Bu Ismi selaku guru bahasa inggris kelas dua belas meminta Dhafin dan Astagiri menemuinya di kantor. Bu Ismi adalah guru pembimbing pelajaran bahasa inggris, dia yang menangani apapun dalam hal yang berbau bahasa inggris, seperti bulan bahasa, lomba antar sekolah bahkan sampai tingkat nasional. Sementara Dhafin dan Astagiri adalah siswa binaannya yang telah berhasil menorehkan nama baik sekolah dalam ajang kompetisi tingkat nasional.
Astagiri berjalan keluar kelas untuk menghadap Bu Ismi, dia tidak tahu bahwa Bu Ismi juga memamggil Dhafin karena mereka berbeda kelas.
"Asta," panggil Dhafin ketika dia melihat wanita itu berjalan menuju ruang guru.
Astagiri menoleh. "Iya Dhaf, ada apa?"
Dhafin segera menghampiri Astagiri, mensejajarkan dirinya di samping Astagiri. "Kamu pasti mau ke ruang guru ya?"
"Iya, dipanggil Bu Ismi tadi."
"Sama aku juga, barengan aja kalau gitu," ucap Dhafin.
"Oh, ya udah ayo!"
Mereka berjalan beriringan menuju kantor guru sambil sesekali mengobrol untuk memutus rasa canggung yang selalu terjadi diantara mereka berdua setiap kali bertemu. Padahal mereka juga sering berada dalam satu kegiatan yang sama.
Begitu Astagiri dan Dhafin masuk ruang guru, mereka langsung di sambut oleh guru-guru yang memang sudah mengenal mereka. Bu Ismi yang mengetahui kedatangan Astagiri dan Dhafin segera mengambil dua kursi plastik untuk mereka. Tanpa basa-basi Bu Ismi langsung mengutarakan keinginannya untuk membantunya melakukan bimbingan pada beberapa siswa kelas sepuluh yang sebentar lagi akan mengikuti kompetisi bahasa inggris tingkat kabupaten.
"Hah? Kami Bu?"
"Iya, Asta."
"Tapi, saya nggak bisa Bu. Rasanya belum pantas kalau harus mengajar mereka."
"Kamu kan sudah pernah ikut dan menang, pasti kamu tahu materi saja yang akan keluar dalam lomba tersebut."
"Tapi Bu," kata Astagiri memotong ucapan Bu Ismi. Dia meresa tidak pantas menggantikan Bu Ismi membimbing kompetisi.
"Ibu akan mengambil cuti Asta, orang tua ibu sakit dan harus menjalani operasi. Sementara guru bahasa inggris kelas sepuluh sedang cuti hamil. Ibu minta tolong sekali sama kalian. Anggap saja ini seperti belajar kelompok yang memiliki target. Ibu percaya sama kalian. Tenang saja, nanti kalau kalian bingung kalian bisa telpon ibu atau tanya sama guru bahasa inggris kelas sebelas," jelas Bu Ismi.
Meskipun begitu Astagiri masih tampak keberatan. Kenapa tidak melibatkan guru yang lain saja? Kenapa harus dia dan Dhafin yang melakukannya? Ilmu mereka juga masih dangkal kan
"Baik Bu, nanti kami akan diskusikan mengenai metode belajarnya," jawab Dhafin yang membuat Astagiri langsung menoleh.
"Alhamdulillah, makasih ya Dhafin." Bu Ismi bersyukur saat Dhafin menerima tawarannya, dia tidak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa. Tidak mungkin pada guru baru karena dia juga akan membebankan pelajaran bahasa inggris kelas dua belas padanya.
"Sama-sama Ibu, kalau gitu kami permisi dulu. Nanti kami akan diskusikan materinya, saya juga menyimpan soal-soal lombanya."
"Terima kasih banyak Dhafin, kalian tenang saja mengenai bimbingannya tidak akan mengganggu waktu belajar kalian karena waktunya akan dilaksanakan di luar jam sekolah," kata Bu Ismi.
"Ini jadwal bimbingannya, kalian bisa simpan." Bu Ismi memberikan satu lembar jadwal bimbingan pada mereka. Dahfin menerima lembaran tersebut kemudian segera keluar.
Tepat pada saat mereka sudah ada di luar ruangan, Astagiri segera mengejar langkah Dhafin yang sangat cepat menurutnya. Astagiri ingin bertanya kenapa pria itu mau menerima tawaran Bu Ismi. Selain karena ilmu mereka yang menurutnya kurang, mereka juga harus belajar untuk ujian akhir.
"Dhafin tunggu! Aku mau ngomong."
"Nanti Asta, aku ada pelajaran keempat," elak Dhafin dengan kaki terus melangkah menuju kelasnya.
"Sekarang Dhafin, aku mau ngomong sekarang!" Astagiri menahan tangan Dhafin karena ternyata kakinya kalah cepat dengan langkah pria itu.
"Asta, nanti saat istirahat."
"Nggak bisa! Kamu ada latihan basket setelah ini kan."
"Gimana kamu bisa tahu kalau aku ada latihan basket?" tanya Dhafin penasaran. Masalahnya, yang tahu jadwal latihan tim basket hanya anggota basket dan cheerleader saja. Bagaimana Astagiri bisa tahu sementara wanita itu bukan anggota dari salah satunya.
"Ya..." Astagiri bingung harus menjawab apa. "Ya aku asal nebak aja. Kamu kan pernah bilang kalau tim basket mau tanding sama SMAN 2."
Dhafin menatap mata Astagiri yang selalu menghindarinya, dia tahu bahwa saat ini Astagiri sedang berbohong padanya. Tapi, Dhafin tidak mengatakan apa-apa karena dari matanya saja sudah menjelaskan bahwa dia tidak percaya dengan ucapan Astagiri. Sementara Astagiri tetap bertahan dengan alibinya.
"Aku cuma mau tanya kenapa kamu menerima tawaran Bu Ismi? Kita juga harus belajar untuk ujian, apalagi kamu juga ada tanding basket. Memangnya kamu punya waktu. Kamu nggak bisa asal janji Dhaf," cecar Astagiri.
"Aku nggak asal janji, Asta. Lagipula aku hanya mau membantu Bu Ismi. Kamu nggak denger yang beliau katakan, orang tuanya sedang sakit dan harus dioperasi. Apa kamu nggak kasian sama Bu Ismi, apa salahnya membantu."
Astagiri diam mendengar pemikiran Dhafin, memang tidak ada salahnya membantu orang lain. Apalagi Bu ismi adalah salah satu guru yang sangat berjasa dalam hidup mereka. Dari tangan Bu Ismi mereka bisa memenangkan kompetisi bahasa inggris tingkat nasional. Tapi, yang menjadi masalah sekarang. Astagiri akan banyak menghabiskan waktunya dengan Dhafin. Dan itu tidak baik untuk mereka.
"Sudahlah Asta. Nanti saat istirahat kamu bisa tunggu aku di pinggir lapangan basket, tempat yang biasa kamu tempati dengan Cintya. Nanti kita akan diskusikan mengenai metode belajarnya. Kita pasti bisa Asta, kita juga sudah berpengalaman kan."
"Tapi Dhaf..."
"Aku nggak mau denger kata tapi, Asta. Pokoknya tunggu aku di sana. Nanti sebelum latihan basket aku akan menemuimu."
Wah bisa gawat kalau seperti itu, Astagiri sudah mendengar kabar kembalinya Nanda ke sekolah setelah sakit beberapa hari kemarin. Jika wanita itu melihatnya bersama pacarnya, apa nggak kebakaran jengkot wanita itu. Dhafin menariknya dalam lingkaran masalah. Tapi yang bisa Astagiri lakukan hanya pasrah.
Dahfin berlalu dari hadapan Astagiri dengan senyum mengembang, senyum kemenangan karena berhasil membuat Astagiri mengikuti permainannya. Ya, Dhafin memang sengaja menerima tawaran Bu Ismi untuk lebih dekat dengan Astagiri. Entah kenapa setelah beberapa hari yang lalu sejak kejadian mogoknya motor wanita itu, Dhafin tidak bisa tidur nyenyak. Dia selalu memikirkan Astagiri dan ingin kembali dekat dengannya
Dan permintaan Bu Ismi seolah pertanda bahwa dia memang seharusnya dekat dengan Astagiri. Takdir seolah berpihak padanya. Mana mungkin Dhafin nelewatkan kesempatan emas yang tidak datang dua kali tersebut.
Sepertinya Dhafin lupa bahwa ada perasaan Nanda yang harus dia jaga. Dan sepertinya dia juga lupa mengenai janjinya pada wanita itu untuk selalu di sampingnya.
Jika Dhafim senang, maka berbeda dengan Astagiri yang sudah membayangkan hal-hal negatif saat dekat dengan pria itu. Astagiri membayangkan wajah Nanda yang memerah melihat mereka sering mengobrol berdua saat membahas materi lomba. Dan saat-saat mereka harus berada di sekolah untuk mengajarkan adik-adik kelas sepuluh untuk persiapan lomba. Astagiri ngeri membayangkan masalah apa yang ada di depannya nanti.