Loading...
Logo TinLit
Read Story - Toko Kelontong di Sudut Desa
MENU
About Us  

Bagian Pertama

Pergelangan tangan Afuya terlepas dari genggaman erat pemuda di depannya itu. Wajah Winter begitu meyakinkan bahwa untuk saat ini ia memang tidak harus memihak kakeknya. Ada kalanya winter juga benar. Afuya masih terdiam, menunggu lawan bicaranya melantukan penggalan kalimat tadi. 

"Besok sepulang sekolah, kita akan cek bersama. Adakah sesuatu yang cocok dengan kunci ini dan dirahasiakan oleh kakekmu." 

Afuya menghela napas. "Tapi...."

"Kau percaya padaku, kan?" Sorot mata Winter menatap Afuya tanpa kedip. 

Gadis itu memalingkan wajahnya. Bukan karena tidak kuat jika berlama menatap Winter. Melainkan ia tidak yakin dengan jawabannya sendiri yang berada di pihak pemuda tersebut. Akhirnya Afuya berfikir kemudian beranjak ke tempat mie instan dengan membawa kotak kecil. Ia meletakkan kembali pada tempat semula. Merapikan lagi mie instannya agar meminimalisir terjadinya ketahuan.

Winter mengikuti Afuya. Lewat jendela toko kelontong, langit senja penuh jingga telah terurai, disaksikan oleh pemuda itu secara langsung. Full day school memang membuat mereka hanya memiliki waktu bermain yang cukup singkat. Winter mendekati Afuya. Ia berpamitan agar segera pulang sebelum hal yang ditakutkan datang. Benar, Winter kasian jika Afuya dimarahin lagi karena Meira memergoki mereka. 

Winter keluar toko kelontong, memakai sandalnya dan melambaikan tangan pada teman kenalan singkat. Afuya menanggapinya dengan ikut melambaikan tangan. Senyum tipis terlukis indah di wajah Winter yang tampan. Begitu manis jika disandingkan dengan jajanan martabak cokelat keju. Hati Afuya seakan bermekaran. Berisi bunga-bunga segar warna-warni.

Ketika ujung rambut Winter tak lagi tertangkap oleh manik netranya, Afuya memutuskan untuk meninggalkan toko kelontong. Guna memanggil kembali kakeknya yang mungkin terbilang lumayan lama di ladang. Waktu juga sudah semakin menghabiskan sisa siang, alangkah sebaiknya jika ia segera memanggil sang kakek dan kembali pulang untuk aktivitas lainnya. 

Winter pulang dengan jalan kaki. Entah mengapa jika bertemu teman, khususnya Afuya, jalan kaki seratus kilo meter pun anak itu tidak merasa capek. Namun, lebih baik kembali pada realita yang kata-kata gombalan, hanya sebagai ucapan pemanis saja. Ketika berjalan santai sendirian, tanpa sengaja Winter bertemu calon mertua. Maksudnya, ibu dari Afuya yang sedang tergesa-gesa mengayuh sepeda butut biasa dipakai Afuya tersebut ke arah desanya. Bukannya menghindari, Winter spontan menyapa Meira. 

"Tante!" 

Tanpa menoleh, Meira menjawabnya. "Iya!" Wanita itu terus berlanjut mengayuh sepedanya. 

Winter semakin jauh. Ketika itulah beberapa menit setelahnya, Meira baru tersadar. Siapa yang menyapanya tadi? Kenapa jalan kali di waktu hampir magrib ini. Apakah dia manusia? Atau ternyata bukan? Meira memutuskan menghentikan sepedanya sejenak, kemudian menoleh ke belakang. Ia menghela napas lega, sebab pemuda uang menyapanya itu masih ada di sana. Namun, Meira juga terkejut saat tahu bahwa anak remaja laki-laki tersebut yang ia marahin kemarin. 

Dengan aura kesal, Meira mengayuh sepeda butut itu cepat-cepat agar segera sampai di rumah. Tidak peduli mau lepas satu-satu, bannya menggelinding sendiri, Meira tetap mempercepat gayuhannya. Sampailah di depan rumah, Meira langsung merobohkan sepada tersebut tanpa mencari posisi sandaran yang pas. Dirinya masuk rumah yang tak terkunci itu kemudian berteriak mencari anak gadisnya. 

"Afuya!"

Afuya selesai ganti baju sehabis mandi, keluar dari kamarnya. "Iya, Bun?" sahut gadis itu seperti melatakkan banyak tanda tanya. 

"Dia ke sini lagi tadi, kan!" Meira terlihat begitu emosi. 

Afuya hanya diam. Ia tidak berani mengomel untuk yang kedua kalinya. Takut jika risiko malah berkali-kali lipat menimpa dirinya. Jika Meira sudah terlalu marah, hanya kakek yang jadi penghiburnya. Namun, jika saat ini tidak segera diselesaikan, mungkin akan berdampak buruk dalam kehidupan Afuya. Bisa juga uang saku dikurangin, atau boleh jadi ia akan dipindahkan sekolah. 

Kakek belum terlihat tanda-tanda di rumah. Masih hanya terhitung dua penghuni. Afuya pusing seakan kepalanya mau meledak. Ia memikirkan sebuah solusi untuk kabur dari geraman Meira. Bagai beruang madu yang mengamuk, wanita itu tidak memberi celah pada Afuya yang ingin bicara untuk menjelaskan semuanya. Pikir Meira, sebagaimanapun alasannya, wanita tersebut tetap menganggap bahwa Winter bukan sekadar teman main Afuya. 

"Diulangi lagi! Sudah berapa kali Bunda bilang? Jangan pernah bergaul dengan anak laki-laki, karena akan membuatmu salah jalan. Tamatkan sekolah dulu, Afuya! Laki-laki itu sama saja berengsek!"

Mendengar kalimat penjatuhan dari sang bunda, barulah Afuya berani bicara Hana demi membela Winter. "Bunda bilang begitu karena menyamakan semua lelaki seperti ayah! Ayah memang salah, Bun, tapi Winter nggak ada hubungannya dengan apa yang telah Bunda tuduhkan. Winter baik seperti kakek pada Bunda. Winter bukan seperti ayah pada Bunda dan aku." 

Meira melotot ketika Afuya, putri yang ia besarkan sendiri itu memaparkan hal serupa. Bukannya tersentuh, wanita tersebut malah semakin marah. Bahkan amarahnya seakan ingin menampar Afuya. Untung saja, kakek datang tepat waktu. Sehingga, gadis kelas satu SMP itu bisa diselamatkan. Kakek datang meskipun dengan jalannya yang sedikit bungkuk, tetapi suaranya mampu menghentikan apa yang akan dilakukan Meira. 

"Sudah! Nggak enak didengar tetangga. Semenjak dari kota, kulihat dirimu semakin kasar pada cucuku Puya, Ra. Dia cucuku satu-satunya. Aku harap, Kau tidak sampai menyakitinya. Cukup dirimu yang merasakan sakit dari suamimu. Anakmu jangan. Dia itu nggak salah apa-apa. Seusianya sekarang, patut diberi sedikit kebebasan untuk memilih temannya. Jangan disamakan dengan dirimu, atau bahkan zamanku. Itu berbeda, Ra." 

Afuya berlari ke belakang kakeknya. Cairan bening telah membasahi pipinya. Sang kakek lalu mengusap lembut dan menghapus air mata cucunya. Kemudian mengelus pelan surai milik Afuya. Meira hanya berdiri terdiam sembari menunduk. Ia merasa begitu hina sampai termakan emosinya sendiri. Benar, Afuya juga butuh kebebasan layaknya anak-anak seusianya. Tidak terlalu dikekang hingga saat akan berteman dengan lawan jenis pun gadis itu masih memikirkan banyak hal ketakutan. 

"Masuklah ke kamar, Nduk. Istirahat, besok sekolah." Berakhirnya kalimat tersebut diikuti Afuya yang berjalan menuju kamarnya lalu menutup pintu. 

Pandangan sang kakek beralih pada putrinya. "Ra, jangan terlalu dikekang, ya. Besok pagi, di rumah ini tidak boleh ada keributan lagi." Pria tua itu berjalan sembari membungkuk menuju kamarnya. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta untuk Yasmine
2327      1007     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
A & O
1662      795     2     
Romance
Kehilangan seseorang secara tiba-tiba, tak terduga, atau perlahan terkikis hingga tidak ada bagian yang tersisa itu sangat menyakitkan. Namun, hari esok tetap menjadi hari yang baru. Dunia belum berakhir. Bumi masih akan terus berputar pada porosnya dan matahari akan terus bersinar. Tidak apa-apa untuk merasakan sakit hati sebanyak apa pun, karena rasa sakit itu membuat manusia menjadi lebih ma...
ATMA
325      231     3     
Short Story
"Namaku Atma. Atma Bhrahmadinata, jiwa penolong terbaik untuk menjaga harapan menjadi kenyataan," ATMA a short story created by @nenii_983 ©2020
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
8277      2262     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
Unsuitable
1307      621     6     
Romance
Bagi Arin tak pernah terpikirkan sekalipun bersekolah dalam jerat kasus tak benar yang menganggapnya sebagai pelacur. Sedangkan bagi Bima, rasanya tak mungkin menemukan seseorang yang mau membantunya keluar dari jerat tuduhan yang telah lama menimpanya. Disaat seluruh orang memilih pergi menjauh dari Bima dan Arin, tapi dua manusia itu justru sebaliknya. Arin dan Bima dipertemukan karena...
Alex : He's Mine
2456      927     6     
Romance
Kisah pemuda tampan, cerdas, goodboy, disiplin bertemu dengan adik kelas, tepatnya siswi baru yang pecicilan, manja, pemaksa, cerdas, dan cantik.
Istri Tengil Gus Abiyan
568      417     4     
Romance
Sebelum baca cerita author, yuk follow ig author : @Safira_elzira, tiktok: @Elzira29. Semua visual akan di poating di ig maupun tiktok. •••●●••• Bagaimana jadinya jika seorang gadis kota yang tiba-tiba mondok di kota Kediri jawa timur. Kehiudpan nya sangat bertolak belakang dengan keseharian nya di Jakarta. Baru 3 minggu tinggal di pesantren namun tiba-tiba putra pemilik kiayi m...
Denganmu Berbeda
10972      2789     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
Simfoni Rindu Zindy
730      524     0     
Inspirational
Zindy, siswi SMA yang ceria dan gigih, terpaksa tumbuh lebih cepat sejak ayahnya pergi dari rumah tanpa kabar. Di tengah kesulitan ekonomi dan luka keluarga yang belum sembuh, Zindy berjualan di sekolah demi membantu ibunya membayar SPP. Bermodal keranjang jinjing dan tekad baja, ia menjadi pusat perhatian terkadang diejek, tapi perlahan disukai. Dukungan sahabatnya, Rara, menjadi pondasi awal...
Help Me to Run Away
2637      1182     12     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...