HAPPY READING!
Mama Langit kelelahan. Dia tertidur untuk beberapa saat. Dia mengingat kejadian yang sebelumnya. Kejadian dimana dia bisa sampai di rumah Bulan.
Laki-laki tinggi datang lagi kali ini mengancam Rosa agar memberikan uang sebab dia kalah lagi dalam judinya. Rosa yang berkata tidak memiliki uang langsung diancam dengan pisau yang dibawa laki-laki paruh baya yang dulu adalah suaminya.
"Kalau lo enggak punya uang. Lo minta ke anak lo yang sekarang lagi kerja serabutan," ucap Laki-laki berbaju kotor yang entah sejak kapan belum di cuci. Rosa tertegun tidak menyangka dengan fakta yang dipaparkan secara tiba-tiba.
"Langit anak baik buat apa dia kerja. Dia masih sekolah," ujar Rosa mengepalkan tangannya menahan teriakan yang ada pada dirinya. Dia ingin menangis ketika pisau yang disodorkan hampir mengenai lehernya.
"Lo kebanyakan minum obat atau gimana? Kalau anak lo itu enggak kerja, emang lo bisa duduk di sini dengan nyaman? Ruangan VIP pula." Jawaban mantan suaminya membuat Rosa terdiam, semakin diam.
Anaknya yang hanya diam dan tersenyum setiap kali hanya bercerita tentang sekolahnya ternyata menanggung beban yang berat. Rosa tidak ingin Langit bekerja begitu keras untuk dirinya. Wanita yang sejak tadi bergetar mulai memejamkan matanya.
"Kamu hanya butuh asuransi milikku saja kan? Bunuh aku." Rosa berbicara dengan nada bergetar sembari memejamkan matanya bersiap untuk menghilang saja dari dunia ini. Agar Langit tidak merasa tersiksa membiayai pengobatan dan rapat inapnya.
Pria paruh baya yang mendengar ucapan Rosa menjadi tidak bersemangat. "Aku hanya butuh wajah ketakutanmu. Kenapa sekarang memasrahkan diri?" Cris berjalan ke tempat duduk di dekat sana merebahkan tubuhnya. Rosa perlahan membuka matanya menatap mantan suaminya itu sembari ketakutan.
"Asuransi tidak akan berguna kalau aku membunuhmu. Aku punya ide lain, kalau kamu berhasil aku tidak akan menganggu kalian lagi." Cris yang awalnya merebahkan punggungnya merubah posisinya menjadi duduk saat mendapat sebuah ide yang menurutnya cemerlang.
"Beneran? Kamu tidak akan mengganggu kami?" Cris mengangguk lalu tersenyum. Rosa memegang tangannya yang masih terus bergetar. Dia semakin ketakutan ketika melihat tatapan Cris yang menusuk.
"Datang ke perempuan yang akhir-akhir ini bersama Langit. Dia membayar uang rawat inapmu. Saya yakin dia kaya. Kalau kamu berhasil mendapatkannya saya akan menghilang dari pandanganmu." Rosa menggeleng bahkan dia baru sekitar sebulan mengenal Bulan. Gadis yang cantik dan baik. Bagaimana bisa dia begitu tidak tahu diri untuk meminta uang lagi.
"Dia tidak ada sangkut pautnya dengan kami. Dia hanya gadis yang baik dan tidak bersalah." Rosa mulai memberontak sementara Cris memegang kedua pipi Rosa dengan kasar. Membuat kepala Rosa terangkat.
"Lo pilih anak lo atau cewek yang baru aja lo kenal." Rosa menangis semantara Cris menamparnya lagi.
"Baik. Aku akan ke sana." Cris menyunggingkan senyumnya. "Bagus."
***
Langit mengecek tabungannya. Kenapa dia tidak sadar kalau uangnya semakin banyak dan biaya rumah sakitnya menjadi lebih sedikit. Langit lelah sekarang setelah dia bolak-balik rumah ke rumah sakit. Mengemasi semua barangnya. Sebelumnya dia menelepon Bu Putri untuk tidak menjaga mamanya lagi.
Berterima kasih atas segala jasa dan setia di samping Mamanya saat dia sibuk mencari uang.
Menelepon tempat bandnya bekerja dan membernya. Langit langsung menelepon Kak Dil untuk menyampaikan maafnya dia juga berterimakasih karena mereka mau bekerja sama dengan Langit untuk laki-laki itu menghasilkan uang.
Langit mengirimkan pesan juga ke tempat makan ayam bumbu yang sudah senanitiasa menerima dirinya. Bahkan kekacauan yang pernah dia buat tidak membuat Langit dipecat.
Pagi-pagi setelah mamanya bangun Langit menjelaskan perlahan meminta Mamanya bersiap untuk pergi. Langit tidak mengungkapkan alasannya dia hanya berharap Mamanya bergantung kepadanya saja.
Tiket kereta Langit beli dan dia sudah meminta tolong juga untuk mencarikan dokter yang layanannya hanya berkunjung untuk periksa tanpa rawat inap. Langit ingin mengontrak rumah juga, jadi dia harus benar-benar menghemat.
Setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih tiga jam Langit dan mamanya sudah sampai. Langit mencari taksi untuk membawanya ke kontrakan yang udah sewa oleh Langit. Mamanya berjalan perlahan memasuki kamar kecil dengan nuasana yang tidak terlalu bagus tapi menurut Mamanya lumayan nyaman.
"Langit beli makan dulu ya Ma, Mama di sini aja dulu tidur. Nanti Langit yang beresin barang-barangnya." Langit menutup pintu sementara Mamanya hanya mengangguk.
Baru beberapa lama mata Rosa terpejam Langit sudah membuka pintu sambil membawa bungkusan yang berisi bubur hangat. Langit duduk di lantai dan membukanya satu persatu.
"Buburnya masih anget Ma. Enak pasti ini." Rosa tersenyum dia baru menyadari anaknya begitu mandiri. Rosa mengusap lembut kepala Langit merasa bangga memiliki anak yang sangat baik.
"Makasih ya Langit, udah ngurusin Mama udah mau bekorban buat Mama. Kalau Langit capek istirahat. Biar mama yang gantiin Langit buat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang melelahkan ini." Langit tersenyum tipis lalu memeluk Mamanya.
"Mama juga harus bilang kalau ada masalah ataupun Mama ada sesuatu yang mengganjal. Langit mau kok ngurusin Mama seumur hidup." Rosa ikut memeluk Langit saling menyayangi dan membiarkan bubur hangat itu terbuka.
Kegiatan Langit sekarang sibuk mencari pekerjaan. Dirinya berjalan-jalan sembari menanyai satu persatu toko yang dia yakin dan sanggup untuk bekerja disana. Setelah berputar-putar lama Langit berhenti di tempat terakhir di toko bunga.
Langit mendorong pintu kaca yang berada di depannya dan mengucapkan salam. Perempuan dengan bunga yang berada di tangan dan ada beberapa daun di rambutnya langsung berteriak untuk menunggu Langit sebentar.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya perempuan cantik menampilkan senyumannya.
"Apa ada lowongan pekerjaan ya Kak di sini?" Langit berbicara hati-hati setelah dia melihat ke sekelilingnya.
"Beneran mau daftar di sini?" tanya perempuan cantik yang masih memegang gunting, menatap Langit dari atas sampai ke bawah.
"Iya kak, saya mau bekerja di sini. Tapi, saya belum lulus SMA." Perempuan cantik terlihat berpikir lalu akhirnya mengangguk memperbolehkan Langit untuk bekerja disana.
"Oke. Namanya siapa? Saya Rachel." Perempuan dengan tinggi yang wajar ini memperkenalkan diri dan menyodorkan tangannya meminta jabat tangan.
"Saya Langit." Langit tersenyum sementara perempuan itu mengangguk paham.
"Bisa naik sepeda?" tanya Rachel setelah mereka berkenalan. Langit mengangguk ragu membuat perempuan cantik tersenyum senang.
"Bagus. Tolong anterin buket mawar ini ke alamat yang ditempel di sana. Jangan lupa minta uangnya. Sepedanya ada di sebelah." Langit mengangguk dia langsung mengambil buket mawar yang ditunjuk tadi dan membawanya keluar. Meletakannya di bagian boncengan sepeda.
Langit langsung pergi mengayuh sepedanya. Dia berhenti sejenak untuk mencari alamat rumah yang dituju menggunakan GPS. Langit memulai harinya.