siap, Kek!"

Sang kakek meletakkan radio di keranjang sepeda butut yang selalu dipakai Afuya ke sekolah. Menunggu pria tua itu meninggalkan toko kelontong, barulah Afuya segera mengambil kotak kayu kemarin yang berisi setengah potongan kunci di liontin miliknya.  Winter tetap berdiri memandangi luar demi berjaga-jaga dan memantau keadaan. Kedua tangan Afuya telah menggenggam kotak tersebut. Tinggal mengeksekusi saja. 

Afuya lebih dulu duduk di lantai. Ketika gadis itu sudah memberi kode, barulah Winter juga ikut duduk bersila di lantai tepat menghadap gadis di depannya. Tanpa menunggu waktu terlalu lama, Afuya langsung membuka engsel pengunci kotak tersebut. Winter beralih memegangi kotak itu dan membiarkan Afuya sendiri yang menyambungkan kedua sisi bagian kunci.

"Tinggal cari tempatnya," ucap Winter berdiri kemuan memandangi luar untuk memastikan sejenak keadaan. 

"Kunci dengan ukuran segini bukan benda biasa. Kalau tidak kunci lemari, bisa jadi kunci pintu." Firasat Afuya tiba-tiba saja ia paparkan dalam bentuk kalimat untuk memperjelas pada lawan bicaranya. 

"Mari kita cari." 

Winter mulai merogoh setiap sudut ruangan. Afuya pun mengikuti. Winter menelisik di sisi dekat dengan berasalnya ditemukan kotak itu, sedangkan Afuya berada di dekat laci kasir. Mereka berdua terus mencari. Tak ada tanda-tanda akan adanya sebuah kerahasiaan dari penggabungan kunci tersebut. Afuya duduk sebentar di kursi goyang milik kakeknya karena dirasa lumayan pegal. Sedangkan Winter, bersandar di sebuah rak kayu yang berisi tumpukan bahan pangan. 

Belum lama merebahkan tubuh, Winter yang lumayan berat karena dia tinggi membuat rak kayu yang disandarinya bergeser. Spontan Afuya menoleh dan melihat Winter sedikit kesusahan mengembalikan posisi rak tersebut. Afuya berdiri, lalu berjalan ke arah pemuda itu guna memberikan bantuan untuk mendorong rak kayu. Namun, apa yang dilihat Afuya di balik rak tersebut sungguh membuat mereka berdua semakin penasaran.

"Tunggu dulu. Aku melihat seperti ada lubang kunci di dinding," cetus Afuya.

Winter menggeser tubuh gadis itu, kemudian ia yang beralih melihat sesuatu di kegelapan. "Kau benar, nggak salah lagi. Ayo kita geser rak ini."

Afuya dan Winter saling mendorong sisi rak kayu berukuran lumayan besar itu ke arah yang sama. Satu... dua... tiga... akhirnya terbukalah sedikit cela yang masih bisa dimasuki oleh tubuh mereka yang tidak terbilang kecil dan ramping. Afuya sedikit ragu untuk maju duluan. Sebagai opsi yang cerdas, Winter meminta gadis tersebut melepas kalungnya dan memberikannya. Winter memasukkan kunci tersebut ke sebuah lupang kunci di dinding. Bukan, tepatnya setelah dilihat lagi, itu adalah pintu yang menempel di dinding. 

"Gimana?" tanya Afuya penasaran. 

"Pas...." Winter memutar kunci ke arah kanan lalu mendorongnya sedikit agar pintu terbuka. "Bisa!" 

Afuya semakin penasaran. Winter tanpa bercanda lagi mendorong penuh pintu itu dan terbukalah sembilan puluh derajat. Senyum sumringah mereka menjadi kecut. Dikiranya ada sebuah tempat harta karun atau apa, tetapi yang dilihat hanyalah sebuah ruangan gelap. Tanpa ragu, Winter langsung melangkahkan kakinya ke dalam. Kemudian mengajak Afuya yang masih ragu. Namun, bukan Winter namanya jika tidak ada tekad kuat yang menyelimuti dirinya. Tanpa menunggu lagi, pemuda itu langsung menarik Afuya agar ikut masuk juga bersamanya. 

Semakin berjalan, mereka kegelapan karena tidak ada cahaya setitik pun yang menjadi penerangan untuk jalan mereka. Walau begitu, Winter dengan menggandeng pergelangan tangan Afuya tetap melanjutkan perjalanan. Ia begitu yakin, pasti ada sesuatu di balik ruangan tersebut. Jalan maju beberapa langkah, tiba-tiba ada sorotan cahaya menuju ke arah mereka bagaikan anak panah yang telah diluncurkan. Otomatis, tidak hanya Winter, Afuya juga spontan memejamkan matanya rapat-rapat. 

Winter membuka mata. Sedangkan Afuya masih takut dan memilih untuk tetap menutup netranya terlebih dahulu. "Ada apa?" tanya gadis itu penasaran, tetapi dalam kondisi merem. 

"Buka matamu, lihatlah!" 

Perlahan kelopak mata Afuya mulai terangkat. Winter yang masih menggandengnya itu menampakkan wajah datar. Begitu pula dengan Afuya. Gadis itu teramat terkejut, sampai tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mereka berdua diam mematung, memandang kosong apa yang ada di depannya. Afuya dan Winter seakan tidak berada di dalam sebuah ruangan. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Denganmu Berbeda
8313      2375     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
Between the Flowers
564      311     1     
Romance
Mentari memilih untuk berhenti dari pekerjaanya sebagai sekretaris saat seniornya, Jingga, begitu menekannya dalam setiap pekerjaan. Mentari menyukai bunga maka ia membuka toko bersama sepupunya, Indri. Dengan menjalani hal yang ia suka, hidup Mentari menjadi lebih berwarna. Namun, semua berubah seperti bunga layu saat Bintang datang. Pria yang membuka toko roti di sebelah toko Mentari sangat me...
For Cello
2667      925     3     
Romance
Adiba jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu ia gapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang ia sanggup menikmati bayangan dan tidak pernah bisa ia miliki. Seseorang yang hadir bagai bintang jatuh, sekelebat kemudian menghilang, sebelum tangannya sanggup untuk menggapainya. "Cello, nggak usah bimbang. Cukup kamu terus bersama dia, dan biarkan aku tetap seperti ini. Di sampingmu!&qu...
Kamu
243      195     0     
Short Story
Untuk kalian semua yang mempunyai seorang kamu.
(L)OVERTONE
2002      707     1     
Romance
Sang Dewa Gitar--Arga--tidak mau lagi memainkan ritme indah serta alunan melodi gitarnya yang terkenal membuat setiap pendengarnya melayang-layang. Ia menganggap alunan melodinya sebagai nada kutukan yang telah menyebabkan orang yang dicintainya meregang nyawa. Sampai suatu ketika, Melani hadir untuk mengembalikan feel pada permainan gitar Arga. Dapatkah Melani meluluhkan hati Arga sampai lela...
Warna Untuk Pelangi
7605      1596     4     
Romance
Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat Pelangi Putih, penulis best seller yang misterius. Kenyataan bahwa tidak seorang pun tahu identitas penulis tersebut, membuat Rain bahagia bukan main ketika ia bisa dekat dengan idolanya. Namun, semua ini bukan tentang cowok itu dan sang penulis, melainkan tentang Rain dan Revi. Revi tidak ...
Soulless...
5323      1207     7     
Romance
Apa cintamu datang di saat yang tepat? Pada orang yang tepat? Aku masih sangat, sangat muda waktu aku mengenal yang namanya cinta. Aku masih lembaran kertas putih, Seragamku masih putih abu-abu, dan perlahan, hatiku yang mulanya berwarna putih itu kini juga berubah menjadi abu-abu. Penuh ketidakpastian, penuh pertanyaan tanpa jawaban, keraguan, membuatku berundi pada permainan jetcoaster, ...
Samudra di Antara Kita
25442      3993     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...
HIRAETH
376      260     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...
Ibu
507      297     5     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...