Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lazy Boy
MENU
About Us  

Demi apa gue masih melek jam segini?! Apalagi gue habis pulang dari Menteng. Selama les di Goethe tadi, konsentrasi gue terbagi. Antara penjelasan materi dan penyesalan atas kejadian tadi sore.

 

Kenapa gue harus sok-sokan mau mengantar Kinan? Pakai acara debat sama cowok songong itu. Gue juga heran sih, kenapa gue nggak suka sama cowok Korea itu? Apa karena dia kepilih buat lomba Sirkuit Nasional Wushu Taolu? Kayaknya gue nggak peduli-peduli banget deh.

 

Gue takut Kinan jadi salah paham. Apalagi dia cewek yang narsis dan pede sejagat raya. Untung aja besok libur, ada tanggal merah. Jadinya gue bisa menghindari dia.

 

Prediksi gue salah besar! Sewaktu gue masih tidur pagi-pagi, Emak bangunin gue supaya membukakan pagar. Katanya ada yang datang.

 

"Raaayyy! Bukain pagar! Bunda lagi repot nih!"

 

Gila! Apa Emak ketularan suara seriosanya Cutbray ya? Gue sambil mengucek mata, keluar dari kamar. Bunda melongok dari pintu dapur yang masih bisa terlihat dari arah kamar gue. Soalnya cuma terpisah sama ruang tengah kita yang kecil.

 

"Kamu tuh. Lihat udah jam berapa? Habis salat subuh tidur lagi dan enggak bangun-bangun."

 

"Ya, kan libur, Bun."

 

Aku melengos dan membuka pintu. Sumpah, gue nggak lagi mengigau, kan? Gue melihat Kinan berdiri di depan pagar. Padahal penampilannya biasa aja. Dia memakai baju terusan berwarna putih. Rambut selengannya dicepol ke belakang. Benar-benar biasa aja. Namun hati gue nggak biasa.

 

"Lo pasti masih molor ya?" semburnya.

 

Ah, gue agak tersadarkan. Kayaknya gue kecapekan, saraf otak gue keganggu. Kayak gue paham saja cara bekerja saraf otak.

 

"Ngapain lo ke sini? Kangen sama gue?" balas gue.

 

Kinan buru-buru bergaya memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Segitu hinanya diri gue.

 

"Gue mau ambil pesanan kue. Buruan, buka!"

 

Gue bergerak membuka pagar dan menguncinya lagi saat Kinan sudah masuk. Ketika kita berjalan masuk ke dalam rumah, gue melihat si kutu kupret sok-sokan menutup hidungnya.

 

"Lo pasti belom mandi ya? Rambut acak kadut. Belek ke mana-mana. Jorok banget sih?!" hinanya.

 

"Nggak seharusnya lo ngejelekin orang yang nge-handle pesenan makanan lo. Bisa aja kue yang lo pesen, gue ludahin di adonannya," balas gue.

 

"Heh, awas aja lo! Itu bukan pesenan gue, tapi—"

 

"Lho, kirain yang dateng, yang mau ambil pesanan," kata Emak yang baru saja keluar dari dapur. Mungkin dia mendengar keributan kita berdua.

 

"Aku emang yang mau ambil pesanan, Tante. Mama aku yang waktu itu pesan. Atas nama Bu Esti," jawab Kinan sambil menyalami Emak.

 

"Oh, iya, iya. Waktu itu si Rojali, satpam SMA tempat Bu Esti ngajar yang kasih tahu biar pesen di sini. Soalnya di SMA situ biasa pesan di sini. Kalian saling kenal?"

 

"Kita satu sekolah, Tante. Aku juga les sama Om Brian," sahut Kinan.

 

"Oh, jadi ini ceweknya! Siapa nama kamu, Sayang?" Dih, Emak semringah banget. Cih!

 

"Kinan, Tante." Ceria banget jawabnya si kutu kupret.

 

"Sok banget sayang-sayang. Sama anak sendiri nggak pernah," cibir gue.

 

"Bener, mau Bunda panggil sayang?"

 

Gue langsung menggeleng kuat-kuat. Emak tergelak. Terus yang bikin gue eneg, Kinan kembali menjual nasib lagi ke depan Emak. Pokoknya Kinan dilimpahi pujian serta doa beribu-ribu dari Emak atas ceritanya yang berhasil menjadi guru privat gue yang profesional. Guru privat apaan? Tukang nyiksa, iya.

 

“Pantesan nilai di weekly report yang dikirim ke email lumayan ada peningkatan. Biasanya banyak tugas yang nggak terselesaikan, sampe Tante bingung, kok bisa hadir di sekolah tapi tugas nggak dikerjain. Tante harus berterimakasih sama kamu, Sayang. Gimana kalau habis ini Tante masakin masakan kesukaan kamu? Kita makan siang bareng.”

 

“Maaf, Tante. Aku ada acara habis ini. Kue ini dipesan sama teman Mama untuk acara tunangan anak pertamanya.”

 

“Yah, sayang banget. Pokoknya lain kali harus ke sini ya. Tante bakal sedih kalau Kinan nolak.”

 

“Harus sedih banget gitu?” Dari tadi mulut gue gatal banget kepingin komentar. Eh, gue malah dicubit.

 

Kemudian terjadilah adegan dramatis berkali-kali, yaitu Kinan ingin membantu, tapi ditolak sama Emak. Lelah gue. Tapi kenapa giliran gue yang pengin banget undur diri buat melanjutkan tidur, malah dilirik tajam sama kedua perempuan ini? Apa salah gue?

 

Gue mau kasih tahu rahasia. Serius, gue malu banget buat mengakuinya. Cailah. Sebenarnya gue senang banget sama pemandangan ini. Emak dan Kinan saling tertawa. Mereka kayak klop banget. Bahkan Kinan menertawakan foto gue waktu SD yang dipamerkan di ruang teve. Gue baru tahu kalau ternyata kita berdua satu sekolah sewaktu SD dulu. Soalnya foto yang digantung Emak di pigura itu foto gue bersama teman sekelas waktu SD dan ada Kinan juga di situ. Ya, nggak heran sih. Rumah kita juga masih satu kelurahan. Kemungkinan satu sekolah itu besar banget.

 

Namun kebahagiaan ini sirna begitu aja saat si kutu kupret mendapatkan telepon. Beberapa menit kemudian, datanglah mobil mewah dan turun si … cowok Korea! Kok mereka mesra banget ya? Apa jangan-jangan mereka pacaran?

 

 

***

 

Gue akhirnya menemukan tempat ideal buat tidur di sekolah. Di perpustakaan lantai lima, tepatnya di pojokan. Tempat yang jarang dijamah. Kenapa dari dulu nggak kepikiran ya? Padahal enak selonjoran di atas karpet ditemani angin semriwing dari AC.

 

Gara-gara teman sebangkunya si Cutbray berisiknya minta ampun. Gue nggak bisa tidur dengan tenang di kelas. Mirip tawon. Arrgghh, benci banget gue! Terus di lorong Music Room, nggak enak selonjoran di atas lantai. Punggung gue retak.

 

Selama gue nggak berisik, gue nggak bakal didamprat sama penghuni perpustakaan. Lumayan, istirahat habis salat zuhur kan cukup lama. Eh, tapi kenapa ada yang nendang-nendang kaki gue ya?

 

Sewaktu gue membuka mata, gue melihat si kutu kupret. Anjelo! Tahu dari mana dia? Oh iya, kan gue udah pernah usul kalau privatnya diganti di perpustakaan. Padahal gue berniat untuk kabur hari ini, gara-gara kemarin gue melihat Kinan dengan si cowok Korea. Rasanya gue kok kayak kepingin marah-marah. Makanya gue ingin meredakannya dengan tidur. Ah, tidur itu obat untuk segalanya.

 

"Ini lo ya?" Kinan berjongkok di hadapan gue.

 

"Apaan sih? Tulisan apaan itu?"

 

"Ini tulisan lo, Kampreto!" serunya.

 

Sial, dia ngikutin gue. Nggak kreatif banget. Gara-gara suara menggelegarnya kutu kupret, kita jadi diusir dari perpustakaan. Lagian nggak dikontrol, sih.

 

"Lo apa-apaan sih?! Bangunin gue buat hal yang nggak penting!" sergah gue.

 

"Coba baca!" teriaknya.

 

Gue melihat sebuah diary mini berwarna biru yang kertasnya sudah pudar. Terdapat tulisan yang mirip cacing kepanasan mengukir nama gue. Kayak familiar.

 

Terus gue lihat di bagian akhir biodata tersebut. Ada pantun.

 

Kipas-kipas, cari angin.

Pacar lepas, cari yang lain.

 

"Oh iya, kayaknya ini gue." Gue hanya menyengir. Pantun itu gue kutip dari Om Brian yang waktu itu baru diputusin pacarnya pas SMP atau SMA gitu. Gue lupa.

 

"Baca yang opini about you," seru Kinan.

 

Gue agak inget kayaknya. Dulu pas SD anak-anak cewek demen banget keliling kelas bawa diary. Terus anak sekelas diminta satu persatu untuk menulis biodata dan opini mereka tentang orang yang punya diary. Sampai sekarang gue nggak paham apa tujuannya.

 

"Terus kenapa?" Gue menggaruk kepala gue yang nggak gatal.

 

"Lo tulis gue agak jelek. Eh, bukan cuma itu. Tulisan 'agak'nya nyempil. Itu artinya, lo tadinya mau bilang kalau gue jelek seratus persen," tuduh Kinan.

 

"Tapi kan gue tulis di atasnya kalau lo pinter sama baek. Lagian itu udah beberapa tahun yang lalu. Kenapa sih dibahas?"

 

"Gara-gara tulisan ini, dari dulu gue nggak pede. Gue sampe ngerasa, emangnya gue sejelek itu?" Kinan menunduk dan memainkan lembaran diary mininya.

 

"Eh, gue itu cuma bercanda dulu. Sori kalau bikin lo sedih. Sumpah! Gue aja kaget kalau yang di foto pas SD itu lo. Soalnya beda banget sama lo yang sekarang."

 

"Emangnya gue sekarang, kenapa? Tambah jelek? Ya, kan?" cecar Kinan.

 

Gue nggak menjawab pertanyaannya. Tepatnya, gue nggak berani terus terang kalau dia sekarang sudah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Samudra di Antara Kita
28927      4169     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
6199      1503     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
Sweet Scars
261      220     1     
Romance
Dua Warna
569      397     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Karena Aku Bukan Langit dan Matahari
647      458     1     
Short Story
Aku bukan langit, matahari, dan unsur alam lainnya yang selalu kuat menjalani tugas Tuhan. Tapi aku akan sekuat Ayahku.
Seberang Cakrawala
107      99     0     
Romance
sepasang kekasih menghabiskan sore berbadai itu dengan menyusuri cerukan rahasia di pulau tempat tinggal mereka untuk berkontemplasi
NADI
5858      1569     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Hello Goodbye, Mr. Tsundere
1078      717     2     
Romance
Ulya tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Natan di kampus. Natan adalah panggilan kesayangan Ulya untuk seorang cowok cool, jenius, dan anti sosial Hide Nataneo. Ketika para siswa di SMU Hibaraki memanggilnya, Hide, Ulya malah lain sendiri. Ulya yakin si cowok misterius dan Tsundere ini punya sisi lain yang menakjubkan. Hingga suatu hari, seorang wanita paruh baya bertopi fedora beludru...
Caraphernelia
861      467     0     
Romance
Ada banyak hal yang dirasakan ketika menjadi mahasiswa populer di kampus, salah satunya memiliki relasi yang banyak. Namun, dibalik semua benefit tersebut ada juga efek negatif yaitu seluruh pandangan mahasiswa terfokus kepadanya. Barra, mahasiswa sastra Indonesia yang berhasil menyematkan gelar tersebut di kehidupan kampusnya. Sebenarnya, ada rasa menyesal di hidupnya k...
Mengejarmu lewat mimpi
2044      805     2     
Fantasy
Saat aku jatuh cinta padamu di mimpiku. Ya,hanya di mimpiku.