Read More >>"> KILLOVE (3.2 Pelecehan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KILLOVE
MENU
About Us  

=====
Hari ini, ia kembali menjadi mahasiswi jurusan komunikasi dengan pakaian serba old-fashioned nya. Ia menatap sebentar dirinya di cermin dan tak bisa tak berkata,

"Penampilan yang ini imut juga, kok! Darimananya terlihat jelek?" Kesalnya mulai merasa tersinggung ketika memikirkan cemoohan yang pernah ia terima.

Ia tak ingin memusingkan dirinya lagi dan segera berangkat ke kampus.

Ia segera masuk ke kelas yang dijadwalkan dan tak peduli dengan tatapan serta omongan jahat yang dikatakan oleh mahasiswa sekitarnya. Ia mencoba menyelesaikan kelasnya dengan damai sampai selesai.

Tak ada yang berniat duduk di dekatnya, jadi ia dengan senang hati mengambil tempat lapang dan luas untuk dirinya sendiri.
Ponselnya tak henti-hentinya bergetar, sudah banyak panggilan masuk dan juga notif pesan yang sama sekali tak ingin ia buka.

Ia sudah memutuskan hubungannya dengan dosen itu, walaupun secara sepihak, tetap saja ia tak ingin ada niat untuk berdamai sekalipun.

Yah,... Ia berharap nilainya untuk jurusan ini bisa diselamatkan. Jika tidak bisa, ia hanya tinggal pindah kampus saja.

Ia segera keluar saat kelas telah usai dan berniat keluar sebentar untuk makan siang diluar, tetapi dosen itu muncul tiba-tiba dan menarik dirinya ke ruangan dosen.

Dosen itu menutup pintu sebelum berbicara, "Mengapa kau masih tak ingin mencoba memahami kondisiku sedikit saja?" Baru di awal, sudah diserang dan dituduh yang tidak-tidak.

Mencoba sopan, "Saya hanya merasa tak bahagia untuk hadir di dalam hubungan bapak dengan istri bapak..." Ucapnya dengan nada dan ekspresi wajah yang sedih.

Image nya di mata dosen itu adalah naif dan polos, mudah jatuh cinta dan dimanfaatkan. Ia setidaknya harus mengikuti drama yang telah dia buat hingga akhir agar masalah yang tak diinginkan tak akan terjadi.

Memegang bahu Rosetta, "Sudah berapa kali kukatakan bahwa satu-satunya wanita di hatiku itu hanya kamu seorang! Harus kubuktikan dengan apalagi sampai kau mau bertahan untuk tetap bersamaku??"

... Aku pikir kau hanya ingin bersamaku sebelum aku berusia 20 tahun..., Batin Rosetta hampir tak bisa mempertahankan karakternya.

"Ta-tapi saya tak ingin menghancurkan peluang cerah bapak di masa depan hanya untuk bisa bersama dengan bapak!... Saya tak ingin bapak mengorbankan hal penting hanya untuk bersama dengan saya!!" Balas Rosetta tambah dramatis. "Saya tak ingin egois dan hanya mementingkan diri sendiri... Karena di hati saya jika bahkan harus berpisah, Demi bapak,.. saya mampu.."

Pengalaman menonton drama sedihnya sama sekali tak sia-sia.

Rosetta pikir dengan dialog sepenuh hatinya, dosen itu akan menyerah karena takdir, namun,...

Tiba-tiba memeluk Rosetta dengan sangat erat, "Aku tidak tahu bahwa cintamu sedalam itu padaku! Aku yang salah karena tidak terlalu memikirkan perasaanmu... Percayakan saja padaku dan tunggu sebentar saja... Aku akan mencari jalan keluar agar kita bisa bahagia bersama!"

".... Ah?" Rosetta bahkan tak bisa menahan keterkejutannya.

Bukan jawaban seperti itu yang ia inginkan.

... Lalu mengapa?

Tidak mungkin kan dosen ini betul-betul jatuh cinta padanya bukan hanya karena usianya 19 tahun?

Rosetta tak bisa menerima pemikiran yang baru saja terlintas di kepalanya. Ia seperti sadar tak sadar karena tak mau mempercayai hal yang bisa saja menjadi kemungkinan.

"... Maaf, pak. Saya.. Saya pikir.... Kita... Kita butuh waktu untuk berpikir dulu..." Ucapnya perlahan dan keluar dari ruangan tanpa mempedulikan panggilan dari dosen itu.

=====
Rosetta menghabiskan waktu istirahatnya dengan fokus yang berantakan. Ia masih tak habis pikir dengan pikirannya yang ia rasa tidak masuk di akal.

Beberapa saat ia masih berjalan dengan pikiran hampa, tetapi saat ini ia dihadang oleh sekumpulan mahasiswa.

"Berhenti!" Rosetta mau tak mau terhenti karena jalannya juga dihalangi.

"Ya???" Tanya Rosetta tahu bahwa para mahasiswa dihadapannya tidak bermaksud baik padanya.

"Ikut kami ke atap." Rosetta melihat bahwa tak ada satu pun penonton yang berniat menolongnya dari situasi ini, jadi ia dengan patuh mengikuti mereka ke atap. "Jalan cepat! Jangan membuang-buang waktu kami!" Marah salah satu dari mereka tiba-tiba menendang kakinya.

"..."

Kalian sendirilah yang menghalangi jalanku, jadi bagaimana bisa aku menghabiskan waktu kalian??...

Sesampainya di atap, ia di sudutkan di ujung atap dan para mahasiswa mengurung dirinya.

"Buka bajumu."

Rosetta mengedipkan matanya beberapa kali ketika mendengar perkataan mahasiswa itu. 

... Apakah ia akan dilecehkan?

"Tidak mau." Tolak Rosetta menggeleng kepalanya dengan cepat.

"Pel***r!! Masih saja bersikap naif!! Tidak tahu sudah berapa banyak pria yang kau mainkan di bawah rokmu!" Teriaknya mengeluarkan kata-kata vulgar.

"Bagaimana bisa kalian mengatakan hal sejahat itu padaku tanpa tahu kebenarannya?! Aku bukan orang yang seperti itu dan tak akan pernah menjadi sepert-"

"HALAH, MASIH BANYAK BICARA!! KALIAN BANTU AKU TAHAN PEL***R INI!!" Perintahnya pada teman-temannya yang lain dengan ekspresi jahat.

Rosetta yang omongannya tiba-tiba dipotong dan sekarang para pria menahan tubuhnya, "AAKH! A-apa yang kalian LAKUKAN?!! BERHENTI!!" Ia mulai merasa terancam ketika pria yang perkataannya vulgar itu mulai membuka pakaiannya dengan kasar.
Ia masih tidak terbiasa dengan orang atau sekumpulan orang yang mencoba menahan pergerakannya. Bahkan ketika beberapa waktu sudah berlalu, hanya ada beberapa orang yang bisa menyentuhnya dengan rasa aman. 

Ia pikir para mahasiswa tak berani melakukan tindakan lebih jauh dan hanya akan merusak nama baiknya secara verbal. Lalu, mereka akan bosan dengan sendirinya dan meninggalkan dirinya karena dia yang sama sekali tak berniat memberikan respon terhadap segala apapun.

Ia mencoba melepaskan dirinya karena ia tak pernah berniat mengikuti permainan para mahasiswa dihadapannya. Ia tak peduli dengan penampilannya yang berantakan, tetapi salah satu mahasiswa yang berdiri di hadapannya sekarang, terlihat seperti pemimpin di antara lainnya, dengan tidak sabaran menampar wajahnya dan membuatnya terdiam.

Tubuhnya secara tidak sadar gemetar, matanya penuh kecemasan.

Kehidupan masa lalunya tiba-tiba terlintas di kepalanya. Karena melarikan diri adalah pilihannya saat itu, tetapi ia tak berdaya dan hanya bisa terus kembali ke jangkauan Saint. Awalnya, setiap kali ia tertangkap, orang-orang Saint akan segera membawanya kembali ke tangan Saint. 

Namun, ia tidak tahu apa yang membuat Saint berbeda pada hari itu, atau apakah karena ia yang tidak berniat menyerah dan tunduk pada Saint...

Percobaan melarikan dirinya selalu gagal dan Saint akan membawanya kembali, itu adalah rutinitas di dalam hubungan mereka.

Namun saat itu, para bawahan Saint melalukan 'sesuatu' sebelum mengembalikan dirinya pada Saint, dan hal itu sangat membekas padanya hingga dirinya kehilangan semua alasan untuk lepas dari genggaman Saint.

Air mata mengalir keluar dari matanya, dan dengan wajah penuh dengan rasa kecemasan dan ketakutan, "MENGAPA?! BERHENTI!! APA SALAHKU?!! APA SALAHKU PADA KALIAN?!!" Ia sangat merasa sangat tidak adil sekarang. Ia marah pada dirinya sendiri karena tak berdaya, bibirnya berdarah karena dirinya yang tak sadar menggertakan gigi karena amarah yang tak terkatakan.

"Hah,.. mengapa? Salahmu apa?" Mahasiswa itu tertawa geli pada kemarahan Rosetta. "Kalau kubilang tidak ada?... ah, rumor bahwa kau pel***r tidak akan ada di awal cerita, jika kamu benar-benar bukan menjadi itu, kan? Aku hanya.." Sebelum ia melanjutkan kalimatnya, ia menarik dagu Rosetta dengan kasar, "Penasaran dengan rasa tubuhmu.. dan aku penasaran dengan ekspresimu.. kulihat-lihat sepasang matamu sama sekali tidak buruk ah.. memikirkan aku bisa menikmati tubuh seorang pel***r dengan gratis, tentu saja aku tak melupakan teman-temanku" Lanjutnya dengan senyum jahat menghiasi wajahnya.

Rosetta teringat ponsel di dalam tasnya, tapi tentunya ia tak bisa melakukannya secara terang-terangan. Ia menggigit salah satu tangan mahasiswa yang memegangi dirinya dan menyikut yang lainnya ketika mereka lengah karena dirinya bagaimanapun hanya seorang perempuan. Ia mencoba melarikan diri dan membuat jarak dari mereka sembari mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Sayangnya, salah satu dari kawanan mahasiswa itu menangkap kakinya dan membuatnya terjatuh melukai dagunya. Setelahnya yang lain menahan dirinya untuk dapat melarikan diri lagi, dan pemimpin dari kawanan mahasiswa itu merebut ponselnya dari tangannya.

"Mencoba untuk meminta pertolongan, eh? Tidak ada gunanya~" Ia melanjutkan, "Kawananku telah menjaga akses pintu ke sini, jadi tidak ada gunanya. Tidak ada kamera cctv disini, jadi itu adalah sia-sia melakukan perlawanan dan kami tidak akan dikenakan hukuman karena kau tidak akan memiliki bukti bahwa kami yang melakukan~" Ucapnya dengan santai melempar ponsel Rosetta ke lantai.

Kemeja kebesaran yang dipakai Rosetta sudah terbuka, hanya dalamannya yang tersisa. Tangan dan kakinya masing-masing ditahan. Saat mahasiswa itu ingin melecehkan tubuhnya lebih jauh, tiba-tiba ada suara seseorang terdengar.

"Aku tahu kalian sedang melecehkan seorang perempuan, tetapi tidak bisakah sedikit lembut padanya? Kalian memang binatang."

Itu adalah suara pria yang berat dan serius, tetapi Rosetta terasa pernah mendengar suara ini di suatu tempat.

Ia mendongak ke arah suara itu dan menemukan Edward Frost, pembicara dari kepolisian seminar lalu, ada di hadapannya sekarang dengan ponsel di tangannya. Wajahnya masih penuh dengan keseriusan dan mata yang tajam, namun di sisi lain ada aura ketidakpedulian pada dirinya.

"Si-siapa kau?!"

"Tidak sopan menanyakan identitas seseorang sebelum memberitahu dirimu sendiri, bukan begitu?"

"Bagaimana kau bisa berada disini, hah?!" Paniknya ketika melihat Edward mengambil video dengan ponselnya.

"Aku mencari tempat terbaik untuk tidur,... kalian lah yang menganggu waktu tidurku." Ia tidak mengenakan seragam kepolisiannya, melainkan memiliki penampilan rapi dan sopan seperti seorang profesor di kampus ini.

Salah satu dari kawanan mahasiswa itu tiba-tiba berkata dengan ekspresi mengerikan, "Bukankah ia adalah profesor baru sementara yang dipanggil dari kepolisian?!!"

"Kepolisian kau bilang?!! Tidak mungkin!!" Ia menyahut dengan wajah penuh horor.

Edward tak terlalu suka dengan keributan di hadapannya, jadi ia memudahkan mereka dengan memperlihatkan kartu identitasnya pada mereka, "Kalian puas?" Lalu menambahkan, "Mengapa tidak lanjutkan? Jadi, aku bisa memberikan hukuman kepada kalian daripada aku mengusir kalian sekarang dan kalian tidak mendapatkan ganjaran apapun dan mencoba berniat melakukan kembali lain kali."

Ucapnya terdengar kejam, tetapi tidak ada yang salah dari perkataannya.

Ia berkata lagi, "Ah, kalian melarikan diri sekarang juga tidak akan selamat dariku, mengapa tidak sekalian lakukan hingga selesai jadi aku bisa memberikan kalian hukuman maksimalnya?"

Mereka segera melepaskan Rosetta dan dengan buru-buru melarikan diri dari pandangan Edward. Mereka tidak sebodoh itu berpikir bahwa mereka masih memiliki niat untuk melanjutkan tindakan mereka di depan pihak kepolisian.
=====

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Memento Merapi
3934      1609     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
LUKA TANPA ASA
4786      1583     11     
Romance
Hana Asuka mengalami kekerasan dan pembulian yang dilakukan oleh ayah serta teman-temannya di sekolah. Memiliki kehidupan baru di Indonesia membuatnya memiliki mimpi yang baru juga disana. Apalagi kini ia memiliki ayah baru dan kakak tiri yang membuatnya semakin bahagia. Namun kehadirannya tidak dianggap oleh Haru Einstein, saudara tirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Hana berusaha beradaptasi di ...
Love Al Nerd || hiatus
85      62     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Dieb der Demokratie
16906      1974     16     
Action
"Keadilan dan kebebasan, merupakan panji-panji dari para rakyat dalam menuntut keadilan. Kaum Monarki elit yang semakin berkuasa kian menginjak-injak rakyat, membuat rakyat melawan kaum monarki dengan berbagai cara, mulai dari pergerakkan massa, hingga pembangunan partai oposisi. Kisah ini, dimulai dari suara tuntutan hati rakyat, yang dibalas dengan tangan dingin dari monarki. Aku tak tahu...
God's Blessings : Jaws
1547      710     9     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
After Feeling
3526      1401     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
A Day With Sergio
963      451     2     
Romance
Lazy Boy
3671      977     0     
Romance
Kinan merutuki nasibnya akibat dieliminasi oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa pulang medali emas, dia bisa meraih impiannya kuliah gratis di luar negeri melalui program Russelia GTC (Goes to Campus). Namun di saat keputusasaa...
The Black Envelope
2374      833     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
Ibu Mengajariku Tersenyum
154      90     0     
Mystery
Jaya Amanah Putra adalah seorang psikolog berbakat yang bekerja di RSIA Purnama. Dia direkomendasikan oleh Bayu, dokter spesialis genetika medis sekaligus sahabatnya sejak SMA. Lingkungan kerjanya pun sangat ramah, termasuk Pak Atma sang petugas lab yang begitu perhatian. Sesungguhnya, Jaya mempelajari psikologi untuk mendapatkan kembali suara ibunya, Puspa, yang senantiasa diam sejak hamil Jay...