Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perhaps It Never Will
MENU
About Us  

Yasmine sudah tidak menghitung berapa puluh kali dirinya bolak-balik dari apartemen ke rumah sakit untuk mengurusi semua ini. Hayley masih dalam perawatan dokter, ia sudah sadar hanya saja sedang tertidur pulas malam ini dengan Will yang tak pernah beranjak dari sisinya. Lelaki itu bahkan tidak akan minum dan makan jika Yasmine tidak membawakannya.

Logan koma di rumah sakit yang sama dan keluarganya menuntut Yasmine dan Will agar dipenjara atas kasus percobaan pembunuhan. Yasmine tidak peduli dan tidak takut sama sekali, ia memiliki bukti yang kuat yang dengan sekejap dapat menghancurkan hidup Logan, yaitu Hayley.

Hayley adalah kunci dari segalanya.

Will sedang mengusap punggung tangan Hayley yang tertidur ketika Yasmine masuk ke ruang perawatan. Ia membawa paper bag berisi Chipotle dan Diet coke untuk Will.

“Waktunya makan malam, Tuan Will,” canda Yasmine sembari menaruh paper bag itu di atas nakas sebelah ranjang.

Will tersenyum tipis. Ia terlihat kacau, tidak sempat beristirahat sejak mendarat di New York pagi ini. “Terima kasih, pelayan.”

Yasmine mendaratkan bokongnya di sofa dan Will mengikutinya. Mereka hanyut dalam kegiatan masing-masing; Will sibuk melahap makanannya dan Yasmine menghubungi tim untuk menyelesaikan masalah.

Sampai akhirnya Will memulai pembicaraan. “Di mana kaset itu?”

Yasmine mendongak dari ponselnya. “Polisi menemukannya di jaket Logan. Barang itu diamankan di kantor polisi.”

Will bernafas lega mendengarnya. Tapi, ia masih belum bisa sepenuhnya lega karena masih ada permasalahan yang baru bisa diselesaikan ketika Hayley sudah terbangun. Will beranjak dari sofa dan berjalan ke luar kamar untuk membuang sampah. Ketika ia kembali, kedua mata Hayley membuka dengan sendirinya. Membuat Will hampir memekik senang seperti anak-anak yang dibelikan mainan baru.

Yasmine juga menyadarinya di waktu yang bersamaan. Mereka buru-buru berdiri di sisi ranjang dan menunggu Hayley mengatakan sesuatu.

“Will.” Itu kata pertama yang Hayley ucapkan dengan sangat pelan. Yasmine tersenyum mendengarnya, ia mundur beberapa langkah untuk memberi Will banyak ruang.

“Hayley, Love,” balas Will. Ia menggenggam tangan Hayley dengan lembut lalu menciumnya pelan. “Apakah ada yang sakit?” tanya Will.

Mata Hayley bergerak-gerak, ia mengedarkan pandangan ke sekitar. Mencoba mencerna keberadaannya sekarang. Dan disaat yang sama pandangannya pun beradu dengan Yasmine. Ia tersenyum lemah menatap sahabatnya. “Yas, I’m sorry,” lirih Hayley.

Yasmine menggeleng. Tanpa sadar ia sudah meneteskan air mata sejak Hayley membuka mata. “No, Hay. Harusnya aku yang minta maaf karena tidak bisa menjagamu.”

Kini, giliran Will yang mundur. Ia menuntun Yasmine untuk lebih mendekat pada Hayley dan berjalan kembali ke luar ruangan untuk memberi Hayley dan Yasmine ruang privasi. Setelah Will keluar, Hayley mencoba menggapai tangan Yasmine yang terlipat di depan dada. Yasmine menyadarinya dan menggenggam tangan Hayley lebih dulu.

“Kalau kemarin malam aku tidak nekat untuk melakukan itu sendiri, semua ini tidak akan terjadi,” ucap Hayley penuh penyesalan.

“Kalau aku tidak memberikanmu ide gila itu, ini semua tidak akan terjadi,” timpal Yasmine yang masih sesegukan.

Hayley menatap Yasmine dengan berkaca-kaca. “Aku berhasil memasukkan kaset itu ke saku jaket, tapi Logan membuang jaketku. Aku siap, Yas. Aku siap menghadapi apapun yang akan terjadi jika semua orang tahu tentang video itu. Aku akan pindah, aku akan pergi sejauh mungkin. Aku akan—“

“Kaset itu ada di tangan polisi. Kau aman,” potong Yasmine cepat-cepat.

Gurat kelegaan terpancar di wajah Hayley, namun pancaran tersebut langsung hilang dalam sepersekian detik. Ia tiba-tiba menjadi panik. “Will. Bagaimana bisa dia ada di sini? Ku kira aku berhalusinasi. Apakah dia nyata, Yas? Apakah aku bisa menyentuhnya?”

Yasmine mengusap lengan Hayley untuk menenangkannya. “Will-mu nyata. Dia sampai di New York tadi pagi dan langsung membantuku mencarimu. Bisa kubilang dia my partner in crime sekarang,” Yasmine tertawa, “Kau bisa menyentuhnya, Hay. Kau bisa menyentuhnya selama yang kau mau.” Kali ini Yasmine tersenyum penuh pengertian.

Yasmine mengecup pipi Hayley singkat lalu berjalan ke luar kamar dan menghampiri Will yang berdiri menyandar pada tembok dengan tatapan kosong. Sejak pertama kali Hayley pulang dengan penuh kekecewaan dan berlagak semuanya baik-baik saja padahal tidak, Yasmine bersumpah ia akan menonjok siapapun orang yang membuatnya seperti itu. Maka dari itu, Yasmine berjalan mendekati Will lalu menonjok pipi pria tampan itu lumayan keras.

Shit,” umpat Will yang kaget sekaligus kesakitan. “Yasmine, what was that for?” tanyanya menuntut penjelasan sambil memegangi pipinya.

Yasmine hanya tersenyum simpul. Ia menepuk pundak Will dua kali. “Aku sudah memaafkanmu, Jelek. Tapi jika suatu saat nanti kau menyakiti dia lagi, kau tahu sendiri skill menembakku yang selalu tepat sasaran.”

Will mau tak mau dibuat tersenyum. “Jadi, aku bebas sekarang?”

“Hayley ingin bertemu denganmu, tapi kumohon jangan membicarakan hal yang berat terlebih dulu. Biarkan dia merasakan kehadiranmu. Dia merindukanmu, Will. Sangat,” jawab Yasmine lalu berjalan pergi.

Will masuk ke dalam ruangan dan duduk di kursi samping ranjang dengan pandangan yang tak pernah lepas dari Hayley. Hayley tersenyum, dan seketika dunianya kembali berwarna. Semua rasa rindu, rasa sakit, rasa bersalah seolah lepas begitu saja dari belenggu.

“Hai,” ucap Hayley.

“Hai,” balas Will tersenyum.

Hayley menatap Will lama. Ia mengamati lekuk wajah Will yang selalu menemaninya setiap malam di sisi jembatan. Momen itu terasa seperti belasan tahun yang lalu. Rambut hitam legam Will yang selalu agak acak-acakan kini terlihat lebih rapi, mungkin pria ini memotongnya. Dan bola matanya, bola mata favorit Hayley. Hayley lebih memilih menatap bola mata biru laut milik Will dibandingkan menonton TV Show kesukaannya.

“Siapa namanya?” tanya Hayley tiba-tiba.

Alis Will menyatu dengan dahi yang mengerut. “Nama siapa?” tanyanya.

Hayley menggeleng sambil tetap tersenyum. “Anakmu.”

“Oh itu.” Will menjadi salah tingkah seketika. Entah kenapa ia merasa malu untuk mengucapkan nama anaknya sendiri di hadapan si pemilik nama.

“Will, kau tidak akan memberitahuku?” tanya Hayley kecewa setelah Will hanya diam.

Will buru-buru menjawab, “Wilhelmina.”

Will memainkan cincin perak di jarinya dengan cemas ketika menunggu reaksi Hayley. Ia takut Hayley marah atau tidak terima karena Will mengambil nama tengahnya. Will tidak tahu apakah ia bisa mengganti nama bayinya jika Hayley tidak terima. Ia tidak menginginkan itu.

Tapi, senyum Hayley semakin melebar. “Nama yang bagus. Lebih bagus dari Raven,” guraunya yang membuat Will tersenyum lega.

Lalu hening. Ini aneh, sebelumnya keheningan tidak pernah membuat mereka canggung, tapi sekarang rasanya Will akan melakukan apapun untuk menghancurkan keheningan ini. Sesuatu sudah terjadi di antara mereka dan tidak bisa diperbaiki lagi. Karena mau bagaimanapun juga, Will telah menyakiti Hayley dengan berbohong.

“Hayley, Yasmine memperingatiku untuk tidak membahas hal berat denganmu, tapi aku tidak bisa jika harus menghabiskan waktu beberapa jam lagi untuk menahan semua rasa bersalah ini.” Will tidak bisa menatap mata Hayley, ia menunduk menatap jari-jari Hayley yang tidak bergerak.

“Aku tahu kau punya alasan sendiri atas apa yang kau perbuat padaku,” balas Hayley lemah.

Jujur saja, reaksi Hayley menyiksa batin Will. Will lebih memilih Hayley marah atau bahkan menjauhi dirinya ketika Will akan meminta maaf, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Hayley penuh pengertian dan ingin mendengarkan. Will benar-benar merasa tidak layak untuk wanita seperti Hayley. Ia semakin merasa bersalah karena menyakiti wanita di depannya.

“Malam musim panas tahun lalu, aku terlalu bersenang-senang. Aku selalu pergi ke pesta di seluruh penjuru The Cotswolds setiap malam. Mungkin tidak ada tempat yang terlewat,” Will tertawa miris, “Lily dan aku memang dekat sejak kami duduk di sekolah menengah pertama. Aku menganggapnya sahabat dekat, karena dia selalu paham, selalu mengerti perasaanku. Dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi dan merengek kalau ditolak. Dan malam itu adalah salah satunya, dia memaksa untuk ikut denganku ke pesta.”

“Semakin malam, aku semakin mabuk. Aku bahkan tidak ingat apapun tentang malam itu selain memarkirkan sepeda dan menyapa teman-temanku. Paginya, aku terbangun di kamarku, di rumah Gigi, dengan Lily yang sama-sama tidak berpakaian di sampingku. Dan yang membuatku aneh adalah pintu kamar yang terbuka. Tiga bulan kemudian, keluarga Lily datang padaku dan bilang bahwa Lily hamil anakku,” lanjut Will. Matanya memerah menahan tangis.

“Will.” Hayley meraih tangan Will untuk digenggam.

“Aku terlalu buta, Hay. Terlalu buta karena tidak melihat bahwa selama ini Lily mencintaiku lebih dari yang kukira sampai dia nekat menjebakku hanya agar cintanya berbalas. Tapi, sekuat apapun aku mencoba untuk mencintainya, tidak bisa. Aku tidak bisa memaksakan perasaanku. Aku akan hidup dengan rasa bersalah karena tidak bisa membalas cinta Lily di sisa hidupku.” Will memberanikan diri untuk menatap mata Hayley secara langsung. Sehingga kini, mereka saling menatap satu sama lain.

“Namun, hal berbeda terjadi ketika pertama kali aku menatapmu di bandara. Karena di detik itu pula, jantungku berdebar tak karuan, jiwaku hanyut dalam tatapanmu, seolah diri ini bukan lagi milikku, tapi milikmu. You own my soul the moment I saw you, Hay. Aku tidak perlu memaksakan perasaanku, because it’s already yours. Aku terpaksa bohong padamu, karena kau pasti tidak akan menerimaku dengan keadaan hidupku yang kacau.” Will mengangkat tangan Hayley digenggamannya lalu mengecup punggung tangan itu seperti yang ia lakukan sebelum Hayley sadar.

Tetesan air mata mulai turun dari pelupuk mata Hayley. Ia mengusap pipi Will yang kemerahan akibat ditonjok Yasmine. “William, I love your name. Setiap kali ada seseorang yang menyebut nama itu, ingatanku akan selalu kembali pada malam itu di sisi jembatan, di Toko Roti Miss Tiana, di rumahmu, di manapun itu aku selalu teringat padamu. And I love being around you, I love standing in your side, I love riding a stolen bike with you, I love living life because of you.”

“Aku sudah memaafkanmu saat aku lari dari rumah Matt malam itu. Aku sudah memaafkanmu dari awal. Tapi untuk memercayaimu lagi, aku butuh waktu,” lanjut Hayley. Bibir bawahnya bergetar menahan tangis yang siap keluar dari mulutnya kapan saja.

Genggaman tangan Will pada Hayley semakin erat. Will mengangguk. “Aku paham, Love. Aku paham. Dan aku tidak akan berhenti berusaha untuk mengembalikan kepercayaan itu lagi padamu sampai kau memercayaiku kembali. Eventhough it will take hundred of years, I don’t care. As long as you give me a chance, I will keep trying.”

“Bolehkah aku memelukmu?” pinta Hayley.

Will tersenyum lalu mendekati Hayley dan memeluk tubuh yang sedang rapuh itu dengan hati-hati. “I love your name too, Hayley,” bisik Will.

Hayley tersenyum dalam pelukan. Ia tidak pernah menyangka akan memeluk Will lagi. Ia kira semua hal tentang Will akan hilang karena lelaki itu tidak akan kembali, tetapi sekarang semuanya terasa seperti mimpi. Berada kembali di dalam pelukan lelaki ini terasa seperti pulang ke rumah, ke tempat seharusnya ia berada. It feels right.

Karena memang di sinilah seharusnya Hayley berada.

Di pelukan Will.

You are my home, Will. Batin Hayley.

***

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
8508      2292     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
143      111     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
Photograph
1698      802     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
9882      2226     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
SILENT
5562      1668     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
KEPINGAN KATA
518      331     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
Hyeong!
195      170     1     
Fan Fiction
Seok Matthew X Sung Han Bin | Bromance/Brothership | Zerobaseone "Hyeong!" "Aku bukan hyeongmu!" "Tapi—" "Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!" ____ Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di sekolah, padahal mereka tinggal satu rumah. Matthew mulai berpikir, apakah H...
Rekal Rara
13260      3788     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. â–Şâ–Şâ–Ş Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Selepas patah
208      170     1     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Seiko
632      474     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...