Tengtong! Tengtong!
Suara bel rumahku berbunyi berkali-kali. Aku menunggu Ibuku membukakan pintu sampai aku teringat kalau Ibu dan Papa sedang menginap di rumah Om Dave. Sial! Aku hanya bisa menggerutu saat harus bangkit dari tempat tidurku untuk menyerbu ke pintu depan. Kepalaku masih sangat berat sekali.
Clek!
Pintu rumah aku buka. Dan betapa malasnya saat yang aku lihat di sana adalah Reyhan dengan senyum melengkungnya mengarah kepadaku.
“Mau ngapain?” kataku yang hanya mengarahkan pandanganku ke sembarang. Aku benar-benar tak mood melihat tunangan orang itu di depan mataku.
Reyhan terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Pulang! Gue ngantuk!” aku hendak akan menutup pintu rumah itu sampai Reyhan menahannya.
“Eh, Ayy!” kata Reyhan.
“Apa lagi?”
“I love you! He he he,”
Aku terdiam. Anjir bikin gue gagal ngambek aja ini bocah!
“Ih apaan sih lo. PULANG SANA!”
“Galak banget sih, tuan putri. Gak akan biarin masuk pengawal istananya nih?”
“Enggak!”
“Aku ada salah sama kamu, Ayy? Kok jutek banget! Edan!”
“Lo masih bisa-bisanya cengengesan ke sini, bilang I Love you ke gue, saat lo sendiri udah punya tunangan? Sakit jiwa lo, Rey!”
Reyhan terdiam seakan mencerna perkataanku tadi.
“Kenapa lo diem? Kenapa lo gak bisa jawab? Lo kaget karena akhirnya gue tahu kebohongan lo? Hah?!”
“Kamu ngomong apaan sih, Ayy? Aku gak ngerti!”
“Gak usah so polos, Rey! Gue udah tahu semuanya!”
“Tahu apa?”
“Lo itu sebenarnya udah punya tunangan kan? Dan tunangan lo itu kak Ira, iya kan?”
“Hah? Darimana kamu tahu? Eh maksud aku-“
“Tuh kan, lo udah ngaku! Dasar PHP!”
“Apaan?”
“PEMBERI HARAPAN PALSU! SANA PULANG!”
“Ayy?” Reyhan meraih tanganku. “Aku bisa jelasin semuanya! Semuanya gak kayak yang kamu pikirkan.”
“Udahlah, Rey. Semuanya udah jelas!” Aku menepis tangan Reyhan dari tanganku. “Gue tahu gue cuma cewek jutek yang gak pernah ngerasain apa itu pacaran. Tapi di saat lo deketin gue, gue ngerasa lo beda! Lo udah berhasil narik hati gue! Tapi di saat semuanya terasa mungkin, gue denger kenyataan kalau lo udah tunangan! Sakit hati gue, Rey! Sakit!”
Reyhan hanya terdiam mendengarkan segala emosi dan kekecewaanku yang sudah bercampur-aduk menjadi satu. Aku juga tak mengerti kenapa aku bisa sampai semarah ini. Padahal aku dan Reyhan bahkan tak pacaran. Status kita hanya sebatas adik dan kakak kelas di SMA Sagara Nusantara. Tapi kenapa jatuhnya sekeras ini? Dadaku benar-benar terasa sesak sekali. Bahkan seperti sulit untuk mendapatkan oksigen.
“Maaf kalau aku gak bisa jujur dari awal. Itu hanya semata-mata, aku takut kehilangan kamu, Ayy!”
“Di saat lo udah jalanin kebohongan lo, di saat itu pula lo udah kehilangan kepercayaan dari gue, Rey!”
“Ayy, aku ngaku aku salah. Tapi aku bisa jelasin-“
“GAUSAH BANYAK OMONG, REY!” aku benar-benar tak bisa lagi menahan segala emosi yang bergejolak di hatiku. Jika bisa, aku ingin sekali bisa menendang dia jauh-jauh, dan menghilangkan dia di muka bumi ini.
“Ayy-“
“Rey,” nada suaraku sudah bisa aku turunkan sedikit. Mencoba mengambil napas panjang untuk menenangkan segala situasi. “Gue mohon lo pergi sekarang dan- aww,“
Tiba-tiba saja, rasa pusingku bertambah semakin kuat. Duniaku rasanya berputar puluhan kali lebih cepat. Aku memegangi kepalaku. Sampai suatu ketika, cairan anyir berwarna merah itu keluar dari hidungku. Aku tak bisa lagi melihat Reyhan dengan jelas padahal dia berada tepat di depanku. Aku bahkan tak bisa mendengar dia mengatakan apa. Yang aku tahu, kakiku tak lagi menapak saat aku bisa merasakan, tangan Reyhan segera memopangku dengan sigap. Dan aku bagaikan melayang tak bertenaga.
Aku tak sadarkan diri!
Wow spechless
Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1