Mataku yang terpejam, sedikit demi sedikit ku coba untuk membukanya. Aku sama sekali tak mengingat apapun selain Reyhan yang terakhir kali memopangku. Aku melihat ke sekelilingku. Ada tempat tidur dengan bed cover doraemon kesayanganku. Ada meja belajar di samping kiriku dan jam dinding doreamon di sana. Bisa dipastikan ini adalah kamarku. Apa Reyhan yang membawa aku ke sini?
Aku mencoba bangkit dari tempat tidurku. Melihat ke sekeliling. Helaan napas panjang begitu sakti menertawai bahwa aku sendirian di sini. Aku kembali menengok jam dinding. Sudah pukul dua dini hari. Benar, Reyhan juga pasti sudah pulang!
Tiba-tiba aku tertawa miris. Bodoh, untuk apa juga aku memikirkan Reyhan? Untuk apa juga aku mengharapkan Reyhan ada di sini? Sudah tentu dia pulang kan? Apalagi setelah aku mengusirnya dengan kasar sore hari tadi.
Aku meraih ponselku yang ada di atas meja belajar. Ku lihat ada sepuluh pesan dari nomor yang sama. Reyhan!
Ayy, aku ke rumah
Pesan itu masuk pada pukul 14.21 wib. Itu artinya ketika jam pulang sekolah.
Ayy, aku di luar
Ayy, tidur? Aku pencet bel ya
Pesan itu masuk pada pukul 15.00 wib. Aku tersenyum sakit. Tak terasa, dadaku merasa kehilangan separuh oksigen. Ini benar-benar membuatku gila.
Ayy, aku pulang ya. Kalau kamu sudah bangun, kamu balas pesanku dan katakan kamu baik-baik saja.
Pesan itu masuk pada pukul 18.31 WIB.
Kamu udah bangun?
Please, jangan marah Ayyana aku bisa jelasin semuanya
Please, balas pesanku
Pesan itu masuk pada pukul 21.10 WIB.
Ayyana, aku tahu aku salah udah bohong sama kamu.
Maafin aku
Tapi perlu kamu tahu, aku sama sekali tak pernah bohong soal perasaanku sama kamu.
Aku benar-benar suka kamu, Ayy
Pesan itu masuk pada pukul 22.04 WIB sekaligus menjadi pesan terakhir yang masuk di nomorku. Tak terasa air mata menetes di pipiku. Perasaanku benar-benar sudah hancur berkeping-keping. Bahkan aku rasa sulit untuk dirangkai kembali. Aku merasa segala hal yang pernah dia utarakan padaku, hanyalah sebuah harapan kosong.
Ini terlalu sakit, bahkan sebelum aku sempat memulainya.
Aku menyeret kakiku keluar dari kamar. Menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Pikiranku lagi-lagi menerawang memikirkan Reyhan. Sial! Aku hanya bisa mendengus kesal saat berulang kali aku mengingat nama itu.
Aku melangkahkan kaki keluar dari dapurku. Tapi sebelum kembali menuju ke kamarku, perhatianku teralih ke ruang televisi yang letak ruangannya memang ada di depan pintu kamarku. Aku melihat televisi masih menyala. Segera aku raih remote televisi di atas meja, lalu ku matikan.
Aku terkejut saat berbalik badan hendak akan kembali ke kamar. Saat aku lihat sosok itu sedang tertidur kelelahan di atas sofa sambil memeluk bantal. Tanpa selimut yang sudah pasti dia kedinginan.
“Reyhan?” ucapku agak berbisik tak percaya karena orang itu ternyata masih ada di sini. Di rumahku. Bukannya dia sudah pulang?
Dengan tergesa, aku melangkahkan kakiku mendekatinya. Aku menengok ke atas meja, di sana ada dua kaleng minuman kopi yang sudah kosong, serta tiga mie instan cup yang sudah habis menyisakan kuahnya.
Sejak kapan dia di sini? Bisikku.
Aku memilih untuk tak mengganggunya dan kembali ke kamar. Tapi aku tak bisa membohongi perasaanku kalau aku bahagia. Seulas senyum tipis merekah di wajahku. Gila, ini gila. Bagaimana mungkin aku benar-benar jatuh cinta sama tunangan orang?
Aku menyerah dan memilih kembali ke luar untuk menemui Reyhan. Niatku ingin membangunkannya tapi yang terjadi aku malah membaluti tubuhnya yang sedang tidur dengan selimutku. Aku menatap wajahnya dalam penghayatan.
Reyhan, kenapa dia masih di sini? Kenapa dia tidak pulang saja?
Aku menuju sofa kosong yang berada tepat di sampingnya. Lalu memilih duduk saja di sana. Rasanya, ingin sekali aku membalas perlakuannya. Menemani dan menunggui dia tidur seperti yang sudah dia lakukan padaku saat ini. Tak lama, mataku terpejam sedikit demi sedikit. Dan aku ingin kembali hanyut ke alam mimpi yang indah. Semoga!
Wow spechless
Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1