Di antara banyak kenangan, kenapa lintasan bahagia yang menyeruak? Saat ini di hadapanku adalah kematian. Aku meminta melepaskan jiwa, kujemput dengan senang hati, tetapi tak seharusnya aku menangisi kenangan manis jika memang aku menginginkan mati.
Kurasakan air terus menekan tubuhku ke bawah. Kepala semakin berat, seperti ditusuk ribuan pasak. Perlahan oksigen enggan mengetuk paru-paru. Waktuku sudah tidak banyak. Sebelum terlambat, biar air yang menjadi pendengar terakhir kenapa aku di sini.
Baiklah, kuralat, siapa pun yang melihatku di atas permukaan air, semoga suara ini sampai padamu. Aku pergi agar mereka bahagia, agar telingaku aman, dan mulutku tidak perlu berceloteh lagi, tidak perlu memasang senyum palsu setiap saat, dan tidak perlu berbohong kalau aku baik-baik saja.
Semua berawal dari sini, dari ketiadaan.