Read More >>"> Asoy Geboy (Chapter 6 - Demam Unyu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Ada dua hal yang dihadapi Geboy pagi ini:
1. Pak Bonang absen karena istrinya mau melahirkan
2. Uji praktiknya dalam memeriksa dan mengganti baterai Beat milik Komal lebih dari lima menit

Lelaki berseragam putih abu-abu itu mendengkus, lalu berbaring tanpa tikar sambil menatap langit-langit kelas. Pikirnya, hamparan luas penuh debu laba-laba itu bisa memberi solusi, atau minimal jawaban kenapa tiba-tiba ia bisa selelet ini. Tapi sayang, pening yang sesekali datang kini makin menjadi-jadi karena terus berpikir.

Suhu tubuh Geboy abnormal sejak pagi, padahal ia enggak hujan-hujanan, apalagi ketularan flu seseorang--anak Geng Senter sehat wal afiat. Ia sudah meminum parasetamol yang diambil dari laci rias mamanya. Ia juga memastikan obat itu enggak bakal bikin mengantuk. Tapi, belum ada efek mujarab dari sana. Ia masih pecah fokus, mudah lemas, dan bawaannya mau tiduran saja.

Andai rekornya tadi bagus, paling enggak Geboy bisa bersantai. Masalahnya, kerapian dan detail yang Pak Bonang minta justru menurunkan kecepatan kerjanya. Padahal, permainan waktu dalam Praktik Meja sangatlah krusial. Dari sekitar dua belas praktik--pemeriksaan baterai, pemasangan cam chain, perangkaian sistem electric starter, sampai penggantian pad set--hanya diberi waktu 90 menit. Kalau ini saja Geboy belum bisa move on, entah bagaimana ia bisa menghadapi soal Trouble Shooting.

"Nih, minum dulu."

Geboy sontak mendongak dan sedikit menoleh. Ia tersenyum dan lekas duduk saat Komal membawa dua botol teh sosro yang dipastikan belum dibayar--biasanya begitu. Lelaki itu menerima dengan senang hati dan sejenak bisa mendinginkan pikiran. Sahabatnya itu memang paling tahu apa yang ia perlukan.

"Bentar lagi jam masuk, tapi lo diminta ke BK dulu buat ngisi berkas."

"Siapa yang bilang?"

"Si ketua kelas. Siapa itu namanya? Lupa lagi gue."

"Ck, makanya tuh otak isinya jangan Sawako doang! Temenan udah setahun masih aja nggak hafal."

Komal melirik sinis. "Udah dikasih tahu tinggal bilang makasih, apa susahnya?"

"Iya, iya, sori. Makasih, Mal. Gue cabut dulu kalau gitu. Tehnya lo yang bayarin."

"Gampang. Gue utang."

Geboy merapikan alat-alatnya lalu beranjak. "Jangan dibiasain, Mal."

"Becanda, anjir. Gue punya duit, kok."

Meski masih bisa tertawa, cenat-cenut di pelipis Geboy sungguh enggak main-main. Bahkan, warna pandangannya mulai berubah hitam kehijauan. Tarikan napas juga makin susah dan rasanya panas sekali. Setiap ingin menelan ludah pun seperti ada yang mengganjal dan ia jadi kerepotan sendiri.

Baru beberapa langkah, kaki Geboy tiba-tiba menekuk lemas dan ia oleng ke kiri. Kepalanya hampir membentur pintu kalau saja si Komal enggak gerak cepat menariknya menjauh. Sontak lelaki itu enggak sadarkan diri setelah dientak cukup keras.

"Shit! Lo panas banget!" umpat Komal saat menyadari badan Geboy enggak ada bedanya dengan rebusan baso aci.

Ia lekas berteriak meminta bantuan. Syukurlah, bel yang baru saja berbunyi membuat banyak lalu lalang siswa di depan lab. Mereka pun membantu mengangkat Geboy dan segera ke UKS.

Salah satu petugas PMR diminta untuk memberi pertolongan. Tapi, ya, mereka bisa apa? Cuma meringankan demam Geboy dengan kain bersih yang dibasahi air hangat dari kantin. Bagi Komal, itu sudah lebih baik karena ia enggak tahu harus bagaimana. Mungkin, kalau nanti sahabatnya belum mendingan juga, ia baru membawanya ke puskesmas.

"Siapa nama lo? Makasih, ya. Sekalian bilang ke Pak Aji kalau gue jagain Geboy di sini."

Gadis berkacamata bulat yang mengunci kotak P3K itu mengangguk. "Gue Aya. Tapi nggak jamin dibolehin, ya. Lo tahu sendiri orangnya gimana."

"Iya. Gue bodo amat juga, yang penting udah bilang. Makasih sekali lagi."

Aya memberi jempolnya lalu keluar UKS. Enggak berselang lama, Geboy bangun dan langsung menghela napas panjang. Komal pun sadar dan langsung mendekat.

"Mau minum?" Kali ini Komal menawari segelas air putih yang ada di nakas, tapi ditolak oleh Geboy.

"Makasih. Lo nggak ke kelas?"

"Males ketemu Pak Aji. Mending di sini bolos sama lo."

"Tai!" Geboy sedikit tertawa. "Makasih."

Komal tersenyum paksa. "Kelar berantem kemarin lo nggak berobat, ya?"

Geboy hanya menunduk dan menggeleng. Ia enggak berani menatap kawan sejatinya itu.

"Lo nyuruh gue bawa sepupu lo itu ke puskesmas, tapi lo sendiri bonyok sampai demam begini? Gue nggak ngerti logika lo gimana, Boy."

"Kalau dia kenapa-kenapa, gue juga yang kena."

"Terus kalau lo yang kenapa-kenapa, bukan lo yang kena gitu?"

"Ya enggak, sih. Tapi kan--"

"Papa lo lebih ngoceh kalau si Randu yang sakit, terlebih gara-gara lo?"

Geboy memutar bola matanya. "Itu ngerti."

"Emang dia pernah bilang?"

"Belum, tapi--"

"Pikiran lo aja itu, Boy."

"Maybe."

Geboy kembali hening. Ia berbaring lagi tanpa menutup mata. Komal pun bersedekap dan mengentak-entak lantai. Keduanya diam cukup lama sampai notifikasi ponsel dari operator seluler memecah perhatian.

"Gue baru inget," ucap Komal kemudian, "coba buka seragam lo."

"Hah? Ngapain? Jangan mesum lo, anjir."

"Kata si Aya tadi, bisa jadi luka lo ada yang radang. Sebelumnya gue bilang lo sempet berantem, makanya dia nyaranin buat ngecek. Nih, dia udah ngasih salep."

Geboy menatap benda bulat yang beralih di genggaman Komal. Seketika ia menarik selimut hingga menutupi dada dan mundur sampai mepet tembok.

"Menyingkir lo dari gue!"

"Lo mau sembuh nggak, hah? Kagak bisa belajar lo kalau sakit-sakitan gini."

"Gue nggak apa-apa, Mal. Sumpah. Ini demam unyu biasa. Risiko cowok imut. Udah sana! Balik ke kelas!"

"Dikit doang, Boy. Gue mau lihat perut lo yang ditonjok kemarin. Sama kepala lo juga sini. Kemarin kebentur, kan?"

"Shit, ogah. Gue bisa sendiri. Lo, lo, pergi aja udah. Sono!"

Komal makin terpancing. Ia tahu Geboy paling mudah geli dan enggak suka ketika orang lain melihat tubuhnya. Enggak heran kalau setiap ganti pakaian olahraga selalu melipir ke kamar mandi begitu.

Ia pun sontak menyingkirkan selimut dan menarik kaki Geboy sampai lelaki itu terduduk. Sayang, kawannya sudah cukup kuat buat menendang dan berusaha kabur.

"Lo sentuh gue sekali lagi, gue minta balik knalpot racing yang gue kasih kemarin."

"Minta aja kalau bisa."

"Anjir, Komal!"

Sang pemilik nama hanya tertawa puas. Sampai akhirnya aksi itu dihentikan dengan dering telepon yang berkali-kali muncul. Komal terus-terusan bilang 'paling cuma spam mama minta pulsa' dan alasan konyol lain. Tapi, Geboy berfirasat itu panggilan penting karena amat getol menghubunginya.

"Siapa, sih? Ganggu orang lagi seru aja."

"Lo seru, gue kagak."

Geboy segera mengambil ponselnya dan membaca nama penelepon pada layar. Sontak ia terbelalak dan menganga karena itu. Komal pun penasaran dan turut mengecek. Persis. Ekspresinya juga demikian, semacam di-copy paste.

"Bang Aco, Boy. Buruan diangkat!"

Teriakan itu menyadarkan Geboy buat buru-buru menekan screen hijau. Ia lantas mengucap kata 'halo' dan salam, lalu menunggu senior yang ia cari-cari dari kemarin itu untuk berbicara. Dengan sabar ia dan Komal mendengarnya.

"Sori, Boy, kemarin gue lagi sibuk-sibuknya. Ada apa? Kayaknya penting."

Geboy menelan ludah. "Anu, Bang. Besok ikut nge-track, nggak?"

"Jam berapa?"

"Kayak biasa."

"Gue usahain. Kenapa emang?"

Ragu, Geboy memandangi Komal, seakan meminta saran haruskah ia mengutarakan niatnya. Setelah mendapat anggukan dan pundaknya terus-menerus ditepuk, lelaki yang berkeringat dingin--sebab pusing dan gugup sekaligus--itu mulai serius.

"Gue mau minta tolong buat jadi mentor di persiapan LKS nanti."

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Alpha
1302      644     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...
(Un)Dead
527      286     0     
Fan Fiction
"Wanita itu tidak mati biarpun ususnya terburai dan pria tadi一yang tubuhnya dilalap api一juga seperti itu," tukas Taehyung. Jungkook mengangguk setuju. "Mereka seperti tidak mereka sakit. Dan anehnya lagi, kenapa mereka mencoba menyerang kita?" "Oh ya ampun," kata Taehyung, seperti baru menyadari sesuatu. "Kalau dugaanku benar, maka kita sedang dalam bahaya besar." "...
Under The Moonlight
1539      853     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Demi Keadilan:Azveera's quest
695      386     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...
The Maze Of Madness
3776      1537     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
DI ANTARA DOEA HATI
852      440     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
MAMPU
4847      1993     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...
Our Different Way
3605      1517     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Bumi yang Dihujani Rindu
4963      1923     3     
Romance
Sinopsis . Kiara, gadis bermata biru pemilik darah Rusia Aceh tengah dilanda bahagia. Sofyan, teman sekampusnya di University of Saskatchewan, kini menjawab rasa rindu yang selama ini diimpikannya untuk menjalin sebuah ikatan cinta. Tak ada lagi yang menghalangi keduanya. Om Thimoty, ayah Kiara, yang semula tak bisa menerima kenyataan pahit bahwa putri semata wayangnya menjelma menjadi seorang ...
Ludere Pluvia
830      488     0     
Romance
Salwa Nabila, seorang gadis muslim yang selalu berdoa untuk tidak berjodoh dengan seseorang yang paham agama. Ketakutannya akan dipoligami adalah penyebabnya. Apakah doanya mampu menghancurkan takdir yang sudah lama tertulis di lauhul mahfudz? Apakah Jayden Estu Alexius, seorang pria yang tak mengenal apapun mengenai agamanya adalah jawaban dari doa-doanya? Bagaimanakah perjalanan kisah ...