Loading...
Logo TinLit
Read Story - Toko Kelontong di Sudut Desa
MENU
About Us  

Bagian Kedua

Seusai pulang sekolah di hari berikutnya, sehabis turun dari kereta, Winter langsung membonceng Afuya seperti kemarin lusa. Mereka berdua kembali bercanda, mengobrolkan tentang sekolahnya. Afuya sudah bukan lagi anak yang cuek terhadap Winter. Dirinya mulai menerima remaja lelaki tersebut. Karena pembelaan kakek semalam, membuat Afuya tanpa ragu dan takut lagi untuk berteman dengan anak laki-laki. 

Keadaan jalanan desa sore itu tidak begitu sepi seperti biasanya. Lumayan ramai, sekitar lima sampai enam orang berpapasan dengan mereka berdua. Meskipun tidak mengenalnya, Winter selalu menyapa mereka. Hal itulah membuat pandangan Afuya berbeda terhadap pemuda tersebut dengan lainnya. Memasuki gapura desa, mereka berdua merasakan semilir angin yang berhembus kencang. Empat hari yang lalu, suasana cukup berbeda.

Tepat di simpang tiga, Afuya langsung menutupi wajahnya dengan punggung Winter. Ia memberi aba-aba agar pemuda itu mempercepat gayuhannya demi meminimalisir jika ketahuan oleh Meira lagi. Untung saja, saat Afuya bersembunyi sembari sesekali melirik arak rumahnya, tidak didapati sang bunda berada di rumah. Sebab pintu rumah yang tertutup. Entah ke manakah, yang terpenting mereka berdua lega dalam posisi aman. 

Toko kelontong buka seperti biasanya. Kakek duduk di kursi goyang dan memakan camilan. Suara dari radio yang menemaninya itu semakin pelan, redup lalu hilang tanpa menyisakan nada-nada. Pria tua pemilik toko kelontong memukul radio miliknya beberapa kali agar menyala kembali. Namun, bukan seperti biasanya, kini radio itu tidak ada tanda-tanda untuk kembali hidup. Memang sudah selayaknya masuk ke daftar barang antik. 

Afuya turun langsung memasuki toko kelontong. Sementara Winter sejenak menurunkan standar sepeda dan memarkirkan sepeda butut tersebut di dekat pintu toko. Selanjutnya, pemuda itu membuntuti gadis yang lebih dulu telah menyapa seseorang di dalam toko. 

"Nah... kebetulan. Kakek mau membawa radio ini untuk dibenarkan. Kalian berdua jaga toko sebentar, ya," perintah pria tua itu mengikuti langkah kakinya meninggalkan toko kelontong sembari membawa radionya.

Afuya diam tak menjawab. Namun, tiba saja suara Winter yang mewakili atas jawaban mereka berdua. "Siap, Kek!"

Sang kakek meletakkan radio di keranjang sepeda butut yang selalu dipakai Afuya ke sekolah. Menunggu pria tua itu meninggalkan toko kelontong, barulah Afuya segera mengambil kotak kayu kemarin yang berisi setengah potongan kunci di liontin miliknya.  Winter tetap berdiri memandangi luar demi berjaga-jaga dan memantau keadaan. Kedua tangan Afuya telah menggenggam kotak tersebut. Tinggal mengeksekusi saja. 

Afuya lebih dulu duduk di lantai. Ketika gadis itu sudah memberi kode, barulah Winter juga ikut duduk bersila di lantai tepat menghadap gadis di depannya. Tanpa menunggu waktu terlalu lama, Afuya langsung membuka engsel pengunci kotak tersebut. Winter beralih memegangi kotak itu dan membiarkan Afuya sendiri yang menyambungkan kedua sisi bagian kunci.

"Tinggal cari tempatnya," ucap Winter berdiri kemuan memandangi luar untuk memastikan sejenak keadaan. 

"Kunci dengan ukuran segini bukan benda biasa. Kalau tidak kunci lemari, bisa jadi kunci pintu." Firasat Afuya tiba-tiba saja ia paparkan dalam bentuk kalimat untuk memperjelas pada lawan bicaranya. 

"Mari kita cari." 

Winter mulai merogoh setiap sudut ruangan. Afuya pun mengikuti. Winter menelisik di sisi dekat dengan berasalnya ditemukan kotak itu, sedangkan Afuya berada di dekat laci kasir. Mereka berdua terus mencari. Tak ada tanda-tanda akan adanya sebuah kerahasiaan dari penggabungan kunci tersebut. Afuya duduk sebentar di kursi goyang milik kakeknya karena dirasa lumayan pegal. Sedangkan Winter, bersandar di sebuah rak kayu yang berisi tumpukan bahan pangan. 

Belum lama merebahkan tubuh, Winter yang lumayan berat karena dia tinggi membuat rak kayu yang disandarinya bergeser. Spontan Afuya menoleh dan melihat Winter sedikit kesusahan mengembalikan posisi rak tersebut. Afuya berdiri, lalu berjalan ke arah pemuda itu guna memberikan bantuan untuk mendorong rak kayu. Namun, apa yang dilihat Afuya di balik rak tersebut sungguh membuat mereka berdua semakin penasaran.

"Tunggu dulu. Aku melihat seperti ada lubang kunci di dinding," cetus Afuya.

Winter menggeser tubuh gadis itu, kemudian ia yang beralih melihat sesuatu di kegelapan. "Kau benar, nggak salah lagi. Ayo kita geser rak ini."

Afuya dan Winter saling mendorong sisi rak kayu berukuran lumayan besar itu ke arah yang sama. Satu... dua... tiga... akhirnya terbukalah sedikit cela yang masih bisa dimasuki oleh tubuh mereka yang tidak terbilang kecil dan ramping. Afuya sedikit ragu untuk maju duluan. Sebagai opsi yang cerdas, Winter meminta gadis tersebut melepas kalungnya dan memberikannya. Winter memasukkan kunci tersebut ke sebuah lupang kunci di dinding. Bukan, tepatnya setelah dilihat lagi, itu adalah pintu yang menempel di dinding. 

"Gimana?" tanya Afuya penasaran. 

"Pas...." Winter memutar kunci ke arah kanan lalu mendorongnya sedikit agar pintu terbuka. "Bisa!" 

Afuya semakin penasaran. Winter tanpa bercanda lagi mendorong penuh pintu itu dan terbukalah sembilan puluh derajat. Senyum sumringah mereka menjadi kecut. Dikiranya ada sebuah tempat harta karun atau apa, tetapi yang dilihat hanyalah sebuah ruangan gelap. Tanpa ragu, Winter langsung melangkahkan kakinya ke dalam. Kemudian mengajak Afuya yang masih ragu. Namun, bukan Winter namanya jika tidak ada tekad kuat yang menyelimuti dirinya. Tanpa menunggu lagi, pemuda itu langsung menarik Afuya agar ikut masuk juga bersamanya. 

Semakin berjalan, mereka kegelapan karena tidak ada cahaya setitik pun yang menjadi penerangan untuk jalan mereka. Walau begitu, Winter dengan menggandeng pergelangan tangan Afuya tetap melanjutkan perjalanan. Ia begitu yakin, pasti ada sesuatu di balik ruangan tersebut. Jalan maju beberapa langkah, tiba-tiba ada sorotan cahaya menuju ke arah mereka bagaikan anak panah yang telah diluncurkan. Otomatis, tidak hanya Winter, Afuya juga spontan memejamkan matanya rapat-rapat. 

Winter membuka mata. Sedangkan Afuya masih takut dan memilih untuk tetap menutup netranya terlebih dahulu. "Ada apa?" tanya gadis itu penasaran, tetapi dalam kondisi merem. 

"Buka matamu, lihatlah!" 

Perlahan kelopak mata Afuya mulai terangkat. Winter yang masih menggandengnya itu menampakkan wajah datar. Begitu pula dengan Afuya. Gadis itu teramat terkejut, sampai tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mereka berdua diam mematung, memandang kosong apa yang ada di depannya. Afuya dan Winter seakan tidak berada di dalam sebuah ruangan. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Girl Power
2506      936     0     
Fan Fiction
Han Sunmi, seorang anggota girlgrup ternama, Girls Power, yang berada di bawah naungan KSJ Entertainment. Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran sebagai pemeran utama pada sebuah film. Tiba-tiba, muncul sebuah berita tentang dirinya yang bertemu dengan seorang Produser di sebuah hotel dan melakukan 'transaksi'. Akibatnya, Kim Seokjin, sang Direktur Utama mendepaknya. Gadis itu pun memutuskan u...
Weak
259      209     1     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
REGAN
10316      3071     4     
Romance
"Ketika Cinta Mengubah Segalanya." Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya. Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah semakin penasaran. Hingga s...
Stuck On You
333      267     0     
Romance
Romance-Teen Fiction Kisah seorang Gadis remaja bernama Adhara atau Yang biasa di panggil Dhara yang harus menerima sakitnya patah hati saat sang kekasih Alvian Memutuskan hubungannya yang sudah berjalan hampir 2 tahun dengan alasan yang sangat Konyol. Namun seiring berjalannya waktu,Adhara perlahan-lahan mulai menghapus nama Alvian dari hatinya walaupun itu susah karena Alvian sudah memb...
Ketika Sang Mentari Terbenam di Penghujung Samudera
221      181     2     
Short Story
Tentang hubungan seorang ayah dan putranya yang telah lama terpisah jauh
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
14263      2904     7     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
DREAM
849      533     1     
Romance
Bagaimana jadinya jika seorang pembenci matematika bertemu dengan seorang penggila matematika? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah ia akan menerima tantangan dari orang itu? Inilah kisahnya. Tentang mereka yang bermimpi dan tentang semuanya.
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
598      339     4     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...
Infatuated
880      575     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"
Renata Keyla
6837      1583     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...