Read More >>"> Perhaps It Never Will (Chapter 25) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perhaps It Never Will
MENU
About Us  

Yasmine sudah tidak menghitung berapa puluh kali dirinya bolak-balik dari apartemen ke rumah sakit untuk mengurusi semua ini. Hayley masih dalam perawatan dokter, ia sudah sadar hanya saja sedang tertidur pulas malam ini dengan Will yang tak pernah beranjak dari sisinya. Lelaki itu bahkan tidak akan minum dan makan jika Yasmine tidak membawakannya.

Logan koma di rumah sakit yang sama dan keluarganya menuntut Yasmine dan Will agar dipenjara atas kasus percobaan pembunuhan. Yasmine tidak peduli dan tidak takut sama sekali, ia memiliki bukti yang kuat yang dengan sekejap dapat menghancurkan hidup Logan, yaitu Hayley.

Hayley adalah kunci dari segalanya.

Will sedang mengusap punggung tangan Hayley yang tertidur ketika Yasmine masuk ke ruang perawatan. Ia membawa paper bag berisi Chipotle dan Diet coke untuk Will.

“Waktunya makan malam, Tuan Will,” canda Yasmine sembari menaruh paper bag itu di atas nakas sebelah ranjang.

Will tersenyum tipis. Ia terlihat kacau, tidak sempat beristirahat sejak mendarat di New York pagi ini. “Terima kasih, pelayan.”

Yasmine mendaratkan bokongnya di sofa dan Will mengikutinya. Mereka hanyut dalam kegiatan masing-masing; Will sibuk melahap makanannya dan Yasmine menghubungi tim untuk menyelesaikan masalah.

Sampai akhirnya Will memulai pembicaraan. “Di mana kaset itu?”

Yasmine mendongak dari ponselnya. “Polisi menemukannya di jaket Logan. Barang itu diamankan di kantor polisi.”

Will bernafas lega mendengarnya. Tapi, ia masih belum bisa sepenuhnya lega karena masih ada permasalahan yang baru bisa diselesaikan ketika Hayley sudah terbangun. Will beranjak dari sofa dan berjalan ke luar kamar untuk membuang sampah. Ketika ia kembali, kedua mata Hayley membuka dengan sendirinya. Membuat Will hampir memekik senang seperti anak-anak yang dibelikan mainan baru.

Yasmine juga menyadarinya di waktu yang bersamaan. Mereka buru-buru berdiri di sisi ranjang dan menunggu Hayley mengatakan sesuatu.

“Will.” Itu kata pertama yang Hayley ucapkan dengan sangat pelan. Yasmine tersenyum mendengarnya, ia mundur beberapa langkah untuk memberi Will banyak ruang.

“Hayley, Love,” balas Will. Ia menggenggam tangan Hayley dengan lembut lalu menciumnya pelan. “Apakah ada yang sakit?” tanya Will.

Mata Hayley bergerak-gerak, ia mengedarkan pandangan ke sekitar. Mencoba mencerna keberadaannya sekarang. Dan disaat yang sama pandangannya pun beradu dengan Yasmine. Ia tersenyum lemah menatap sahabatnya. “Yas, I’m sorry,” lirih Hayley.

Yasmine menggeleng. Tanpa sadar ia sudah meneteskan air mata sejak Hayley membuka mata. “No, Hay. Harusnya aku yang minta maaf karena tidak bisa menjagamu.”

Kini, giliran Will yang mundur. Ia menuntun Yasmine untuk lebih mendekat pada Hayley dan berjalan kembali ke luar ruangan untuk memberi Hayley dan Yasmine ruang privasi. Setelah Will keluar, Hayley mencoba menggapai tangan Yasmine yang terlipat di depan dada. Yasmine menyadarinya dan menggenggam tangan Hayley lebih dulu.

“Kalau kemarin malam aku tidak nekat untuk melakukan itu sendiri, semua ini tidak akan terjadi,” ucap Hayley penuh penyesalan.

“Kalau aku tidak memberikanmu ide gila itu, ini semua tidak akan terjadi,” timpal Yasmine yang masih sesegukan.

Hayley menatap Yasmine dengan berkaca-kaca. “Aku berhasil memasukkan kaset itu ke saku jaket, tapi Logan membuang jaketku. Aku siap, Yas. Aku siap menghadapi apapun yang akan terjadi jika semua orang tahu tentang video itu. Aku akan pindah, aku akan pergi sejauh mungkin. Aku akan—“

“Kaset itu ada di tangan polisi. Kau aman,” potong Yasmine cepat-cepat.

Gurat kelegaan terpancar di wajah Hayley, namun pancaran tersebut langsung hilang dalam sepersekian detik. Ia tiba-tiba menjadi panik. “Will. Bagaimana bisa dia ada di sini? Ku kira aku berhalusinasi. Apakah dia nyata, Yas? Apakah aku bisa menyentuhnya?”

Yasmine mengusap lengan Hayley untuk menenangkannya. “Will-mu nyata. Dia sampai di New York tadi pagi dan langsung membantuku mencarimu. Bisa kubilang dia my partner in crime sekarang,” Yasmine tertawa, “Kau bisa menyentuhnya, Hay. Kau bisa menyentuhnya selama yang kau mau.” Kali ini Yasmine tersenyum penuh pengertian.

Yasmine mengecup pipi Hayley singkat lalu berjalan ke luar kamar dan menghampiri Will yang berdiri menyandar pada tembok dengan tatapan kosong. Sejak pertama kali Hayley pulang dengan penuh kekecewaan dan berlagak semuanya baik-baik saja padahal tidak, Yasmine bersumpah ia akan menonjok siapapun orang yang membuatnya seperti itu. Maka dari itu, Yasmine berjalan mendekati Will lalu menonjok pipi pria tampan itu lumayan keras.

Shit,” umpat Will yang kaget sekaligus kesakitan. “Yasmine, what was that for?” tanyanya menuntut penjelasan sambil memegangi pipinya.

Yasmine hanya tersenyum simpul. Ia menepuk pundak Will dua kali. “Aku sudah memaafkanmu, Jelek. Tapi jika suatu saat nanti kau menyakiti dia lagi, kau tahu sendiri skill menembakku yang selalu tepat sasaran.”

Will mau tak mau dibuat tersenyum. “Jadi, aku bebas sekarang?”

“Hayley ingin bertemu denganmu, tapi kumohon jangan membicarakan hal yang berat terlebih dulu. Biarkan dia merasakan kehadiranmu. Dia merindukanmu, Will. Sangat,” jawab Yasmine lalu berjalan pergi.

Will masuk ke dalam ruangan dan duduk di kursi samping ranjang dengan pandangan yang tak pernah lepas dari Hayley. Hayley tersenyum, dan seketika dunianya kembali berwarna. Semua rasa rindu, rasa sakit, rasa bersalah seolah lepas begitu saja dari belenggu.

“Hai,” ucap Hayley.

“Hai,” balas Will tersenyum.

Hayley menatap Will lama. Ia mengamati lekuk wajah Will yang selalu menemaninya setiap malam di sisi jembatan. Momen itu terasa seperti belasan tahun yang lalu. Rambut hitam legam Will yang selalu agak acak-acakan kini terlihat lebih rapi, mungkin pria ini memotongnya. Dan bola matanya, bola mata favorit Hayley. Hayley lebih memilih menatap bola mata biru laut milik Will dibandingkan menonton TV Show kesukaannya.

“Siapa namanya?” tanya Hayley tiba-tiba.

Alis Will menyatu dengan dahi yang mengerut. “Nama siapa?” tanyanya.

Hayley menggeleng sambil tetap tersenyum. “Anakmu.”

“Oh itu.” Will menjadi salah tingkah seketika. Entah kenapa ia merasa malu untuk mengucapkan nama anaknya sendiri di hadapan si pemilik nama.

“Will, kau tidak akan memberitahuku?” tanya Hayley kecewa setelah Will hanya diam.

Will buru-buru menjawab, “Wilhelmina.”

Will memainkan cincin perak di jarinya dengan cemas ketika menunggu reaksi Hayley. Ia takut Hayley marah atau tidak terima karena Will mengambil nama tengahnya. Will tidak tahu apakah ia bisa mengganti nama bayinya jika Hayley tidak terima. Ia tidak menginginkan itu.

Tapi, senyum Hayley semakin melebar. “Nama yang bagus. Lebih bagus dari Raven,” guraunya yang membuat Will tersenyum lega.

Lalu hening. Ini aneh, sebelumnya keheningan tidak pernah membuat mereka canggung, tapi sekarang rasanya Will akan melakukan apapun untuk menghancurkan keheningan ini. Sesuatu sudah terjadi di antara mereka dan tidak bisa diperbaiki lagi. Karena mau bagaimanapun juga, Will telah menyakiti Hayley dengan berbohong.

“Hayley, Yasmine memperingatiku untuk tidak membahas hal berat denganmu, tapi aku tidak bisa jika harus menghabiskan waktu beberapa jam lagi untuk menahan semua rasa bersalah ini.” Will tidak bisa menatap mata Hayley, ia menunduk menatap jari-jari Hayley yang tidak bergerak.

“Aku tahu kau punya alasan sendiri atas apa yang kau perbuat padaku,” balas Hayley lemah.

Jujur saja, reaksi Hayley menyiksa batin Will. Will lebih memilih Hayley marah atau bahkan menjauhi dirinya ketika Will akan meminta maaf, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Hayley penuh pengertian dan ingin mendengarkan. Will benar-benar merasa tidak layak untuk wanita seperti Hayley. Ia semakin merasa bersalah karena menyakiti wanita di depannya.

“Malam musim panas tahun lalu, aku terlalu bersenang-senang. Aku selalu pergi ke pesta di seluruh penjuru The Cotswolds setiap malam. Mungkin tidak ada tempat yang terlewat,” Will tertawa miris, “Lily dan aku memang dekat sejak kami duduk di sekolah menengah pertama. Aku menganggapnya sahabat dekat, karena dia selalu paham, selalu mengerti perasaanku. Dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi dan merengek kalau ditolak. Dan malam itu adalah salah satunya, dia memaksa untuk ikut denganku ke pesta.”

“Semakin malam, aku semakin mabuk. Aku bahkan tidak ingat apapun tentang malam itu selain memarkirkan sepeda dan menyapa teman-temanku. Paginya, aku terbangun di kamarku, di rumah Gigi, dengan Lily yang sama-sama tidak berpakaian di sampingku. Dan yang membuatku aneh adalah pintu kamar yang terbuka. Tiga bulan kemudian, keluarga Lily datang padaku dan bilang bahwa Lily hamil anakku,” lanjut Will. Matanya memerah menahan tangis.

“Will.” Hayley meraih tangan Will untuk digenggam.

“Aku terlalu buta, Hay. Terlalu buta karena tidak melihat bahwa selama ini Lily mencintaiku lebih dari yang kukira sampai dia nekat menjebakku hanya agar cintanya berbalas. Tapi, sekuat apapun aku mencoba untuk mencintainya, tidak bisa. Aku tidak bisa memaksakan perasaanku. Aku akan hidup dengan rasa bersalah karena tidak bisa membalas cinta Lily di sisa hidupku.” Will memberanikan diri untuk menatap mata Hayley secara langsung. Sehingga kini, mereka saling menatap satu sama lain.

“Namun, hal berbeda terjadi ketika pertama kali aku menatapmu di bandara. Karena di detik itu pula, jantungku berdebar tak karuan, jiwaku hanyut dalam tatapanmu, seolah diri ini bukan lagi milikku, tapi milikmu. You own my soul the moment I saw you, Hay. Aku tidak perlu memaksakan perasaanku, because it’s already yours. Aku terpaksa bohong padamu, karena kau pasti tidak akan menerimaku dengan keadaan hidupku yang kacau.” Will mengangkat tangan Hayley digenggamannya lalu mengecup punggung tangan itu seperti yang ia lakukan sebelum Hayley sadar.

Tetesan air mata mulai turun dari pelupuk mata Hayley. Ia mengusap pipi Will yang kemerahan akibat ditonjok Yasmine. “William, I love your name. Setiap kali ada seseorang yang menyebut nama itu, ingatanku akan selalu kembali pada malam itu di sisi jembatan, di Toko Roti Miss Tiana, di rumahmu, di manapun itu aku selalu teringat padamu. And I love being around you, I love standing in your side, I love riding a stolen bike with you, I love living life because of you.”

“Aku sudah memaafkanmu saat aku lari dari rumah Matt malam itu. Aku sudah memaafkanmu dari awal. Tapi untuk memercayaimu lagi, aku butuh waktu,” lanjut Hayley. Bibir bawahnya bergetar menahan tangis yang siap keluar dari mulutnya kapan saja.

Genggaman tangan Will pada Hayley semakin erat. Will mengangguk. “Aku paham, Love. Aku paham. Dan aku tidak akan berhenti berusaha untuk mengembalikan kepercayaan itu lagi padamu sampai kau memercayaiku kembali. Eventhough it will take hundred of years, I don’t care. As long as you give me a chance, I will keep trying.”

“Bolehkah aku memelukmu?” pinta Hayley.

Will tersenyum lalu mendekati Hayley dan memeluk tubuh yang sedang rapuh itu dengan hati-hati. “I love your name too, Hayley,” bisik Will.

Hayley tersenyum dalam pelukan. Ia tidak pernah menyangka akan memeluk Will lagi. Ia kira semua hal tentang Will akan hilang karena lelaki itu tidak akan kembali, tetapi sekarang semuanya terasa seperti mimpi. Berada kembali di dalam pelukan lelaki ini terasa seperti pulang ke rumah, ke tempat seharusnya ia berada. It feels right.

Karena memang di sinilah seharusnya Hayley berada.

Di pelukan Will.

You are my home, Will. Batin Hayley.

***

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
5303      2097     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
Jelita's Brownies
2915      1259     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
SORRY
14433      2740     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Call Kinna
3899      1564     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Allura dan Dua Mantan
2960      949     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
Negeri Tanpa Ayah
8608      1925     0     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Palette
3918      1575     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
RUMIT
4124      1399     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Aku Benci Hujan
4944      1410     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Hujan Paling Jujur di Matamu
5404      1483     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...