Read More >>"> Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam (25 - Kegagalan dalam Menagkhiri Hidup) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
MENU
About Us  

Hal yang paling aku kagumi dari Aksa adalah karena semangatnya yang ingin mengubah keadaan. Tak pernah kulihat ia mengeluh karena kesusahan. Namanya juga kehidupan, keluarganya pun tak jarang dirundung ujian hidup, termasuk perkara usaha yang nyaris bangkrut. Bukan berarti dia tak pernah sedih, hanya saja mudah baginya untuk bangkit dan melakukan yang terbaik.

Aksa sangat menyayangi keluarganya. Semua tahu itu. Ia melakukan yang terbaik dalam hidupnya: dalam segi pendidikan hingga pergaulan. Aksa tidak pernah neko-neko. Ia tak mau melakukan hal yang suatu saat akan merugikan dirinya sendiri dan berimbas pada keluarganya. Berbeda sekali denganku. Aku adalah pecundang yang selalu menyalahkan Tuhan dan terus kabur dari masalah. Sampai ketika mendengar Aksa ditangkap polisi karena terbukti menjual barang haram, aku benar-benar sangat shock.

“Lo bisa nggak sih turunin ego lo dikit aja. Lo bisa bilang dan cerita kalau lo lagi kepepet. Gue dan Daniel pasti bantu jalan keluarnya, Sa. Tapi lo malah lebih memilih jalan konyol kayak gini!” Ethan tak habis pikir dengan apa yang Aksa lakukan. Awalnya kami masih optimis bahwa Aksa hanya dijebak mengantarkan barang haram itu ke sebuah apartemen mewah. Apartemen itu sudah menjadi incaran pihak kepolisian sebab disinyalir menjadi tempat penyelundupan barang haram tersebut. Tetapi jawaban yang kudengar membuat kami berdua kecewa. Aksa tahu isi dalam paket itu. Ia melakukannya dengan keadaan sadar.

“Gue nggak mau jadi benalu. Gue nggak mau nyusahin lo semua,” jawab Aksa dengan suara parau. Matanya tak mendelik ke mana-mana, ia masih setia memandang suram ke arah meja yang memisahkan kami.

“Tapi Tindakan lo merugikan. Lo bisa ditindak pidana. Oh, c’mon, Sa. Gue nggak nyangka lo seceroboh ini.” Aku sudah tak tahan lagi mengendap unek-unek yang terganjal dalam hati. Lupakan dulu soal ‘Mentari dan aku’, masalah ini jauh lebih pelik. Dampaknya tidak hanya Aksa, tetapi juga keluarganya.

Babeh jatuh pingsan setelah pihak kepolisian menangkap Aksa di rumahnya. Proses penangkapan berjalan dengan lancar. Aksa tak melakukan perlawanan atau apa pun. Ibu histeris, tubuhnya langsung terjatuh ke bawah tanah. Mata Babeh melotot kaget, lalu ia langsung memegangi dadanya yang sesak. Aku pun dengan sigap menolongnya. Kejadian ini makin mendramatisir ketika Mentari yang baru pulang langsung berlari memebelah kerumunan warga yang mengepung rumahnya.

Babeh membisikan sesuatu dekat telingaku. ‘Tolong damping Aksa ya, Niel. Babeh percaya sama Daniel.’ Lalu pingsan tak sadarkan diri. Aku memapah Babeh ke dalam mobil Ethan, membawanya ke rumah sakit terdekat. Sementara Mentari masih menenangkan Ibu. Ia tetap harus tergar, meskipun aku tahu bahwa hatinya hancur berkeping-keping.

“Otak gue emang kayak udah nggak ada, Niel. Jalan tuh kelihatan buntu, makanya gue cari jalan pintas. Kerja yang menghasilkan duit banyak. Dan sekarang gue menyesal … gue benar-benar anak durhaka. Babeh dan Ibu nggak seharusnya punya anak kayak gue.”

“Lo butuh uang banyak untuk apa sih? Biaya jualan kan cukup untuk kehidupan sehari-hari.” Ethan bicara terlampau ceplas-ceplos sampai membuat emosi Aksa tersulut juga.

“Anak orang kaya, yang dari kecil sudah hidup enak dan bekecukupan kayak lo nggak pantes ngomong gitu. Lo mana tahu sih kalau hidup tuh butuh perjuangan. Cari duit tuh susah. Lo mana pernah lihat duit tinggal sepuluh ribu di dompet, tetapi masih harus bayar ini itu. Listrik, semesteran kuliah, even BPJS tuh bayar. Semua tuh butuh uang. Dengan kondisi keluarga gue yang lagi terpuruk ini … gue bener-bener keteteran.”

“Lo pikir hidup gue itu enak! Jangan asal ngomong kalau lo sendiri nggak pernah ada di posisi gue!” Suara Ethan tak kalah meninggi. Ia juga tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Aksa.

“Gila yang lo berdua. Dalam situasi genting kayak gini aja masih bisa adu nasib. Sadar ini di mana. Lo berdua kudu tahan emosi lo,” kataku yang ikutan kesal.

Setelah itu kami bertiga diam cukup lama. Sampai pada akhirnya Aksa mulai membuka suaranya. “Maafin gue, Than. Nggak seharusnya gue kayak begini.”

Ethan mengangguk pelan. Ia pun segera meminta maaf pada Aksa karena ucapannya yang keterlaluan. Ia terlalu menggampangi masalah seseorang, padahal tak pernah ada di posisinya. Waktu jenguk selesai. Kami akan bertemu lagi saat persidangan. Sebelum mengakhiri perjumpaan, aku tak mau menyianyiakan waktu untuk meminta maaf pada Aksa. Bagaimana pun aku tetap bersalah karena menutupi sesuatu darinya.

“Persahabatan kita udah lama terjalin. Kayaknya selama mengenal lo, kita nggak pernah selama ini untuk saling mendiami satu sama lain. Gue nggak mau hubungan kita malah jadi canggung apalagi renggang. Lo udah gue anggep kayak saudara sendiri, Sa. Jadi, maafin gue kalau udah buat lo kecewa, ya!”

Aksa sempat tertegun. Mungkin tak menyangka jika aku mengatakanya dengan melankolis. Aksa pun mengangguk sembari tersenyum, lalu memelukku erat. “Gue juga minta maaf, Niel. Harusnya gue tahu kalau lo pasti punya alasannya sendiri. Mentari bener … lo adalah sahabat terbaik yang penah gue miliki. Gue titip Mentari dan keluarga gue, ya!”

**

Pandangan yang sedang kulihat begitu amat pilu. Ibu menangis di samping Babeh yang tergeletak lemah dengan beberapa alat yang menempel pada tubuhnya. Ibu tak pernah beranjak dari sana, bahkan sanggup untuk tak makan dan tidur semalaman demi menjaga Babeh. Dan aku tak bisa melakukan sesuatu. Hanya bersembunyi memandang mereka dari jauh.

Duniaku hancur seketika. Banyak kejadian pilu dalam satu waktu. Mas Aksa dipenjara dan Babeh masuk rumah sakit karena kondisi jantungnya makin parah. Aku makin merasa buruk karena selama ini tak mengetahui keresahan yang dialami Mas Aksa. Sebagai anak laki-laki pertama di keluarga, Mas Aksa pasti berpikiran bahwa semua adalah tanggung jawabnya. Saking buntunya, ia rela melakukan sesuatu yang mengkhianati prinsip yang ia anut selama ini.

Aku terus berjalan menuju kampus. Aku sadar bahwa sejak tadi banyak pasang mata yang memandangku, tetapi aku tak peduli. Aku terus berjalan melewati gedung dan Lorong-lorong fakultas. Nasib baik memang tak pernah berpihak kepadaku sehingga kebetulan saja aku berpasan dengan Mara. Ekspresi perempuan yang sedang tertawa itu berubah kecut. Aku masih mengangguk sopan dan berniat melanjutkan langkahku, tetapi tangan Mara menghentikannya.

“Karma itu nyata, ya! Lihat saja apa yang terjadi sama kakak dan bokap lo. Itu semua karena lo. Dasar perempuan pembawa sial!”

Kerongkonganku terasa kering. Aku tak bisa balas apa-apa selain terus berjalan meninggalkan Mara yang masih berteriak menghinaku. Hinaan yang sama sekali tak pantas dilontarkan untuk perempuan berpendidikan seperti dia. Ia boleh menghinaku, karena aku memang salah telah menyakitinya. Tetapi bukankah ia keterlaluan jika harus membawa keluargaku dalam masalah ini. Mara bahkan menyumpahi Mas Aksa dan Babeh mati.

Tatapanku kosong sehingga pikiranku mulai tak waras. Suara-suara bisikan itu entah datang dari mana, membuat kakiku bergerak makin jauh berjalan ke atas rooftop. Di sana aku menghebuskan oksigen banyak-banyak, lalu mengeluarkannya perlahan. Namun bukan sesuatu kelegaan yang kudapat, melainkan kehampaan yang amat sangat. Dari atas sini, aku bisa melihat yang tak kulihat jika berada di bawah sana. Banyak orang-orang berkumpul untuk mengobrol, mengerjakan tugas, hingga saling melempar canda tawa. Mereka terlihat sangat gembira. Kulihat lagi pakaian-pakaian bermerek yang melekat di tubuh mereka, terlihat sangat fashionable dan membuat makin percaya diri.

Sejak dulu aku selalu membayangkan bisa menjadi bagian dari mereka. Tetapi aku hanya pecundang yang miskin. Tak ada orang yang mau berteman denganku. Hal itu makin membuatku terpuruk sedih.

Aku tak punya harapan selain pada keluarga. Hanya mereka yang dengan tulus menyayangiku tanpa pamrih. Namun, aku merasa makin tak berguna karena tak bisa diandalkan ketika mereka terpuruk sedih.

Sekarang semuanya sudah berantakan. Tidak ada lagi yang bisa menahanku untuk bertahan. Dalam hati, aku merutuki perbuatanku, meyakinkan bahwa bunuh diri bukan hal yang baik. Tetapi untuk apa aku hidup jika hanya menambah beban keluarga dan tak bisa berbuat apa-apa? Aku tidak cantik, tidak juga pintar. Apa yang bisa aku lakukan. Sama halnya dengan Mas Aksa, aku menemukan jalan buntu.

Aku bentagkan kedua tanganku, lalu menutup mataku yang basah karena tangis. Bersiap untuk terjun dari sini. Namun tiba-tiba, suara seseorang membuyarkan segalanya. Kulihat semua orang di bawah sana teriak histeris.

“Kalau sampai terjadi sesuatu sama lo … gue nggak akan pernah memaafkan diri gue sendiri seumur hidup!” Iren beteriak lantang, lalu berlari untuk menghampiriku di atas roftoop kampus. “Tunggu gue, dan jangan pernah berani untuk bergerak!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
443      309     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
SEMPENA
2389      884     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
Love Al Nerd || hiatus
92      69     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Selepas patah
116      97     0     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Premium
RESTART [21+]
4445      2133     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
Mendadak Halal
5639      1772     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
KEPINGAN KATA
329      213     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
Rewrite
5927      2075     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
ARMY or ENEMY?
9299      2878     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Konspirasi Asa
2137      681     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...