“Azel!” panggil Park Jimin menahan tangan Azel yang hendak beranjak pergi.
“Hem, waeyo?” tanya Azel dengan tatapan polosnya. Sementara, raut wajah Park Jimin tampak lesu karena harus sudah bermasalah dengan Kim Seok Jin akibat membela Azel.
“Geumanhae! Biar aku yang mengurus ini semua. Gaja! Kita harus segera menyelesaikan beberapa materi dan tugas hari ini,” ajak Park Jimin dibawa anggukan senang oleh Azel.
Azel menengok ke belakang sekilas lalu kembali mengikuti langkahnya Park Jimin dengan wajah sumringahnya karena berhasil untuk tidak pergi belajar bersama Kim Seok Jin dan beberapa member BTS yang lain.
Park Jimin dan Azel tampak pergi ke sebuah gedung arsitektur dimana di dalamnya terdapat banyak sekali ukiran-ukiran segitiga dan rumusnya. Di sana juga terdapat beberapa soal phytagoras dan soal perpecahan. Azel tampak menatap keliling ruangan yang sangat unik penuh dengan desain materi soal-soal matematika itu.
“Azel, apa kau punya sebuah penggaris?” tanya Park Jimin membuat Azel menggelengkan kepalanya.
“Anniy, apa kita butuh alat itu sekarang?” tanya Azel.
“Emm, ye! Kita butuh penggaris untuk belajar mengukir di dinding yang masih kosong. Nanti kau bisa tinggalkan gambar segitiga dengan hasil perpecahan yang kamu kerjakan sendiri,” terang Park Jimin seraya menunjuk ke arah dinding yang masih kosong.
Azel menatap dinding itu dan perlahan anggukkan kepalanya paham.
“Ya sudah, kalau begitu kamu tunggu di sini sebentar ya. Biar aku ambil penggaris nya dulu,” titah Park Jimin mulai melangkah hendak keluar dari gedung itu.
“Tunggu!” panggil Azel membuat Park Jimin menghentikan langkahnya.
“Ye?” ucap Park Jimin menoleh ke arah Azel yang tampak suda berjalan menghampiri.
“Biar aku saja yang mengambil penggaris nya,” pinta Azel dengan senyuman manisnya menawarkan diri.
Park Jimin pun membalas senyumannya itu tampak senang karena sikap Azel yang mulai terlihat sisi baiknya.
“Geurae! Pergilah. Penggaris nya ada di gudang alat tulis. Dan lokasi gedung alat tulis itu berada di dekat taman. Kau bisa pergi ke sana sekarang,” tukas Park Jimin yang di anggukkan tegas oleh Azel.
“Siap laksanakan!” ucap Azel dengan semangat 45.
Park Jimin anggukkan kepalanya mengiyakan seraya mengulas senyumnya melihat semangat Azel yang tinggi untuk belajar hari itu.
Azel beranjak keluar dari gedung arsitektur itu dan berjalan menyusuri lorong-lorong antar bangunan yang tinggi dan klasik itu. Meski sendirian berjalan di sana, Azel sama sekali tak merasa takut karena suasananya yang sejuk dan indah.
Sementara, Kim Seok Jin tampak duduk termenung di dekat taman dengan raut wajahnya yang tampak kesal.
“Yakkk!” teriak Kim Seok Jin meluapkan kekesalannya dengan suara khasnya itu.
Kim Seok Jin terus melempari batu-batu kecil ke dasar kolam yang ada di hadapannya saat ini.
Tiba-tiba, datang Bu Yeong menghampiri Kim Seok Jin.
“Permisi, Tuan. Ada telepon dari Seonsaengnim,” ucap bu Yeong seraya menyodorkan sebuah ponsel ke Kim Seok Jin.
Kim Seok Jin dengan raut wajahnya yang malas, terpaksa menerima telepon itu. Bu Yeong pun beranjak memundurkan langkahnya berdiri di belakang Kim Seok Jin usai memberikan telepon itu.
“Ye, Appa. Wae?” tanya Kim Seok Jin begitu layar ponselnya itu menempel di telinganya.
[“Seok Jin-a, ibu kamu, dia sudah meninggal dunia. Semalam dia sempat dilarikan ke rumah sakit. Tapi tidak tertolong. Kamu harus segera pulang ke Gwacheon. Appa akan tiba di Seoul nanti sore. Appa akan jemput kamu. Arrasso?”]
Kim Seok Jin dengan wajah terkejutnya tampak mulai melemas begitu mendengar ibunya telah tiada. Bu Yeong yang mendengar itu, pun tampak ikut prihatin atas kabar duka yang menyelimuti member BTS Kim Seok Jin.
Tanpa sengaja, Kim Seok Jin menjatuhkan ponselnya itu hingga membuat bu Yeong ikut terkejut melihatnya.
Azel yang baru sampai di dekat taman, tampak menghentikan langkahnya begitu melihat Kim Seok Jin dan bu Yeong ada di sana.
Bu Yeong terlihat membantu mengambilkan ponselnya itu yang jatuh. Tetapi, tiba-tiba saja tubuh Kim Seok Jin sontak terkulai lemas seperti ingin jatuh dari duduknya. Untungnya ada bu Yeong yang sigap menahan dan membantu Kim Seok Jin untuk kembali tegap di tempat duduknya.
“Tuan baik-baik saja?” tanya bu Yeong dengan suaranya yang terdengar jelas di telinga Azel.
Azel pun tampak terkejut melihat Kim Seok Jin yang hampir jatuh itu.
Tampak bu Yeong menelpon seseorang seperti meminta bantuan. Beberapa menit kemudian, datang dua bodyguard Bangtan menghampiri mereka dan membantu membawa Kim Seok Jin pergi dari sana.
Azel yang masih berdiri diam di sana tampak menatap kaget melihat wajah Kim Seok Jin yang putih memucat.
Bu Yeong yang terlihat buru-buru hendak menyusul dua bodyguard yang membawa Kim Seok Jin itu pergi, lantaran dicegah oleh Azel.
“Bu Yeonga!” panggil Azel membuat bu Yeong menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Azel yang berjalan menghampiri.
“Bu Yeonga! Ada apa? Kenapa Kim Seok Jin dibawa seperti itu sama bodyguard?” tanya Azel penasaran.
“Nuna, mianhae. Saya belum bisa memberitahu ini karena ini masih bersifat rahasia. Saya belum diberi izin untuk menyebarkan informasi ini. Saya harus pergi sekarang,” tukas bu Yeong beranjak pergi dari hadapan Azel.
Azel yang sangat penasaran dengan hal itu, tampak bergegas pergi mengikuti bu Yeong dan dua bodyguard itu yang membawa Kim Seok Jin ke kamarnya.
Azel tampak bersembunyi di balik dinding yang menjadi sekat perbatasan antara bangunan satu dengan bangunan yang lainnya.
Terlihat wajah bu Yeong yang panik dan meminta dua bodyguard itu untuk segera menghubungi pihak manager Bangtan terkait solusi masalah itu. Kedua bodyguard itu pun anggukkan kepalanya mengiyakan.
“Ye, Ahjooma! Kami akan segera mengkonfirmasi!”
“Ye, gamsahabnida! Saya juga mau mengkonfirmasi kepada semua member BTS terkait kabar ini. Supaya mereka bisa ikut mengantar pergi Tuan Kim Seok Jin malam ini,” titah bu Yeong di anggukkan setuju oleh dua bodyguard itu dan mereka beranjak pergi untuk mengkonfirmasi ke pihak manager Bangtan.
Azel yang menguping pembicaraan itu lantas semakin terlihat dahinya berkerut heran. Ada apa? Kenapa tiba-tiba para member ingin mengantar Kim Seok Jin? Memangnya Kim Seok Jin mau kemana? Dan kenapa wajah bu Yeong terlihat khawatir? Azel bertanya-tanya usai menguping pembicaraan dua bodyguard dan bu Yeong itu.
Begitu juga dengan bu Yeong yang hendak pergi dari sana, tiba-tiba tak sengaja melihat Azel yang tengah berdiri di balik tembok sekat. Azel pun sontak terkejut dan membulatkan matanya lebar begitu melihat dirinya ketangkap basah oleh bu Yeong. Tetapi anehnya, bu Yeong tampak pergi begitu saja tak peduli.
Melihat itu, Azel semakin yakin bahwa situasinya sekarang sangatlah mendesak. Azel beranjak keluar dari persembunyiannya itu dan menatap pintu kamar Kim Seok Jin yang ada di hadapannya saat ini.
“Waeyo? Apa terjadi sesuatu dengan Kim Seok Jin sekarang?”
Seru! Lnjut thor
Comment on chapter Kekhawatiran Azel