Hari pernikahan Reyhan pun tiba. Aku sudah memantapkan diriku untuk hadir memberikan kata selamat. Datang bersama Kaishar membuatku agak percaya diri kalau aku akan mampu melakukannya. Aku akan baik-baik saja. Aku bisa! Namun, kala mobil Kaishar sudah berada tepat di area parkir gedung pernikahan, entah kenapa, mataku kembali berkaca-kaca. Dadaku rasanya sesak. Sampai aku menyadari, aku tak bisa melakukan ini!
Seberapa kuatnya pun aku berusaha untuk ikhlas tetap saja berat. Rasa benci dan kecewaku mengenai apa yang pernah Pak Aiman lakukan pada Papa, ternyata masih kalah dengan perasaan cintaku pada Reyhan.
Kaishar menatapku dengan iba. Dia menghela napas lalu memilih untuk melajukan kembali mobilnya untuk keluar menjauh dari area pernikahan. Walaupun aku sempat mencegah Kaishar tapi dia lebih memilih untuk menjauhkan segala sumber patah hatiku itu. Lalu aku kembali terisak penuh kesedihan dalam pelukannya.
***
Satu tahun berlalu setelah hari yang menyesakkan itu. Aku sudah lulus dari kuliahku dan di terima kerja di sebuah perusahaan besar di kota Bandung. Namun jujur saja, aku masih berkutik dengan masa lalu. Aku masih belum bisa melupakan Reyhan sepenuhnya. Meskipun kami sudah tak lagi saling bertemu, kalau aku sedang merindukannya, aku kadang suka stalking akun media sosialnya. Namun yang aku tahu dari Kaishar, Reyhan sudah tak pernah lagi menggunakan media sosial manapun. Yang aku dengar, Reyhan jadi menutup diri dari siapapun. Begitupun dengan Kak Ira yang lebih memilih untuk me-non aktifkan semua akun media sosialnya.
Pernah suatu ketika, aku secara tak sengaja nekat datang ke sekitar area rumah Reyhan. Aku bisa melihat rumahnya walau dari kejauhan, walaupun tak bertemu. Tapi aku bisa sangat lega saat bisa melihatnya keluar rumah lalu masuk ke mobil bersamaan dengan istrinya. Tak ada lagi senyuman cerianya, tak ada lagi pancaran semangat dari raganya.
Pernah juga aku nekat mengunjungi kantornya, walaupun aku juga sama sekali tak menemuinya. Aku merasa sangat bersalah dan berdosa karena aku masih saja menyimpan rasa padanya bahkan setelah satu tahun berlalu.
Lalu pasca kelulusan kuliahku itu, ceritaku kembali berlanjut. Saat Kaishar secara terang-terangan meminta izin pada Ibu untuk bisa menikahiku. Dia ingin menjadikan aku sebagai istrinya. Tentu saja aku tak menyangka. Apalagi Kaishar tahu betul bagaimana aku dan Reyhan. Aku menolaknya dengan halus dan berharap penolakanku tak melukai hatinya.
Kaishar orang yang baik. Dia berhak mendapatkan wanita yang tentunya juga baik. Dia berhak mendapatkan orang yang bisa mencintainya dengan setulus hati. Jika dia denganku, aku malah terlihat sangat jahat! Aku tak mau menjadikan dia sebagai pelarianku untuk melupakan Reyhan. Aku tak bisa!
“Saya tak peduli dengan masa lalumu. Yang saya tahu, hati saya sudah di buat berdebar akan ketulusanmu dalam mencintai. Saya tak peduli kamu akan mampu mencintai saya juga atau tidak, saya bahkan tak pernah bermimpi saya akan mampu menggantinya di hatimu, tapi saya percaya, kamu akan sangat mencintai anak-anak kita kelak! Saya menyukai lebih dan kurangmu,”
Begitulah ucapan yang dilontarkan Kaishar padaku, setelah satu tahun yang lalu aku sudah menolak niat baiknya. Setelah penolakan pertamaku, ku kira dia sudah melupakanku dan mencari orang baru. Tapi nyatanya tidak! Aku tersentuh dengan ketulusannya itu. Dengan menggenggam erat tangannya, pada akhirnya, aku mengatakan ‘Ya,’. Aku sadar, aku harus bisa move-on dan menjalankan kehidupanku bersama kisah yang baru.
seruuuuu, alur cerita di awal bikin penasaran. dengan gaya bahasa yang mengikuti jaman jadi asikk bangettt bacanya.
Comment on chapter Bab 1 : Bagian 2