Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kembali Utuh
MENU
About Us  

Irsa yang baru kembali ke kios saat matahari berada di atas kepala, terkejut saat mendapati Kavin yang duduk manis di meja kasir. Perempuan itu mendekat, lalu melipat tangannya di depan dada. “Kamu ngapain di sini?”

 

“Niatnya mau ngajak kamu makan siang, aku kira kamu uda santai jam segini. Ternyata masih sibuk, karyawan kamu sampai keteteran. Akhirnya saya bantu. Kan gampang, tinggal scan barcode.” Kavin tersenyum lebar dan memasukkan baju-baju ke dalam kantung. "Terima kasih."

 

Usai si pembeli itu keluar toko, Irsa kembali bersuara. “Selain karyawan, dilarang masuk area ini.”

 

“Tapi karyawan kamu keteteran, Sa. Dia langsung pindah ke gudang, soalnya banyak banget pesanan online. Kenapa enggak tambah karyawan?” tanya Kavin.

 

“Saya belum mampu menggaji karyawan lagi.”

 

Kavin. Mengedarkan pandangannya. “Minimalis, tapi lengkap. Orang-orang kebanyakan juga memilih datang ke sini, daripada ke Salin Store yang notabene pusatnya. Enggak ada niatan buat tempat yang lebih luas, Sa?”

 

Irsa yang bergerak kesana-kemari terlihat menggeleng. “Aku mau gedein toko online dulu, Ka.”

 

“Enggak ada baju buat cowok, Sa?” Kavin memiringkan kepalanya. Sejak tadi yang ia pegang adalah pakaian wanita.

 

Irsa menggeleng. “Kalah sama distro yang gak jauh dari sini. Di toko online ada sih, tapi stok habis.”

 

“Mbak Irsa, ini yang dipesan hari kemarin. Kayaknya hari ini kita enggak lembur, mbak. Soalnya stok udah banyak yang habis.” Saras keluar dari gudang dan membawa tumpukan paket.

 

“Lusa kayaknya kita harus foto-foto lagi, ada banyak model baru yang hari ini masuk.”

 

Kedua mata Kavib berbinar, ia mencolek lengan Irsa. Kesempatan yang tidak bisa ia sia-siakan. “Saya yang fotoin.”

 

“Eh? Enggak deh, Ka, bayarnya mahal.”

 

Kavin menggeleng. “Saya kasih diskon. Sekalian aku bantu promosi.”

 

“Enggak usah, Ka.”

 

“Enggak apa-apa, mbak. Nanti biar aku sama dia yang urus toko online. Mbak Irsa fokus sama yang offline. Bagaimana?” usul Saras.

 

Terpaksa Irsa mengangguk. Dua orang di depannya itu langsung bertos ria. “Kalian sekongkol ya?” tanya Irsa dengan kening berkerut.

 

“Mbak Irsa juga enggak pernah cerita, kalau punya teman fotografer profesional, udah terkenal juga,” sahut Saras.

 

Kavin hanya tertawa. “Makan dulu, yuk, Sa. Tadi aku udah pesan, Saras udah makan duluan tadi.”

 

“Kamu duluan aja, Ka,” tolak Irsa. Ia mengambil ponsel dan menghubungi kurir.

 

Kavin langsung merebut ponsel itu, segera ia menarik Irsa agar mengikutinya. “Sar, tutup dulu aja. Habis ini kamu hubungi pusat, minta stok barang. Mulai besok kalau bisa, besok kita udah mulai foto.”

 

"Siap!"

 

“Kamu apa-apaan sih?” Irsa berusaha melepaskan tangan Kavin yang menggenggam tangannya.

 

“Saras udah banyak cerita tentang kamu. Dalam waktu tiga jam, dia udah banyak cerita, selama hampir dua tahun kerja di tempat kamu tuh gimana. Termasuk tentang kamu yang sering telat makan, kurang tidur.”

 

“Tadi aku udah ngemil.”

 

Kavin mendudukkan Irsa di salah satu kursi, lalu mengambilkan makan untuknya. Bahkan dia dan Bu Diah terlihat sangat akrab.

 

“Tadi kamu pergi kemana, Sa?” tanya Kavin. Ia meletakkan piring dan gelas di hadapan Irsa. “Kebanyakan ya?”

 

Irsa meringis dan mengangguk pelan. “Takut enggak habis.”

 

Bukan hanya porsinya yang banyak, tapi wajib memenuhi kriteria makanan empat sehat lima sempurna. Hanya kurang susu. Padahal biasanya dia hanya pesan nasi dan lauk, atau nasi dengan sayur. Terkadang jika bosan, Irsa memilih untuk menyantap semangkuk mie instan.

 

“Nanti aku yang habisin. Tapi jawab dulu, kamu dari mana? Kata Saras, setiap bulannya kamu pasti pergi keluar, bisa sampai tiga jam kayak tadi. Ngapain memangnya?”

 

“Ketemu orang.”

 

“Kok lama?”

 

“Karena yang diomongin ada banyak.”

 

“Setelah ini kan tutup, jalan, yuk!” ajak Kavin. Berharap ajakannya kali ini tidak mendapatkan perlawanan.

 

“Enggak. Aku mau tidur siang aja,” tolak Irsa.

 

“Ayolah, Sa, ikut aku. Sebentar aja. Palingan besok Subuh udah balik.”

 

“Kemana? Lama banget.”

 

“Prambanan. Soalnya ada yang mau prewedding pas senja nanti. Kalau udah selesai, malamnya kita jalan-jalan. Bagaimana?”

 

Irsa menipiskan ujungnya. “Enggak.”

 

“Ayolah, Sa,” bujuk Kavin.

 

“Lain kali aja.”

 

Kavin menghela napasnya, sejak dulu, Irsa paling susah jika diajak jalan-jalan dan jajan. “Oke, tapi besok kalau aku ajak kamu, harus mau, ya?”

 

“Ya.” Irsa menyodorkan sesendok nasi pada Kavin. Laki-laki itu tersenyum dan membuka mulutnya.

 

“Aku enggak makan telur,” ucap Kavin saat Irsa memotong telur dadarnya.

 

"Sori, aku lupa."

 

Irsa terus menyuapi Kavin sampai makanan di piringnya habis. Bahkan ia sendiri hanya makan empat suapan.

 

“Irsa,” panggil Kavin.

 

Irsa yang hendak membawa piring kotor di tangannya sontak menoleh. "Ya?"

 

"Love you."

 

Dua piring kaca dan gelas di tangan Irsa meluncur bebas ke lantai.

 

 

 

--✿--

 

 

 

Irsa mendudukkan dirinya di tepi geladak, menatap telapak kaki kirinya yang dibalut kain kasa. Ada darah yang merembes, sebelum tidur ia harus mengganti kapas.

 

Siang tadi, Irsa yang masih terkejut malah menginjak pecahan gelas. Saat makan tadi ia memang melepas sandalnya. Bu Diah langsung teriak panik saat melihat darah. Beberapa pelanggan ikut membereskan pecahan kaca. Sedangkan Kavin langsung membawa Irsa ke puskesmas yang ada di sebrang jalan.

 

Untung saja Saras langsung menyusul, Irsa memilih ditemani dan diantar pulang oleh gadis itu. Bahkan, Irsa sama sekali tidak berbicara pada Kavin, saat ditanya oleh laki-laki itu, ia hanya diam.

 

Bahkan hari sudah berganti, tapi Irsa masih belum bisa memejamkan mata. Kantuk yang biasanya ia tahan-tahan, kini malah tak kunjung datang.

 

“Irsa ....”

 

Baru saja Irsa hendak mencoba tidur, kedua matanya langsung terbuka lebar saat mendengar suara ketukan pintu. Juga ada yang memanggil namanya.

 

“Ini aku, Sa.”

 

“Irsa.”

 

Setelah mendengar suara itu tiga kali, Irsa yakin jika itu adalah manusia. Pelan-pelan ia melangkah menuju pintu, sedikit mengintip melalui celah gorden. “Kavin?”

 

“Iya, Sa, ini aku. Tolong buka pintunya.”

 

Segera Irsa membuka kunci, begitu pintu terbuka, sosok Kavin terlihat tepat di depan mata. “Kamu udah pulang?” tanya Irsa.

 

“Aku kepikiran sama kamu. Kakinya masih sakit?”

 

“Sedikit.”

 

“Ikut aku ke studio ya, Sa? Biar aku tenang malam ini.”

 

Begitu Irsa mengangguk, Kavin langsung membantu perempuan itu mengemasi barang-barang yang diperlukan. Setelah itu ia menuntun Irsa menuju mobilnya, yang bahkan sejak tadi mesinnya tidak dimatikan.

 

Keduanya sama sekali tidak bersuara, bahkan sampai mobil berhenti di sebuah bangunan yang kerap Irsa dengar akan eksistensinya, masih tak ada yang bersuara.

 

“Kamu bisa naik tangga, Sa? Ada kamar di atas.”

 

Irsa menatap tangga dengan ragu. “Bisa, tapi pelan.”

 

“Ayo, aku bantu.”

 

Kurang lebih waktu yang Irsa butuhkan untuk sampai di ruangan yang dituju adalah lima menit. Ia langsung duduk dan mengusap kakinya yang terasa nyeri.

 

“Minum obat dulu, Sa, biar nyerinya hilang dan kamu bisa tidur.”

 

Usai membantu Irsa minum obat, Kavinp keluar dari kamar. Irsa tadi mendengar jika Kahfi akan pergi mandi, karena sejak sore tadi belum mandi. Tapi, bagi Irsa tetap wangi. Perempuan itu memilih merebahkan tubuhnya di kasur. Tidak ada ranjang di ruangan ini, sehingga Irsa sepertinya besok pagi akan merasa kesulitan untuk bangun.

 

Juga hanya ada meja, kursi, cermin dan lemari di ruangan ini. Irsa masih berusaha tidur, ia melirik pintu yang terbuka. Kavin menggantungkan handuknya di jemuran kecil yang terletak di dekat jendela. Mengambil sesuatu di dalam lemari dan ikut bergabung di kasur.

 

“Mau pakai selimut, Sa? Itu jendelanya belum dipasang kaca. Takutnya kamu kedinginan.”

 

Irsa sontak menoleh ke jendela. Pantas saja sejak tadi gordennya berkibar-kibar seperti di film horor. “Enggak ada orang jahat masuk, kan?”

 

“Kalaupun ada, pasti dia lebih memilih ngerampok barang-barang di lantai satu. Di sini Cuma ada peralatan rumah tangga. Apa yang mau diambil? Panci? Sendok? Atau kopi sachet?”

 

“Nanti aku yang digondol.”

 

Kavin terkekeh kemudian membawa Irsa dalam pelukannya. “Aku pegang, biar enggak ada kucing yang gondol kamu.”

 

Irsa menutup mulut agar suara tawanya tidak mengudara. "Ka."

 

"Ya?"

 

“Selamat istirahat.” Setelah itu Irsa memejamkan mata, pura-pura tidur hingga benar-benar tertidur.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    Nyesek sekali, hiks

    hallo,
    Saya mampir membaca, kalau berkenan saya mau jadi temen untuk saling mengisi dan mensupoort karya.

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Sebelas Desember
4737      1360     3     
Inspirational
Launa, gadis remaja yang selalu berada di bawah bayang-bayang saudari kembarnya, Laura, harus berjuang agar saudari kembarnya itu tidak mengikuti jejak teman-temannya setelah kecelakaan tragis di tanggal sebelas desember; pergi satu persatu.
Rekal Rara
12933      3730     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. ▪▪▪ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
DELUSION
6226      1826     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
START
313      211     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ 😂 apalagi 21+😆 semuanya bisa baca kok...🥰 Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
Lenna in Chaos
7077      2102     1     
Romance
Papa yang selingkuh dengan anggota dewan, Mama yang depresi dan memilih tinggal di desa terpencil, seorang kakak perempuan yang kabur entah ke mana, serta kekasih yang hilang di Kalimantan. Selepas kerusuhan demonstrasi May Day di depan Gedung Sate, hidup Lenna tidak akan pernah sama lagi. Sewaktu Lenna celaka di kerusuhan itu, tidak sengaja ia ditolong oleh Aslan, wartawan media sebelah yang...
Love Warning
1338      621     3     
Romance
Pacar1/pa·car/ n teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Meskipun tercantum dalam KBBI, nyatanya kata itu tidak pernah tertulis di Kamus Besar Bahasa Tasha. Dia tidak tahu kenapa hal itu seperti wajib dimiliki oleh para remaja. But, the more she looks at him, the more she's annoyed every time. Untungnya, dia bukan tipe cewek yang mudah baper alias...
Cerita Cinta anak magang
526      333     1     
Fan Fiction
Cinta dan persahabatan, terkadang membuat mereka lupa mana kawan dan mana lawan. Kebersamaan yang mereka lalui, harus berakhir saling membenci cuma karena persaingan. antara cinta, persahabatan dan Karir harus pupus cuma karena keegoisan sendiri. akankah, kebersamaan mereka akan kembali? atau hanya menyisakan dendam semata yang membuat mereka saling benci? "Gue enggak bisa terus-terusan mend...
The Last Blooming Flower
8896      2530     1     
Romance
Di ambang putus asa mencari kakaknya yang 20 tahun hilang, Sora bertemu Darren, seorang doktor psikologi yang memiliki liontin hati milik Ian—kakak Sora yang hilang. Sora pun mulai menerka bahwa Darren ada kunci untuk menemukan Ian. Namun sayangnya Darren memiliki kondisi yang membuatnya tidak bisa merasakan emosi. Sehingga Sora meragukan segala hal tentangnya. Terlebih, lelaki itu seperti beru...
When Magenta Write Their Destiny
6098      1657     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Memories About Him
4247      1788     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...