“Kau ingin memakannya?” tanya Park Jimin dengan ramah.
Azel masih berdiri diam dengan tatapan yang tampak bengong.
“Kau sudah menyelesaikan tugasmu?” tanya Park Jimin lagi.
Menyadari pertanyaan Park Jimin yang terlontar itu, sontak membuat Azel perlahan tersadar dari bengongnya.
“Ye? Emm,” dengan wajah memelas, Azel anggukkan kepalanya mengiyakan.
Park Jimin terkekeh pelan melihat wajah imut Azel yang tampak memelas itu.
“Biarkan dia makan, dan layani dia. Pastikan dia tidak kekurangan dengan menu makanan yang disediakan,” perintah Park Jimin pada para pelayan itu.
Pelayan itu anggukkan kepalanya mengiyakan dan mulai mempersilakan Azel untuk duduk di kursi dekat meja makan. Beberapa pelayan di sana mulai melayani Azel untuk menyantap makanannya. Diberikan sepotong kain celemek untuk Azel agar tidak kotor bajunya saat sedang menikmati makanannya itu.
Azel dengan wajah sumringah langsung duduk di kursinya dan mengambil beberapa lauk untuk dimakannya.
Tampak Azel menikmati makanan yang tersaji meski dengan beberapa lauk seperti ayam goreng dan sayuran, membuat Azel tampak menikmatinya.
Ditambah rasa lapar yang berkepanjangan sejak tiba di sana, membuat Azel semakin lahap menyantap makanannya.
Park Jimin yang standby di sana, tampak mengulas senyumannya melihat Azel yang terlihat begitu kelaparan.
Kim Seok Jin yang masih memantau hal itu di ruangan CCTV, tampak tak terima dan bergegas pergi menuju ke ruangan asrama.
Diikuti oleh para member BTS yang lain, Kim Seok Jin tampak mengayunkan langkahnya cepat menuju ke ruangan asrama.
Sesampainya di sana, Kim Seok Jin langsung mendorong pintu besar itu hingga terbuka dengan sangat keras.
Azel yang sedang menikmati makanannya itu sontak terkejut hingga tersedak makanan di tenggorokannya.
Dengan cepat Azel meneguk segelas air putih agar kembali lega tenggorokannya. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Kim Seok Jin dan para member BTS yang lain sudah ada di sana.
Park Jimin pun sontak terkejut mendapati Kim Seok Jin dengan wajah amarahnya memasuki ruangan asrama itu.
Dengan langkahnya yang tegas, Kim Seok Jin berjalan menghampiri Azel yang duduk di kursi dekat meja makan. Tatapannya yang tajam seperti elang, membuat Azel menelan salivanya kasar.
“Mampus! Apa dia akan menelanku habis-habisan?” ucap Azel dalam hati bergumam gelisah.
Tapi, siapa sangka bahwa Park Jimin akan menghalangi Kim Seok Jin yang hendak menghampiri Azel?
Park Jimin membentangkan tangannya menghalangi jalannya Kim Seok Jin.
Azel semakin membulatkan matanya terkejut melihat itu. Tak hanya Azel, para member BTS yang lain pun ikut dibuat terkejut karena melihat itu.
“Hajima,” ucap Park Jimin pada Kim Seok Jin.
‘Apa ini? Jimina menghalang Kim Seok Jin? Itu artinya, dia membela ku?’ batin Azel bertanya-tanya.
“Tolong, kendalikan amarah mu Hyung,” lanjut Park Jimin meminta Kim Seok Jin untuk tidak melanjutkan amarahnya kepada Azel.
Melihat itu, Kim Seok Jin sontak memiringkan senyumnya.
“Minggir,” ucap Kim Seok Jin dingin membuat semua mata yang memandang tampak membelalak kaget dan bingung.
Akankah terjadi perdebatan atau pertengkaran sengit antara adik dan kakak itu?
“Jangan halangi aku. Jadi, minggir lah!” sambung Kim Seok Jin sudah dengan tatapannya yang tajam.
“Hei, Jimina! Apa kau tidak mendengar permintaan Hyung tertua kita?” sahut Kim Namjoon mulai kesal karena harus melihat anggota membernya itu berantem.
Park Jimin yang memiliki sifat dan sikap yang lembut, pun mengikuti perintah dari para Hyung-nya itu.
Perlahan Park Jimin menurunkan tangannya yang semula menghalangi Kim Seok Jin untuk menghampiri Azel.
Begitu Park Jimin menurunkan tangannya, Kim Seok Jin melanjutkan langkahnya mendekati Azel.
Azel semakin membulatkan matanya kaget melihat sosok Kim Seok Jin yang saat ini sudah berada di depan mata.
‘Mampus, mampus! Kayaknya gue beneran mau disantap nih sama serigala ini!’ batin Azel mulai panik.
Kim Seok Jin yang menatap tajam wajah Azel, tampak tak mengucapkan sepatah kata pun. Ia justru mengeluarkan sebuah lipatan kertas dari dalam sakunya, dan dilemparkan ke atas meja makan tepat di depan Azel.
“Semua tugas barumu sudah siap. Sudah makan kan? Aku rasa energi mu juga sudah bertambah,” sontak Kim Seok Jin memberi perintah.
Dengan mata yang masih membulat lebar, Azel meraih selembar surat yang terdapat list panjang akan tugas-tugas selanjutnya.
“Apaan ini? Memangnya gue babu yang setiap hari harus piket?” protes Azel tidak terima dengan tugas yang diberikan Kim Seok Jin di luar nalarnya.
“Heh, denger ya! Gue ke sini mau belajar tentang sejarah Bangtan! Bukannya suruh piket dan bersih-bersih ruangan!” lanjut Azel tak terima.
“Aku tidak peduli! Itu sudah menjadi ketetapan tugasmu. Dan di sini, aku yang menjadi koordinator nya. Jadi, apapun keputusan koordinator, kamu harus menyetujuinya!” sontak Kim Seok Jin tak mau kalah.
“Tenang, di sini kamu juga tetap akan belajar tentang sejarah Bangtan, tapi tidak setiap hari. Imbang dengan tugas piket mu,” ucap Kim Seok Jin membuat Azel tersentak diam.
“Peraturannya mudah, jika kamu bersedia, kita akan mulai permainannya. Begitupun sebaliknya jika kamu tidak bersedia, permainan artinya tidak siap di mulai, dan kamu bisa pergi dari sini dan kembali ke negara asalmu!” terang Kim Seok Jin tampak tegas.
Azel terdiam dengan mata yang sudah mengernyit tajam.
‘Sial! Sepertinya gue harus bertahan untuk beberapa hari ke depan mengikuti perintah manusia serigala ini! Heh, kita lihat saja, apa yang bakal gue lakuin ke depannya.’
Seru! Lnjut thor
Comment on chapter Kekhawatiran Azel