Loading...
Logo TinLit
Read Story - Si 'Pemain' Basket
MENU
About Us  

Saat bel pulang sekolah terdengar, Dira menjadi orang pertama yang keluar dari kelas. Meninggalkan Santi yang beberapa kali memanggil namanya. "Dir! Tungguin!"

Tak peduli pada panggilan itu, Dira langsung berlari ke gerbang sekolah agar cepat sampai ke rumahnya.

Selama perjalanan pulang, Dira menjadi lebih was-was. Beberapa kali, dia juga memperhatikan sekitar takut-takut ada seseorang yang mengikutinya lagi.

Saat sudah cukup jauh dari sekolah, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang parkir tepat di hadapannya. Dira yang kaget kemudian terdiam sesaat.

Ketika orang yang memiliki mobil tersebut keluar, Dira amat terkejut dan berusaha untuk kabur. Sayangnya, orang itu dapat mengejar dan menariknya masuk ke dalam mobil.

Dira memberontak hingga membuat pria yang sebenarnya Bagas kesal. "Kamu bisa diem nggak sih!"

Suara Bagas yang begitu tinggi membuat Dira kembali terdiam, mematung hingga tanpa sadar dia sudah duduk manis di sisi mantan ketua ekskul PMR tersebut.

Dengan cepat Bagas menjalankan mobilnya dan membawa Dira entah kemana. Sepanjang perjalanan, Dira hanya dapat menangis tanpa bisa berbuat apa-apa.

Bagas tentu mendengar tangisan Dira. Namun, dia terlihat tak peduli dengan apa yang perempuan itu lakukan.

Setelah 10 menit perjalanan, mobil yang dikendarai Bagas berhenti tepat di parkiran sebuah taman. Mata Dira yang sembab memperhatikan sekitar, dia agaknya tau dimana keberadaan mereka. Taman kota yang cukup jauh dari rumahnya.

"Kakak ngapain bawa saya kesini?" tanya Dira dengan suara yang bergetar.

Tubuh Bagas berubah arah sehingga dapat berhadapan dengan Dira yang kini menyadarkan tubuhnya penuh di pintu mobil. "Saya kan sudah bilang, saya pengen ngobrol sama kamu. Tapi, kamu malah kabur!"

"Maaf, Kak," cicit Dira. Perempuan itu masih menundukkan kepalanya, tanpa berani menatap Bagas yang sedang memijat keningnya.

"Saya mau minta maaf atas kejadian waktu itu. Saya bener khilaf," ucap Bagas sebenernya suka sama lo."

Pernyataan Bagas membuat Dira mengangkat wajahnya, mata bulatnya bertemu dengan mata Bagas yang tertutupi oleh kacamata.

Melihat ada sisa air mata di pipi Dira, Bagas berinisiatif untuk membersihkannya. Namun, perempuan itu dengan kasar mencegahnya.

Bola mata Dira bergerak tak karuan saat tau pria di sisinya mungkin merasa kesal akan tindakannya.

Saat tengah terdiam, Bagas tiba-tiba berucap hal yang tidak pernah Dira bayangkan. "Pantesan, Marvin ngelindungin lo mulu. Lo semenarik ini."

Setelah selesai berucap, Bagas mengunci tubuh Dira dengan menahan kedua tangan perempuan itu. Wajahnya perlahan mendekat dan membuat Dira tanpa segan berteriak. "Tolong! Tolong!"

Wajah Dira menoleh ke kanan dan ke kiri guna menghindari wajah Bagas yang semakin mendekat ke arahnya. Sayangnya, pria itu tiba-tiba menahan wajah Dira agar tidak bergerak lagi.

Bibir Bagas berhasil mendarat di bibir Dira saat itu juga. Tanpa aba, dia melumat habis bibir perempuan yang kini masih terus memberontak dalam kungkungannya.

Tangan kiri Dira yang bebas terus mengetuk pintu mobil Bagas agar orang di luar dapat mendengar dan melihat apa yang pria itu lakukan padanya. Benar saja, setelah kurang lebih lima menit. Seorang pria paruh baya datang dan mencoba untuk membuka pintu mobil Bagas.

Melihat hal itu, Bagas langsung menghentikan kegiatannya dan memperbaiki posisi duduknya.

"Buka! Buka pintunya sekarang! Apa yang kalian lakukan di dalam!" ucap pria paruh baya tersebut.

Saat menekan tombol untuk membuka pintu, Bagas tanpa sadar ikut membuka pintu di sisi Dira sehingga perempuan itu langsung keluar.

Dira yang masih menangis berlindung di belakang pria paruh baya yang baru saja membantunya. "Mbak kenapa?" tanya pria itu. Namun, Dira belum bisa menjawab karena masih begitu ketakutan akan tindakan Bagas padanya.

"Heh! Kamu apain dia!"

Pria paruh baya itu menunjuk Bagas yang baru saja keluar dari mobilnya tanpa rasa bersalah. Dia melangkah mendekat pada Dira yang menyembunyikan penuh tubuhnya agar tidak terlihat oleh Bagas.

"Maaf, Pak. Dia pacar saya, tadi kami lagi berantem," ucap Bagas dengan santai. Dira menggeleng pelan menolak ucapan pria itu.

Pria paruh baya yang berada di hadapan Dira memperhatikan tubuh Bagas dari atas hingga bawah dan beralih pada Dira yang ada di belakangnya.

Kondisi Dira benar-benar berantakan. Pakaiannya lusuh, rambutnya acak-acakan dan bibirnya bawahnya terluka juga mengeluarkan sedikit darah.

"Kamu beneran berantem sama pacar kamu itu?" tanya pria paruh baya itu dengan lembut sembari memegang kedua lengan Dira.

Mendengar pertanyaan tersebut, Dira langsung menggeleng pelan. Matanya yang masih merah menatap sosok pria di hadapannya. "Nggak, Pak. Saya bukan pacar dia, dia ngelakuin pelecehan sama saya, Pak. Dia cium paksa saya," jelas Dira dengan sekuat tenaga.

Mendengar penjelasan Dira, Bagas bergegas kabur dari taman tersebut meninggalkan Dira yang kemudian dibawa oleh pria paruh baya yang membantunya ke rumah sakit.

"Tolong Mbaknya di visum ya," ucap pria paruh baya yang ternyata adalah RT setempat. Taman yang menjadi tempat parkir mobil Bagas termasuk wilayahnya.

Dira dibawa ke sebuah ruangan untuk melakukan visum dan Agus, pria paruh baya yang membantu Dira menunggunya di luar bersama dengan beberapa pria lain yang sudah ikut membawa Dira ke rumah sakit.

"Setelah hasil visumnya keluar, kita langsung ke kepolisian buat bikin laporan," ucap Agus menjelaskan pada warganya.

Setelah cukup lama, Dira akhirnya keluar dari ruang visum dan beberapa lukanya sudah diobati. Terutama luka yang ada di bibirnya.

Saat melihat Agus, Dira tersenyum kecil. "Makasih ya, Pak. Sudah bantu saya."

"Iya, Mbak. Sama-sama. Setelah dapat hasil visumnya, kita langsung ke kepolisian ya buat bikin laporan," ucap Agus yang membuat Dira terdiam sesaat. Matanya bergetar pelan yang membuat pria di hadapannya sedikit kebingungan." Mbak, nggak pa-pa? "

Mata Dira kembali fokus pada wajah Agus. Namun, ekspresi wajahnya terlihat sedikit ketakutan." Apa perlu bikin laporan, Pak?"

"Perlu, Mbak. Biar pelakunya jera," sahut seorang pria di belakang Agus.

Tangan Agus perlahan mengusap lengan Dira agar membuat perempuan itu nyaman. "Mbak tenang aja, biar kami yang urus semuanya."

Dira mengangguk pelan dan perlahan duduk di kursi tunggu. Kepalanya masih pusing efek terbentur kursi mobil Bagas. Dia juga bingung memikirkan ekspresi ibunya saat melihat kondisinya saat ini.

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    seru ni, menatikan playboy kena karma. wkakakka

    ada yang tulisannya Dio dan Deo,
    mau berteman dan saling support denganku?

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Love is Possible
159      146     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Girl Power
2366      897     0     
Fan Fiction
Han Sunmi, seorang anggota girlgrup ternama, Girls Power, yang berada di bawah naungan KSJ Entertainment. Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran sebagai pemeran utama pada sebuah film. Tiba-tiba, muncul sebuah berita tentang dirinya yang bertemu dengan seorang Produser di sebuah hotel dan melakukan 'transaksi'. Akibatnya, Kim Seokjin, sang Direktur Utama mendepaknya. Gadis itu pun memutuskan u...
Mars
1169      633     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Tembak, Jangan?
254      213     0     
Romance
"Kalau kamu suka sama dia, sudah tembak aja. Aku rela kok asal kamu yang membahagiakan dia." A'an terdiam seribu bahasa. Kalimat yang dia dengar sendiri dari sahabatnya justru terdengar amat menyakitkan baginya. Bagaimana mungkin, dia bisa bahagia di atas leburnya hati orang lain.
Backstreet
1353      566     1     
Fan Fiction
A fanfiction story © All chara belongs their parents, management, and fans. Blurb: "Aku ingin kita seperti yang lain. Ke bioskop, jalan bebas di mal, atau mancing di pinggiran sungai Han." "Maaf. But, i really can't." Sepenggal kisah singkat tentang bagaimana keduanya menyembunyikan hubungan mereka. "Because my boyfie is an idol." ©October, 2020
Anikala
904      431     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
Cinta Butuh Jera
1442      928     1     
Romance
Jika kau mencintai seseorang, pastikan tidak ada orang lain yang mencintainya selain dirimu. Karena bisa saja itu membuat malapetaka bagi hidupmu. Hal tersebut yang dialami oleh Anissa dan Galih. Undangan sudah tersebar, WO sudah di booking, namun seketika berubah menjadi situasi tak terkendali. Anissa terpaksa menghapus cita-citanya menjadi pengantin dan menghilang dari kehidupan Galih. Sementa...
Heartbeat
221      174     1     
Romance
Jika kau kembali bertemu dengan seseorang setelah lima tahun berpisah, bukankah itu pertanda? Bagi Jian, perjumpaan dengan Aksa setelah lima tahun adalah sebuah isyarat. Tanda bahwa gadis itu berhak memperjuangkan kembali cintanya. Meyakinkan Aksa sekali lagi, bahwa detakan manis yang selalu ia rasakan adalah benar sebuah rasa yang nyata. Lantas, berhasilkah Jian kali ini? Atau sama seper...
What If I Die Tomorrow?
417      267     2     
Short Story
Aku tak suka hidup di dunia ini. Semua penuh basa-basi. Mereka selalu menganggap aku kasat mata, merasa aku adalah hal termenakutkan di semesta ini yang harus dijauhi. Rasa tertekan itu, sungguh membuatku ingin cepat-cepat mati. Hingga suatu hari, bayangan hitam dan kemunculan seorang pria tak dikenal yang bisa masuk begitu saja ke apartemenku membuatku pingsan, mengetahui bahwa dia adalah han...
Vampire Chain
1989      808     4     
Fantasy
Duniaku, Arianne Vryl Berthold adalah suatu berkah yang penuhi cahaya. Namun, takdir berkata lain kepadaku. Cahaya yang kulihat berubah menjadi gelap tanpa akhir. Tragedi yang tanpa ampun itu menelan semua orang-orang yang kusayangi lima belas tahun yang lalu. Tragedi dalam kerajaan tempat keluargaku mengabdi ini telah mengubah kehidupanku menjadi mimpi buruk tanpa akhir. Setelah lima bel...