Loading...
Logo TinLit
Read Story - LUKA TANPA ASA
MENU
About Us  

Namanya Hana Asuka. Bunda mengenalkan Zuna dan Zeno pada Nobuko dan Hana. Setelah mereka memasuki rumah masing-masing, Zuna merasa penasaran dengan Hana yang terlihat cantik seperti boneka hidup. Rambutnya berwarna kelabu, kulitnya berwarna putih cerah, dan bandana yang dikenakannya begitu mirip dengan yang dikenakannya juga.

“Jangan-jangan dia alien, kak!”

Zeno langsung menjitak kening adiknya.

“Hush! Jangan berprasangka yang tidak-tidak.”

“Tapi dia tidak mengerti bahasa kita, kak. Siapa tahu beneran alien,” Zeno hendak menjitak kening adeknya lagi. Akan tetapi Zuna segera menangkisnya. Zeno tetap tidak menyerah. Ia masih begitu berusaha memukul kening adiknya. Begitu pula dengan Zuna. Bu Hermawan menengahi mereka berdua. Keduanya berhenti bertengkar.

“Tentu saja dia tidak mengerti. Dia kan berasal dari Jepang, dodol!” Zeno berhasil memecahkan skor dengan sengaja mengacak-acak rambut adiknya. Dia selalu memanfaatkan tinggi badannya untuk menjahili saudara kembarnya itu.

“Sebenarnya Hana mengerti bahasa Indonesia sedikit-sedikit. Tapi masih belum begitu fasih,” tutur bu Hermawan sambil duduk di antara kedua anaknya. “Oh ya, gimana kalau Zeno yang membantu Hana belajar bahasa Indonesia? Kamu kan guru bimbel, No!”

Zeno agak terkejut dengan ide yang tiba-tiba keluar dari mulut ibunya.

“Loh loh bun, kan beda. Biasanya Zeno ngajarin anak esde. Lah ini cewek seusia Zeno. Dari luar negeri lagi. Bakal susah, bun!” keluhnya. Zuna menertawakan ketidaksetujuan kakaknya.

“Rasain lu!” serunya sambil memeletkan lidah.

“Ape lu!” balas Zeno kesal. Bu Hermawan berusaha menengahi keduanya lagi.

“Hey hey! Kalian itu sudah besar kok masih suka berantem sih!” keduanya berhenti bersilat lidah. Bu Hermawan menghela nafas. Kemudian beliau melihat Zeno. “Tolong Hana dibantu beradaptasi ya, nak. Tolong ajarkan dia sebisamu. Kita harus selalu berbuat baik dengan orang lain. Terutama dengan keluarga om Adiguna. Almarhumah tante Adiguna juga dekat dan sudah banyak membantu keluarga kita saat kesusahan. Giliran kita yang membantu mereka. Demi Haru juga ya, nak.”

Bu Hermawan mengatakannya sembari melihat kedua anaknya secara bergantian. Beliau meremas lembut tangan kedua anaknya. Baik Zeno maupun Zuna pun menganggukkan kepalanya secara bersamaan.

***

Tidak lama berselang hari kemudian, Zeno mulai menepati janjinya. Dia bermain ke rumah Hana sekaligus menjadi guru bahasa Indonesia untuknya. Mereka sering menghabiskan waktu berlatih menulis dan berbicara di lapangan sepak bola yang tepat berada di depan rumah mereka. Menurut Zeno, Hana adalah seorang gadis yang manis sekali. Padahal mereka hanya belajar bersama, akan tetapi Hana malah membawa keranjang berisi tikar dan berbagai cemilan-minuman di dalamnya. Ia menyiapkan segala sesuatunya setiap saat mereka belajar bersama. ‘Seperti piknik saja!’ gumamnya sambil terkesima melihat perilaku Hana. Zuna juga terkadang menghampiri mereka berdua untuk sekedar mengganggu Zeno dan sedikit mengobrol dengan Hana tentang pernak-pernik yang dimilikinya. Belum lagi Hana selalu tampak berusaha keras untuk belajar dan belajar. Ia tidak pernah menyia-nyiakan sisa waktunya untuk berhenti berlatih. Dari situlah Zeno semakin terkesima dengan kehadiran Hana di dalam hidupnya. Seorang gadis lugu nan manis itu telah menjadi sahabat terdekatnya dan Zuna.

Berbeda dengan saudari kembarnya, Zuna. Gadis itu memang pada awalnya tulus membantu kehidupan Hana agar berjalan mulus. Berdasarkan informasi yang didapat dari bundanya, ia menyampaikan kepada teman-temannya kalau sekolahnya akan kedatangan siswa baru dari luar negeri. Ia menghimbau untuk tidak mengejeknya karena kelainan genetik pada rambut Hana. Namun ia tidak mengira bahwa kelasnya lah yang terpilih menjadi tempat dimana Hana belajar. Ia begitu senang melihat kedatangan Hana dan memiliki keinginan untuk lebih akrab dengannya. Namun keinginan itu mendadak kian lenyap setiap harinya ketika ia menyadari bahwa sebenarnya Haru juga diam-diam memperhatikan gadis bak boneka itu.

Sejak kecil Zuna sangat dimanjakan oleh Haru daripada kakaknya sendiri. Di saat Zeno lebih memilih membaca buku-buku ensiklopedia daripada bermain dengan adiknya, Zuna pergi bertandang ke rumah Haru untuk bermain bersamanya. Hingga tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Zuna semakin menyadari bahwa ia tidak hanya sekedar menganggap Haru sebagai seorang kakak ataupun sebagai tetangga kecilnya saja, namun lebih dari itu. Entah kapan rasa itu tiba. Zuna merasa ia memang menyayangi Haru seperti ia menyayangi kakaknya. Tetapi ia tidak ingin membayangkan akan menikahi kakaknya suatu saat ini. Yang ada dalam bayangannya hingga saat ini adalah Haru. Seorang lelaki yang menjadi pasangan hidup impiannya kelak. Perasaan itu sudah ia pendam begitu lama.

Hingga suatu hari, kematian ibu Haru membuatnya menjauhinya dan kakaknya. Haru juga menjauhi teman-teman di kelasnya. Haru yang dikenal sebagai seorang lelaki yang ramah pada semua orang, kini menjadi seorang pemberontak. Hubungannya dengan papanya juga kian menjadi buruk. Segala cara sudah dilakukan Zuna untuk mengambil perhatian Haru lagi, namun ternyata ia tidak peduli.

Akan tetapi sejak hari pertama dimana Hana memperkenalkan diri di depan kelas, Haru mengangkat wajahnya sebentar untuk melihat Hana, lalu menenggelamkan diri dalam tidurnya lagi. Zuna menganggap mungkin hal itu adalah suatu kebetulan. Tetapi segala perilaku yang ditunjukkan Hana mulai mengganggunya. Hana selalu mengekor di belakang Haru sampai cowok itu merasa risih. Namun Hana tetap bersikeras selalu berada di dekatnya. Hingga Zuna menyadari kalau Haru sangat jarang berkumpul lagi bersama dengan teman-teman berandalnya. ‘Apakah ia tidak ingin jika Hana mendatanginya disana?’ pikirnya kemudian.

Zuna tahu bahwa hubungan antara Hana dan Haru hanya sebatas kakak beradik seperti dirinya dan Zeno. Tetapi segala perhatian kecil dari Haru akhir-akhir ini seperti pemberian obat antiseptik juga mengamati Hana dalam diam membuatnya merasa semakin tidak nyaman. Ia takut jika suatu saat perhatian Haru direbut oleh gadis itu. di dalam lubuk hati Zuna yang terdalam mengatakan bahwa ia memang tulus berteman dengan Hana. Ia gadis baik dan baru saja keluar dari masa sulit di hidupnya. Sudah sewajarnya jika sebagai seorang teman terdekatnya memberikan dukungan kepadanya. Tetapi tidak untuk mencuri perhatian Haru! Zuna tetap tidak akan mengijikan hal itu terjadi!

***

“Teman-teman, hari valentine besok kalian ingin memberikan cokelat pada siapa?” tanya Hana pada Zuna, Kusniyah, dan Reta. Hari itu Hana meminta ketiga temannya untuk berkumpul sebentar di dalam kelas. Ketiganya melihat satu sama lain.

“Kami tidak merayakan hari seperti itu, Hana,” kata Reta.

“Eh, tapi pasti so sweet deh kalau memberikan cokelat untuk orang tersayang. Buat seru-seruan ajah gitu!” seru Kusniyah tiba-tiba.

“Ehmm.. iya juga sih. Aku jadi ingin memberikan cokelat untuk gebetan aku nih,” kata Reta kemudian. “Memangnya kamu ingin memberikannya pada siapa?”

Kusniyah menyipitkan matanya dengan tatapan menyelidik ke arah Hana, “Hmm.. kayaknya ada yang akan memberikan cokelat pada kakaknya Zuna nih. Hayooo.”

Zuna segera menatap Hana yang agak sedikit tergagap. Kemudian Hana menggelengkan kepalanya. Dengan wajah malu ia berkata, “Aku ingin memberikannya pada kak Haru.” Perkataan Hana membuat kepala Zuna berputar-putar seketika. Tiba-tiba ia merasa pening pada kepalanya. Ia sama sekali tidak mengerti perlakuan Hana kepada Haru. Seharusnya mereka itu bersaudara. Tidak perlu membuat sesuatu untuk lebih dekat dengan cara itu. Zuna merasa kalau Hana terlalu berlebihan dalam melakukan pendekatannya.

“Kayaknya nggak perlu deh sampai ngasih cokelat segala. Apalagi Haru kan kakakmu. Bukan pacarmu!” desisnya. Hana dan kedua temannya melihatnya dengan ekspresi terkejut. Baru saja Zuna seperti menunjukkan kekesalannya pada Hana. Melihat tatapan aneh dari ketiganya membuat Zuna kembali tersadar. “Eh ya iya kan, cokelat itu memang lebih cocok diberikan sama pacar atau gebetan,” Zuna berusaha memperbaiki kata-katanya dengan wajah sumringah. Hana menggelengkan kepalanya tidak setuju.

“Tidak selalu kok. Hadiah cokelat itu bisa untuk orang-orang tersayang. Perasaan kasih kita akan cepat tersampaikan dengan memberikannya pada orang yang kita sayangi itu. apalagi kalau buatan tangan.”

“Buatan tangan? Membuat cokelat sendiri gitu?”

“Wah, aku nggak pernah belajar bikin cokelat sendiri, huwee,” kedua temannya tampak antusias dengan arah pembicaraan Hana. Hanya Zuna yang masih merendam kemarahannya. Ia tidak suka dengan diskusi yang mereka lakukan. Hana buang-buang waktu untuknya. ‘Bagaimana bisa perasaan sayang bisa tersampaikan melalui seonggok cokelat? Nggak masuk akal!’ pikirnya kesal. Ia menatap Hana dengan tatapan tidak suka.

“Kalau kamu bagaimana, Zun? Setuju nggak?” pertanyaan Reta membuat Zuna tanpa sadar segera mengubah ekspresinya dengan senyuman innocent.

“Apa.. apa..? Gimana?” Zuna berusaha menunjukkan ketertarikannya pada pembahasan itu. Walaupun sebenarnya ia tidak suka, akan tetapi Zuna malah menunjukkan ekspresi wajah yang sebaliknya.

“Jadi hari ini kita membeli bahan-bahannya dan membuat cokelat di rumah Hana. Kamu juga ikut kan?”

“Yah, tapi aku bikin cokelat untuk siapa memangnya? Jones begini,” lawaknya. Ketiga temannya terhibur dengan lawakannya. Zuna juga berusaha mengimbangi tawa teman-temannya itu. ‘Dasar gila! Kalian sudah semakin gila dipengaruhi olehnya!’ pikirnya sembari diam-diam melirik tajam ke arah Hana.

“Kamu makan ajah sendiri lah. Ya, sudah! Ayo kita beli bahannya sekarang. Nanti keburu sore,” komando Reta yang mendorong pundak Hana dari belakang. Kusniyah juga mendorong pundak Reta dan mereka berjalan berbaris layaknya kereta api. Zuna menghela nafas dengan wajah kesal. Kemudian ia mengikuti teman-temannya dari belakang.

***

Hari itu mereka benar-benar membuat cokelat bersama di dapur. Nobuko merasa senang karena pada akhirnya melihat Hana memiliki teman-teman yang baik padanya. Ia juga mengetahui kalau Hana akan memberikan cokelat itu pada Haru. Hana telah menceritakan rencananya semalam pada mamanya. Setelah membantu menyiapkan peralatan, ia memasuki kamarnya. Hana merasa bersenang-senang pada hari itu. Ia turut senang jika teman-temannya juga turut merasakan hal yang sama dengannya. Lain halnya dengan Zuna. Ia memang menikmati kebersamaannya dengan teman-temannya. Akan tetapi kedua matanya masih tertutup api cemburu. Membayangkan Haru yang menerima cokelat itu dari Hana saja sudah membuat jantungnya berdetak tidak beraturan. Ia ingin melakukan sesuatu agar hal itu tidak terjadi. Tetapi ia tidak tahu harus melakukan apa.

Cokelat mereka sudah jadi dengan hiasan bertuliskan nama orang yang akan diberikan cokelat itu. Mereka berempat pun merasa lega karena sudah sesuai seperti apa yang mereka bayangkan. Mereka pun saling berpelukan. Setelah itu Reta mengumpulkan berbagai peralatan yang sudah terpakai dan membantu Kusniyah mencucinya di wastafel. Sementara Zuna masih melihat Hana yang sedang bersenandung sambil mengikat pita pada kardus cokelat yang berbentuk hati.

Tiba-tiba saja terdengar langkah seseorang memasuki rumah. Seperti menyadari siapayang baru saja datang, membuat Hana berlari-lari kecil ke ruangan depan sembari menyembunyikan kotak cokelat di belakang punggungnya. Zuna juga mengikutinya dari belakang. Ternyata benar, Haru baru saja masuk ke ruang tamu sambil terus merokok.

“Kak Haru!” Hana segera menghampirinya dengan senang. Sesaat melihat kakaknya merokok, wajahnya menjadi muram. “Kak Haru masih merokok?” tanyanya. Haru tidak menjawab. Ia malah menghembuskan asap rokok di wajah Hana. Gadis itu terbatuk-batuk.

Haru melewatinya begitu saja. Hana hendak memanggil Haru dengan suara lantang, namun tiba-tiba terdengar suara piring pecah. Hana bingung harus mengikuti Haru sampai ke lantai atas atau segera pergi ke dapur. Zuna menepuk bahunya dari belakang.

“Sini aku bantu berikan kepada Haru,” Zuna sudah menengadahkan tangannya.

“Tapi..,”

“Hana, tangan aku kena pecahan beling nih!” suara teriakan Reta dari arah dapur membuat Hana segera mengambil keputusan. Ia memberikan kotak cokelat itu pada Zuna.

“Terima kasih ya, Zuna. Kamu memang sahabatku yang terbaik,” setelah itu Hana bergegas menuju ruangan dapur. Zuna pun tersenyum penuh arti.

“Aku memang sahabat yang baik, Han. Tapi aku tetap tidak bisa membagi Haru-ku denganmu,” setelah menggumam sendiri, Zuna menaiki tangga hingga sampai ke lantai atas. Ia melihat Haru baru saja membuka pintu kamarnya. “Haru!” panggilnya. Haru menoleh kepadanya. Lalu masuk ke kamarnya begitu saja. Zuna segera berlari dan menahan pintu kamar Haru yang hampir saja ditutup.

“Mau bicara apa?”

“Boleh masuk?”

“Lima menit.”

“Dua puluh menit,” Haru mematikan rokoknya dengan menginjaknya di lantai. Ia melipat kedua tangan di dada sembari menatap tajam ke arah Zuna. “Eh, sepuluh menit?”

Haru berjalan kembali ke arah jendela. Ia bisa melihat Hana dan kedua temannya tengah berjalan bersama menuju lapangan. Terdapat bola sepak di tangannya. Haru menyadari kalau bola itu miliknya. ‘Pasti dia menemukannya di gudang.’ pikirnya. Biasanya bola sepak itu ia gunakan untuk bermain dengan Zeno dan teman-temannya setiap sore di lapangan. Semenjak ia menjauh dari teman-temannya, kebiasaan itu tidak ada lagi. Begitu pula dengan Zeno dan yang lainnya.

“Aku ingin memberikanmu ini,” perkataan Zuna kembali menyadarkannya. Haru melihat sekotak cokelat yang diserahkan kepadanya. Haru masih melipat kedua tangannya di dada. “Aku sudah susah payah loh membuatnya. Jadi terima ajah deh!”

“Ngapain bikin cokelat? Aku nggak akan terima itu!”

“Tapi kan kamu suka cokelat.”

“Kamu tidak pernah memberikan cokelat. Kenapa sekarang kamu memberikannya padaku? Atas dasar apa?” dengan marah, Zuna langsung melempar cokelat itu dan mengenai dada bidang Haru. Setelah cokelat itu terjatuh, Haru tetap tidak mau memungutnya.

“Nggak usah banyak cing-cong deh! Makan ajah! Toh, aku juga iseng. Cuman ikut-ikutan bareng Hana. Kamu memang menyedihkan ya. Setelah menjerumuskanku, kamu tidak lagi peduli padaku.”

“Hana membuat cokelat juga?” Zuna tidak habis pikir dengan pertanyaan Haru. Setidaknya masih ada sedikir rasa bersalah Haru padanya. Tetapi sekarang yang ada di pikiran Haru Cuma Hana. Zuna juga tidak suka cara Haru menyebut nama gadis itu. Ia berusaha untuk tenang.

“Sudahlah! Kalau kamu sudah tidak mengingat kejadian itu, setidaknya tunjukkan rasa bersalahmu!” setelah mengatakan hal itu, Zuna pergi sembari membanting pintu kamar. Haru masih terdiam. Lalu ia melihat sekotak cokelat berpita yang tidak jauh dari kakinya. Ia berjongkok dan membuka kotak cokelat tersebut. Terdapat cokelat berbentuk hati yang bertuliskan nama di atasnya. Yang membuat dia heran, nama yang tertulis itu tidak beraturan. Seperti seorang anak yang baru saja belajar menulis. Tiba-tiba saja ia teringat dengan Hana.

“Dia membuat cokelat untuk siapa?” tanyanya pada diri sendiri. setelah itu dia berusaha menghapus bayangan itu. “Ah, ngapain sih mikirin dia,” setelah itu ia menggigit cokelat itu dan mengunyahnya dengan nikmat. Ia memakannya sambil melihat ke arah jendela lagi. Disana Hana sedang bermain sepak bola bersama dengan Reta, Kusniyah, dan Zuna. Ia hampir tertawa melihat Hana yang tidak begitu pandai menendang bola.

Haru hampir tidak mempercayai apa yang dilakukannya sekarang. Menurutnya dunianya sudah gelap. Menghitam. Semenjak kecelakaan berdarah itu terjadi. Ia sudah tidak mengharapkan siapapun berada disampingnya. Akan tetapi entah sejak kapan Hana meletakkan lampu dan menyinari dunianya yang suram. Semenjak Hana mengekorinya terus, sebenarnya ia merasa senang ada yang berbicara padanya. Tetapi ia merasa gengsi untuk membalas pembicaraan Hana. Apalagi ia juga sudah sedari awal membenci keberadaan Hana dan ibunya. Haru mulai merasa tidak yakin kalau ia membenci Hana dan ibunya lagi. Namun setelah melihat foto ibunya membuatnya kembali bertekad untuk tetap membenci ayahnya yang sudah membawa Hana dan ibunya masuk ke dalam rumahnya. Masuk ke dalam hidupnya. Menggantikan posisi ibunya.

“Aku benci mereka!” ia pun menutup tirai jendelanya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Je te Vois
582      410     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
Kenangan Terakhir Bersama Seorang Sahabat
892      530     2     
Short Story
Kisah ini mengingatkanku, ketika kita pertama kali bertemu denganmu. tapi pada akhirnya kau...
Dua Sisi
8323      1892     1     
Romance
Terkadang melihat dari segala sisi itu penting, karena jika hanya melihat dari satu sisi bisa saja timbul salah paham. Seperti mereka. Mereka memilih saling menyakiti satu sama lain. -Dua Sisi- "Ketika cinta dilihat dari dua sisi berbeda"
Mistress
2540      1289     1     
Romance
Pernahkah kau terpikir untuk menjadi seorang istri diusiamu yang baru menginjak 18 tahun? Terkadang memang sulit untuk dicerna, dua orang remaja yang sama-sama masih berseragam abu-abu harus terikat dalam hubungan tak semestinya, karena perjodohan yang tak masuk akal. Inilah kisah perjalanan Keyra Egy Pillanatra dan Mohamed Atlas AlFateh yang terpaksa harus hidup satu rumah sebagai sepasang su...
Between Earth and Sky
1972      569     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
Shane's Story
2518      983     1     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?
RISA (Adik Abang Tersayang)
967      556     5     
Short Story
Abang hidup dalam bayang Risa.
Suami Untuk Kayla
8191      2561     7     
Romance
Namanya Kayla, seorang gadis cantik nan mungil yang memiliki hobi futsal, berdandan seperti laki-laki dan sangat membenci dunia anak-anak. Dijodohkan dengan seorang hafidz tampan dan dewasa. Lantas bagaimana kehidupan kayla pasca menikah ? check this out !
Dinding Kardus
9791      2615     3     
Inspirational
Kalian tau rasanya hidup di dalam rumah yang terbuat dari susunan kardus? Dengan ukuran tak lebih dari 3 x 3 meter. Kalian tau rasanya makan ikan asin yang sudah basi? Jika belum, mari kuceritakan.
Kamu, Histeria, & Logika
62105      7170     58     
Romance
Isabel adalah gadis paling sinis, unik, misterius sekaligus memesona yang pernah ditemui Abriel, remaja idealis yang bercita-cita jadi seorang komikus. Kadang, Isabel bisa berpenampilan layaknya seorang balerina, model nan modis hingga pelayat yang paling berduka. Adakalanya, ia tampak begitu sensitif, tapi di lain waktu ia bisa begitu kejam. Berkat perkenalannya dengan gadis itu, hidup Abriel...