Read More >>"> LUKA TANPA ASA (6| Tidak Mau Menjadi Penggantinya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - LUKA TANPA ASA
MENU
About Us  

“Apa?! Kamu ingin keluar dari band kakak?!!” seru Zuna dengan mata melotot saking kagetnya. Aku pun ikut terkejut dengan suaranya yang nyaring. Dengan segera ku bekap mulutnya dengan tanganku. Takut kedengaran teman-teman di kelas, terutama kak Haru. Tapi untung saja kak Haru belum ada di dalam kelas.

“Jangan keras-keras, Zuna,” bisikku kemudian. Zuna tersilap. Dia terkekeh dengan sikapnya barusan. Memang benar aku akan keluar dari anggota band Zeno. Semua ini aku lakukan demi kak Haru. Aku tidak ingin menambah penderitaannya. Menambah sesuatu hal yang tidak disukainya.

“Semua ini aku lakukan demi kebaikan bersama,” gumamku.

“Ha, apa katamu tadi?” Zuna menyuruhku untuk mengulang kata-kataku barusan. Dia pasti menyadari ada sesuatu yang aku sembunyikan. Aku menggeleng sembari tersenyum.

“Zuna, aku ingin meminta bantuanmu. Boleh kan?” Zuna agak berpikir lama. Aku semakin merasa cemas dibuatnya. Bagaimana kalau dia tidak mau membantuku? “Nanti akan aku pinjamkan bandana lain. Aku punya banyak warna dan motif bandana.”

“Idih, Hana mulai pintar nyogok nih ya, hihihi..,” aku mengerutkan kening tidak mengerti. Aku memang banyak berlatih bahasa Indonesia sendirian maupun dengan Zeno. Tapi terkadang aku masih tidak mengerti beberapa kata lainnya. Kulihat Zuna menghela nafasnya.

“Baiklah. Sebenarnya aku tidak begitu setuju kalau kamu keluar dari sana. Soalnya kamu sudah janji kan mau bermain musik di pensi berikutnya?” ku dengarkan perkataan Zuna dengan seksama. Namun kata-kata terakhirnya membuatku sempat berpikir lama, “Jangan merasa bersalah hanya karena kamu menggantikan Haru. Itu bukan salahmu, Hana.”

***

Zeno tidak menyangka akan mendengar permintaan gadis yang dekat dengannya selama beberapa bulan ini. Hana ingin mengundurkan diri dari anggota band-nya. Padahal Zeno senang karena melihat potensi Hana dalam bernyanyi. Ia begitu kagum dengan usaha dan kerja keras Hana yang kian tumbuh setiap harinya. Ia pikir Hana juga turut senang dengan keberadaannya disini, bersama dengannya dan teman-teman band-nya. Bernyanyi dan bermain musik bersama dengan mereka. Tidak hanya Zeno yang merasa kecewa dengan keputusan Hana. Teman-teman band Zeno juga merasa seperti itu.

“Yak, jadi Hana berencana untuk ikut ekskul yang sama denganku,” ungkap Zuna kemudian. Zeno dan ketiga teman band-nya mengerutkan kening secara bersamaan.

“Ya ampun! Ternyata kamu suka menggambar manga juga ya?” Hana mengiyakan ertanyaan Eldo. Eldo setengah terkejut karena ternyata Hana memiliki hobi yang sama dalam bidang seni. Begitu juga dengan Iwan dan Ridwan.

“Wah, lain kali buat komik manga tentang kisah hidupku dong!” pinta Ridwan.

“Idih! Bro, kisah apaan? Kalau jones ya jones ajah. Nggak ada yang asik sama kisah si jones!” celetuk Eldo.

“Sialan lo!” Ridwan menyenggol lengan Eldo dengan kesal. Mereka semua pun tertawa terbahak-bahak. Hana yang melihat pemandangan itu berkata dalam lubuk hatinya, ‘Aku pasti akan merindukan kebersamaan dengan kalian.’

“Walaupun sudah tidak jadi anggota disini, sering-sering mampirlah, Han,” ucapan Iwan membuat Hana tidak mampu membendung tangisnya. Zuna langsung memeluknya. Sementara Iwan, Eldo, dan Ridwal merangkul pundak Hana dan menghiburnya.

Sementara Zeno merasa ada yang salah dengan Hana. Ia mengetahui kalau ada hal yang disembunyikan oleh gadis itu. Tetapi ia tidak tahu apa itu. Zeno mendekati Hana yang baru saja menghapus air matanya.

“Han, kamu yakin tidak apa-apa? Atau ada sesuatu yang tidak aku tahu?” tanyanya. Tapi sekali lagi Hana menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Gadis itu pun pamit keluar ruangan bersama dengan Zuna. Zeno benar-benar merasa ada yang janggal. Ia tidak ingin gadis baik seperti Hana menangis seperti tadi. ‘Pasti ada yang disembunyikannya.’ pikirnya. Ia segera menyusul kepergian Hana. Rupanya kedua gadis tadi masih belum pergi terlalu jauh. Zeno hendak memanggil Hana, namun ternyata keduanya tampak membicarakan sesuatu yang serius.

“Kenapa kamu tidak jujur ajah sama kak Zeno kalau ini semua ada kaitannya sama Haru?” Hana menggelengkan kepalanya.

 “Saya tidak mau jadi pengganti kak Haru. Aku bisa merasakan kalau kak Haru sebenarnya tidak ingin keluar.”

“Darimana kamu tahu itu, Han? Toh, Haru keluar juga atas keinginannya sendiri.”

“Itu karena..,”

“Kamu yakin kamu keluar bukan karena dimarahi sama Haru?”

“JADI KAMU KELUAR GARA-GARA HARU?!!” baru saja Hana hampir menjawab, namun Zeno sudah di ambang batas kemarahan. Tangannya terkepal kuat. Zuna dan Hana merasa kaget dengan munculnya Zeno secara tiba-tiba. Mereka berdua beranggapan kalau Zeno sudah sedari tadi mendengarkan percakapan mereka.

“Bu.. bukan, Zeno. Bukan it..,” Hana tidak pernah sekalipun melihat amarah dari teman dekatnya itu. Wajah Zeno semakin memerah dan tampak tidak mampu meredam emosinya. Lantas ia pergi dengan kemarahan yang meluap-luap.

“Gawat nih, Hana!” seru Zuna gusar. Dengan segera ia menarik tangan Hana dan ikut berlari mengejar kakaknya. Ia sudah feeling akan kemana kakaknya pergi. Mereka berdua menemukan Zeno sudah bertengkar dengan Haru di dalam kelas. Seisi kelas sudah ribut sampai salah satu siswa berinisiatif berlari ke kantor untuk memanggil wali kelas. Zuna segera berusaha menengahi keduanya. Sedangkan Hana masih terpaku melihat keduanya.

“KENAPA MAIN PUKUL ORANG HEE!!!” seru Haru sembari membalas pukulan Zeno. Sebelumnya ia sedang tertidur di atas meja. Secara tiba-tiba Zeno menarik jaketnya dan langsung memukulnya tanpa alasan. “CARI MATI, HAA?!!!”

“ITU KAN KEBIASAANMU. SUKA MEMUKUL ORANG!” seru Zeno balik. Keduanya segera dipisahkan oleh Zuna dan teman-teman kelas yang lain. “Kamu boleh memutuskan keluar band seenak jidatmu! Tapi nggak usah menekan Hana untuk keluar dari band!”

Sepintas mata Haru dan Hana saling bertemu. Haru segera keluar dari gerombolan dan berhadapan dengannya. Raut wajah Hana mulai ketakutan. Dia merasa kalau Haru akan semakin marah padanya. Apapun alasannya.

“Hee.. cewek licik, bermuka dua! Pintar ya sekarang kamu mengadu domba orang!” desisnya. Zeno berlari menyeruduk tubuh Haru sampai mereka terjatuh ke lantai bersama.

“Sekarang kamu menyalahkan Hana. Apa sih maumu?!!” serunya sambil berusaha menonjok wajah Haru lagi. Namun Haru segera menangkisnya.

“GAK USAH IKUT CAMPUR!”

“HARU! ZENO! BERHENTI SEKARANG JUGA!”teriakan wali kelas membuat mereka segera berhenti bergelut. Keduanya dipisahkan kembali oleh teman-temannya. Seakan menjadi perintah, mereka segera diam tidak berkutik. Zuna memberikan kacamata Zeno yang terjatuh sebelumnya. Untung saja Zuna segera mengamankan kacamatanya agar tidak terinjak orang lain. “Apa masalahnya sekarang? Ada yang mau cerita?”

Wali kelas yang bernama bu Neni itu menurunkan nada suaranya. Ia tidak ingin membawa mereka berdua ke ruang BK lagi. Sudah cukup perkelahian yang sebelum-sebelumnya mereka lakukan. Bu Neni juga tahu betapa papa Haru begitu keras dengan anaknya. Perkelahian terakhir yang mereka lakukan malah membuat papa Haru sengaja memkuli anaknya di depan guru BK dan keluarga Zeno.

“Kakak. Redakan emosimu ya. Nggak mau kan kalau kakak ke ruang BK lagi?” bisik Zuna. Kakaknya mulai menghela nafas perlahan. Ia melirik Haru yang sudah babak belur karenanya. Ia juga tidak ingin menambah bekas pukulan Haru dari tangan papa Haru sendiri. Bagaimanapun juga Haru pernah menjadi sahabat terdekatnya.

“Maaf, bu. Saya duluan yang memulai perkelahian ini. Tolong jangan bawa kami ke ruang BK,” ucapnya sembari kepala menunduk.

“Kamu itu ketua di kelas ini kan? Seharusnya kamu bisa menjadi panutan bagi teman-temanmu. Harusnya bisa melindungi teman-temanmu. Ibu juga sudah malas membawa kalian kesana lagi. Jangan diulangi lagi, mengerti?!” baik Zeno juga Haru menganggukkan kepalanya. “Nah, sekarang kalian maaf-maafan sana!”

Keduanya bersalaman dengan enggan. Lalu Zuna membubarkan gerombolan yang terbentuk sedari tadi. Bu Neni berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Beliau pun kembali lagi ke ruang guru. Haru melewati Hana begitu saja dan duduk di depan mejanya lagi. Lalu Hana berjalan ke arah bangku depan, dimana Zeno dan Zuna duduk. Zuna tampak mengkhawatirkan wajah kakaknya yang membiru dan muncul benjolan di keningnya.

“Zeno, boleh bicara sebentar?” tanya Hana dengan wajah serius.

***

 Aku dan Zeno sedang berdiri di balik daun pintu kelas. Aku ingin menjelaskan apa yang terjadi pada Zeno. Kesalapahaman ini harus segera diselesaikan. Aku berusaha untuk memberanikan diri berbicara tentang kak Haru dengannya. Namun aku agak takut kalau penjelasanku akan membuatnya marah lagi. Setiap aku membahas kak Haru, Zeno selalu mengalihkan pembicaraan. Dari Zuna aku baru mengerti betapa indah persahabatan mereka dulu.

“Zeno, tolong maafkan Saya. Apa yang kamu dengar tadi tidak sepenuhnya benar,” kataku mencoba berbicara dengannya. Zeno mengangkat wajahnya dengan tatapan tidak percaya. “Saya tahu perkataanku ini begitu sulit untuk didengar. Tetapi semua itu murni karena saya tidak ingin menambah api ke dalam hubungan kalian berdua. Kak Haru tidak pernah menekan ataupun memaksa saya untuk berhenti. Semua murni dari keputusan saya sendiri,” tambahku lagi. Entah dia mendengar penjelasanku dengan baik atau tidak, Zeno malah tersenyum sembari menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut.

“Ternyata kamu semakin fasih ya berbicara. Sebagai gurumu aku jadi terharu.”

Aku pun mencubit pinggangnya sebal.

“Iih, kita sedang serius juga!” Zeno tertawa terbahak-bahak melihat kekesalanku. Lalu ia berbalik hendak masuk kelas. Aku segera menarik pelan seragamnya dari belakang. Dia berbalik menghadap ke arahku lagi.

“Ada apa lagi, nona Hana?”

“Saya bisa merasakan kalau kak Haru sebenarnya tidak ingin keluar dari anggota band,” Zeno menghela nafas setelah mendengarku berbicara tentang kak Haru lagi.

“Hana. Semua itu tidak hanya bisa dirasakan. Tetapi harus ada fakta.”

“Setiap pagi saya membawakannya sarapan. Pada saat itu juga pintu terbuka dan saya selalu melihat poster yang tertempel di tembok kak Haru.”

“Poster?” wajah Zeno mulai berubah.

“Zeno, Eldo, Iwan, Ridwan, dan kak Haru pernah membuat poster kan?” tanyaku balik. Kemudian Zeno tersenyum dan wajahnya kian menerawang ke atas seakan-akan sedang membayangkan sesuatu.

“Kami pernah ingin menjadi band yang dikenal banyak orang. Makanya masing-masing dari kami membuat poster dengan wajah kami di dalamnya. Alay sih sebenarnya. Tapi ide dari Haru itu semakin membuat kami bersemangat untuk nge-band. Nggak disangka rupanya dia masih menyimpan poster itu.”

Aku memang tidak tahu kapan bisa mengembalikan sosok kak Haru seperti yang mereka kenal. Tetapi aku yakin dengan mengembalikan kenangan-kenangan manis itu pada orang-orang disekitarnya akan membantu membangkitkan keberadaan kak Haru pula. Aku ingin kak Haru kembali dikenal sebagai seseorang yang ramah dan ceria. Aku harap suatu hari nanti hatinya akan terketuk dengan kembalinya orang-orang yang menyayangi dirinya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Invisible
544      355     0     
Romance
Dia abu-abu. Hidup dengan penuh bayangan tanpa kenyataan membuat dia merasa terasingkan.Kematian saudara kembarnya membuat sang orang tua menekan keras kehendak mereka.Demi menutupi hal yang tidak diinginkan mereka memintanya untuk menjadi sosok saudara kembar yang telah tiada. Ia tertekan? They already know the answer. She said."I'm visible or invisible in my life!"
Salted Caramel Machiato
7268      3526     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu
Teater
17877      2717     3     
Romance
"Disembunyikan atau tidak cinta itu akan tetap ada." Aku mengenalnya sebagai seseorang yang PERNAH aku cintai dan ada juga yang perlahan aku kenal sebagai seseorang yang mencintaiku. Mencintai dan dicintai. ~ L U T H F I T A ? Plagiat adalah sebuah kejahatan.
Mendadak Pacar
7581      1528     1     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
18210      1829     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
The Savior
3487      1010     10     
Fantasy
Kisah seorang yang bangkit dari kematiannya dan seorang yang berbagi kehidupan dengan roh yang ditampungnya. Kemudian terlibat kisah percintaan yang rumit dengan para roh. Roh mana yang akan memenangkan cerita roman ini?
Cinta dalam Hayalan Bahagia
596      383     3     
Short Story
“Seikat bunga pada akhirnya akan kalah dengan sebuah janji suci”.
Kala Senja
30205      4482     8     
Romance
Tasya menyukai Davi, tapi ia selalu memendam semua rasanya sendirian. Banyak alasan yang membuatnya urung untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Sehingga, senja ingin mengatur setiap pertemuan Tasya dengan Davi meski hanya sesaat. "Kamu itu ajaib, selalu muncul ketika senja tiba. Kok bisa ya?" "Kamu itu cuma sesaat, tapi selalu buat aku merindu selamanya. Kok bisa ya...
Stuck On You
271      217     0     
Romance
Romance-Teen Fiction Kisah seorang Gadis remaja bernama Adhara atau Yang biasa di panggil Dhara yang harus menerima sakitnya patah hati saat sang kekasih Alvian Memutuskan hubungannya yang sudah berjalan hampir 2 tahun dengan alasan yang sangat Konyol. Namun seiring berjalannya waktu,Adhara perlahan-lahan mulai menghapus nama Alvian dari hatinya walaupun itu susah karena Alvian sudah memb...
Hey, Limy!
1165      492     3     
Humor
Pertama, hidupku luar biasa, punya dua kakak ajaib. kedua, hidupku cukup istimewa, walau kadang dicuekin kembaran sendiri. ketiga, orang bilang, aku hidup bahagia. Iya itu kata orang. Mereka gak pernah tahu kalau hidupku gak semulus pantat bayi. Gak semudah nyir-nyiran gibah sana-sini. "Hey, Limy!" Mereka memanggilku Limy. Kalau lagi butuh doang.