Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dialog Senja
MENU
About Us  

"Asta, nanti pulang sekolah bantu emak cari kayu bakar di hutan ya!" perintah seorang wanita paruh baya dengan wajah yang sudah keriput dibeberapa bagian.

"Iya, Mak," jawab Astagiri sambil memasukkan buku sekolahnya.

Bahkan gadis berkerudung dengan tinggi sekitar 152 cm itu belum berangkat sekolah, namun pekerjaan sudah lebih dulu menantinya, seolah tiada hari esok saja. Astagiri Dwi Ningrum, nama yang keindahannya laksana senja yang sering dia lihat dari belakang rumahnya itu ternyata tidak memiliki kehidupan indah. Di usianya yang masih tergolong belia, ia harus banting tulang untuk membantu orang tuanya.

Ketidakberdayaan ekonomi keluarga terpaksa harus membuatnya menahan diri atas segala keinginannya. Meskipun Kayla, kakaknya yang bekerja menjadi TKW di Negeri Jiran itu selalu mengiriminya uang. Namun, uang itu hanya cukup untuk biaya sekolah juga berobat ayahnya yang menderita penyakit liver dan jantung.

Meskipun begitu Astagiri tidak pernah mengeluh, ia hanya memiliki satu cita-cita, yaitu menyelesaikan pendidikan SMA yang sekarang dia tempuh setelah itu keluar kota untuk bekerja sebagai pegawai pabrik seperti teman-temannya yang sudah lebih dulu berada di sana.

Jika kata orang masa SMA adalah masa indah bagi anak remaja, sepertinya teori itu tidak berlaku baginya. Astagiri tetaplah Astagiri, yang tampil sederhana dengan balutan jilbab, gadis polos yang tidak pernah mengenal cinta. Bagaimana bisa ia memiliki waktu untuk cinta, jika makan sehari-hari saja sudah susah.

"Mak, aku berangkat ya." Astagiri berpamitan dengan Arum, ibunya, dengan cara mencium tangannya.

"Hati-hati," kata Arum sambil mengusap rambut sang anak yang berbalut jilbab.

Astagiri mengendarai motor Vario pemberian kakaknya, motor itu sengaja Kayla belikan untuk transportasi sekolah adiknya setiap hari. Setidaknya motor itu bisa mengurangi uang sakunya yang harus habis jika ia pulang-pergi dengan angkutan umun.

Sesampainya Astagiri di sekolah, dia segera memarkirkan motornya di parkiran sekolah karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Ia tentu tidak ingin namanya tercatat dalam buku keterlambatan.

"Asta, tunggu!"

Astagiri berhenti untuk menunggu satu-satunya sahabatnya di bangku SMA tersebut. Cintya berlari menghampiri Astagiri yang berdiri di dekat trali, kemudian menggandeng tangannya menuju ruang kelas. Jika Astagiri berasal dari keluarga kurang mampu, beda hal dengan Cintya yang selalu berkecukupan. Bahkan, keluarganya memiliki mobil Alphard yang harganya mencapai ratusan juta, yang membuat Astagiri hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Eh, kamu udah tahu kalau nilai ulangan Riko lebih tinggi daripada kamu?" tanya Cintya saat mereka berjalan menuju ruang kelas.

"Iya," jawab Astagiri, sedikit kecewa dengan kemampuannya yang menurun akhir-akhir ini.

"Sabar, nilai kamu pasti bisa lebih tinggi di ulangan berikutnya. Lagipula ini hanya ulangan harian."

"Tetep aja, kita udah kelas 12. Aku harus ngejer nilaiku supaya bisa lulus dengan nilai yang bagus. Aku nggak mau ngecewain kakakku," jawab Astagiri sungguh-sungguh.

Kelas 12-3 Bahasa sudah penuh dengan siswa-siswi di dalam kelas, meskipun bel sekolah belum berbunyi. Tentu saja mereka tidak duduk manis di bangku masing-masing, ada yang sedang merumpi di bangku belakang, melempar kertas kesana-sini, juga sekretaris yang sedang mengabsen kehadiran.

"Aww." Astagiri merintih kesakitan ketika salah satu dari kepalan kertas itu melayang mengenai pipinya.

"Nah, Riko itu Riko," teriak salah satu teman kelasnya.

Riko yang meresa bersalah karena lemparan kertasnya mengenai Astagiri segera berlari menghampirinya.

"Sorry ya, aku nggak sengaja."

Sayangnya Astagiri bukan gadis pendiam yang akan dengan mudah memaafkan orang, dia terkenal dengan sifatnya yang cuek dan garang. Astagiri menatap nyalang pada Riko yang berada di sampingnya.

"Makanya kalau mau lempar itu lihat-lihat, ada orang apa nggak. Lagian udah SMA masih aja kayak anak kecil," ketus Astagiri menjawab permintaan maaf Riko.

"Haduh, nyesel aku minta maaf," keluh Riko yang bisa jelas didengar olehnya.

"Nggak usah minta maaf kalau nyesel," kata Astagiri sebelum meninggalkan Riko di tempatnya. Sementara Cintya hanya diam saja dan mengikuti langkah sahabatnya. Dia sudah tahu bagaimana temperamennya Astagiri, terlebih jika dia merasa terganggu.

"Pipimu merah," kata Cintya begitu mereka duduk di bangkunya.

"Banget ya? Sakit tahu." Astagiri mengusap-usap pipinya yang terasa panas.

Cintya mengangguk untuk menjawab pertanyaan sahabatnya. Tidak berselang lama tiba-tiba satu botol aqua dingin mendarat tepat di atas mejanya. Astagiri mendongak untuk mengetahui siapa yang memberinya air tersebut. Lagi-lagi wajah Riko yang dia lihat.

"Kompres pipimu dengan ini," ucap Riko yang langsung meninggalkan mejanya sebelum sempat ia jawab.

"Makasih." Astagiri tetap mengatakannya meskipun Riko sudah pergi dan mungkin saja tidak mendengar ucapannya.

"Riko itu baik lho. Ya, setidaknya bertanggung jawab," bisik Cintya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Astagiri. Dia tahu apa maksud perkataan sahabatnya.

Astagiri pernah mendengar rumor bahwa Riko menyukainya, tapi tidak berani mengungkapkan padanya karena sifat garang yang dia miliki. Tentu saja dia tidak serta merta percaya pada rumor tersebut, mengingat status sosial mereka yang sangat berbeda, pria itu tidak mungkin menaruh hati padanya. Lagipula, tidak ada faedahnya percaya pada rumor.

"Udah baik, ganteng, pinter lagi. Nggak aneh-aneh," tambah Cintya.

"Bisa diem nggak! Nggak aku kasih contekan nih."

Mendengar ancaman yang diberikan sahabatnya, Cintya langsung mengatupkan bibir dengan gerakan mengunci. Tidak mungkin dia berani jika Astagiri sudah mengancamnya seperti itu, apalagi hari ini akan ada ulangan matematika. Bidang studi yang bisa membuat bulu kuduknya berdiri tegak.

***

Duduk di pinggir lapangan basket, dibawah rindangnya pohon, menjadi tempat favorit bagi Astagiri dan Cintya. Terkadang mereka akan memakan bekal yang mereka bawa dari rumah atau hanya sekedar ngobrol ringan. Atau mungkin, mencuri pandang pada salah satu pemain basket yang bisa sedikit menarik perhatian Astagiri. Tidak! Dia bukan seorang captain basket, ketua OSIS, atau cowok populer di sekolahnya. Hanya anggota dari tim basket yang sering kali mengikuti Olimpiade Bahasa Inggris seperti dirinya. Muhammad Dhafin Prasetyo.

Padahal, siswa kelas 12-1 Bahasa itu sudah memiliki kekasih hati. Entah kenapa Astagiri bisa menyukainya. Astagiri mulai tertarik pada Dhafin ketika ia duduk di kelas sebelas, saat itu dia melihat sendiri bagaimana usaha Dhafin untuk meraih beasiswa di sekolah mereka. Dan baru dia ketahui bahwa Dhafin juga berasal dari keluarga biasa-biasa saja, pria itu juga tidak banyak gaya seperti temannya yang lain. Hal itulah yang membuatnya kagum.

"Asta." Tiba-tiba Riko berdiri di samping Astagiri yang sedang duduk sendiri memperhatikan tim basket yang sedang berlatih. "Aku minta maaf soal tadi, aku bener-bener nggak sengaja."

"Iya, nggak pa-pa."

"Dimana Cintya?" tanya Riko yang hanya melihat Astagiri sendirian tanpa Cintya di sampingnya. Karena biasanya, mereka sudah seperti perangko dan amplop surat yang tidak terpisahkan.

"Lagi beli makanan di kantin," jawab Astagiri.

"Aku duduk sini ya?"

"Silahkan, ini juga tempat umum."

Astagiri bukan gadis pemalu, menutup diri pada lingkungan sosial, dia bisa bersosialisasi dengan baik. Buktinya dia bisa memiliki teman dari berbagai macam jurusan. Dan terlebih, banyak juga yang mengenalinya. Hanya saja Astagiri memang terkenal cuek dan tidak peduli. Dia tidak bisa terlalu dekat dengan orang lain yang belum mengenal wataknya, khawatir mereka akan tersinggung mendengar nada bicaranya. Karena itu Astagiri hanya dekat dengan Cintya yang memang sudah tahu bagaimana dirinya.

Astagiri melihat Riko yang sedang melambaikan tangan dengan tatapan mata ke lapangan basket. Ia menoleh untuk melihat siapa yang sedang pria itu sapa. Ah, ternyata Dhafin. Dia tidak tahu bahwa Riko dan Dhafin saling kenal karena ia tidak pernah melihat keduanya dekat atau mengobrol selama di sekolah.

Dhafin yang sepertinya telah menyelesaikan latihan basketnya berjalan menghampiri mereka, membuat jantung Astagiri berdetak cepat karena mereka tidak pernah bertegur sapa setelah Olimpiade Bahasa Inggris enam bulan yang lalu. Tidak ada alasan bagi Astagiri untuk menegur Dhafin, begitu pun sebaliknya. Terlebih, Dhafin sudah memiliki pacar yang selalu menempel padanya. Tentu Astagiri tidak ingin mendapat julukan perusak hubungan orang. Hidupnya sudah susah, dia tidak ingin mempersulitnya.

Begitu langkah Dhafin mulai mendekat pada mereka, Astagiri bisa melihat peluh keringat di kaos pria itu juga di wajah tampannya_ menurut Astagiri. Ya, seperti yang kita tahu, cantik dan tampan itu relatif. Padahal sebenarnya, jika diperhatikan antara Riko dan Dhafin. Riko memiliki kulit lebih putih dari Dhafin, Riko juga memiliki lesung pipi yang menambah kesan manis pria itu. Sementara Dhafin, dia memiliki kulit sawo matang dengan wajah tegas dan mata yang terbilang tajam. Seolah mata itu bisa membunuh gadis-gadis di sekolahnya hanya dengan melihat tatapan pria itu.

"Hai bro, giat banget latihan. Mau tanding lagi ya?" tanya Riko begitu Dhafin duduk di depannya.

"Iya. Lawan SMAN 2," jawab Dhafin. Matanya tertuju pada Astagiri yang sedang menekuni buku bacaan, seolah mengabaikan keberadaannya.

"Asta, kok tumben sendirian, biasanya sama Cintya?" tanya Dhafin pada Astagiri.

"Hah?" Copot sudah jantung Astagiri dari tempatnya. Dia terkejut begitu Dhafin bertanya padanya.

Kalimat "biasanya" yang barusan diucapkan Dhafin menandakan bahwa pria itu memperhatikannya selama ini. Padahal dia kira Dhafin tidak peduli padanya karena pria itu tidak pernah menyapanya meskipun mereka sedang berpapasan. Astagiri juga melihat Dhafin yang hanya memperhatikan Nanda, pacar pria itu.

"Kemana Cintya? Biasanya kalian berdua duduk di sini."

"Oh, dia lagi belanja di kantin. Bentar lagi juga dateng." Astagiri menutup buku bacaannya. "Kalau gitu aku permisi dulu deh, mau nyusul Cintya."

"Loh kenapa? Tunggu sini aja! Katanya bentar lagi dateng," tahan Dhafin.

"Iya. Emmm. Biasanya anak itu lelet kalau nggak disusul. Aku duluan ya," pamitnya pada Riko dan Dhafin yang hanya bisa melihat punggungnya karena dia segera pergi setelah berpamitan pada mereka.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
UnMate
1039      605     2     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Sahabat
485      354     2     
Short Story
Dhea dan Gia merupakan sepasang sahabat yang oernah berjanji untuk selalu tampil kembar. Namun Gia lupa akan janji tersebut dan mengubah penampilannya. Tentu saja Dhea marah dan menjauhi Gia. Namun bagaimana bila Dhea mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor jantung? Akankah Gia memberikan jantungnya untuk sahabat yang telah menyakitinya? Atau membiarkan Dhea meninggal? \"Dhea akan selalu...
Premium
Bertemu Jodoh di Thailand
4939      1686     0     
Romance
Tiba saat nya Handphone Putry berdering alarm adzan dan Putry meminta Phonapong untuk mencari mesjid terdekat karena Putry mau shalat DzuhurMeskipun negara gajah putih ini mayoritas beragama buddha tapi ada sebagian kecil umat muslimnya Sudah yang Sholatnya Sudah selesai yang Sekarang giliran aku yaaku juga mau ibadah ke wiharakamu mau ikut yang Iya yangtapi aku tunggu di luar saja ya Baikl...
Unexpectedly Survived
99      88     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
Far From You
359      250     1     
Short Story
"Seseorang yang harus kamu perjuangkan, haruslah orang yang pantas untuk diperjuangkan" -Alvaro Alvina, seorang siswi SMA yang berhati baik dan berwajah cantik merasa kecewa dengan mantan pacarnya. Namun selain kecewa, setelah ia putus dengan pacarnya, ia berhasil berubah dan mengetahui arti cinta yang sebenarnya.
Noterratus
2487      1029     4     
Mystery
Azalea menemukan seluruh warga sekolahnya membeku di acara pesta. Semua orang tidak bergerak di tempatnya, kecuali satu sosok berwarna hitam di tengah-tengah pesta. Azalea menyimpulkan bahwa sosok itu adalah penyebabnya. Sebelum Azalea terlihat oleh sosok itu, dia lebih dulu ditarik oleh temannya. Krissan adalah orang yang sama seperti Azalea. Mereka sama-sama tidak berada pada pesta itu. Berbeka...
Untuk Reina
25474      3898     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Manusia Kaset
354      227     0     
Short Story
Sudah lama Darto menghilang terutama saat ditagih hutang. Sekalinya muncul pun ia susah buat ditagih hutangnya. Tapi pada akhirnya Darto benar-benar tak pernah lagi muncul. Kemanakah ia?
Starlight and Integra
8829      2090     8     
Fantasy
Siapakah sebenarnya diriku? Apa saja yang sebenarnya disembunyikan oleh orang-orang di sekitarku? Dimana kekeasihku Revan? Mungkinkah dia benar-benar telah tewas saat peristiwa pelantikan prajurit itu? Atau mungkinkah dia ditangkap oleh Kerajaan Integra, musuh kerajaanku? (Roselia Hope, warga Kerajaan Starlight)
God, why me?
188      153     5     
True Story
Andine seorang gadis polos yang selalu hidup dalam kerajaan kasih sayang yang berlimpah ruah. Sosoknya yang selalu penuh tawa ceria akan kebahagiaan adalah idaman banyak anak. Dimana semua andai akan mereka sematkan untuk diri mereka. Kebahagiaan yang tak bias semua anak miliki ada di andine. Sosoknya yang tak pernah kenal kesulitan dan penderitaan terlambat untuk menyadari badai itu datang. And...