Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Jarang-jarang lab praktik hening seperti sekarang. Biasanya, selain saat sepi, tempat itu pasti bising karena ulah anak TSM yang mengotak-atik mesin dan bahan bongkaran lain. Meski cuma dua orang sekalipun, enggak semestinya suara knalpot dari jalan raya lebih mendominasi ruangan ini. Geboy sendiri juga heran, kenapa gurunya lama sekali memeriksa pekerjaannya? Apakah ada yang salah? Bagian mana? Kenapa?

Lelaki yang mengenakan seragam jurusan itu lantas mengusap keningnya menggunakan handuk kecil, lupa kalau ia baru saja mengelap jok motor dengan itu. Alhasil, kini separuh mukanya cemong dan makin lusuh. Perpaduan yang pas dengan keringat yang masih mengucur di sana-sini. Ia belum tahu apa-apa karena enggak ada kaca di sana--kecuali spion. Geboy hanya mendengkus lalu menelan ludah, mulai lelah dengan ketelitian Pak Bonang hari ini.

"Bagus sih, Boy, tapi nggak rapi."

"Apanya, Pak?"

"Hasilnya."

Ya ngerti, batin Geboy. Ia sontak memutar bola matanya malas. Hal yang perlu dibahas adalah detail letak yang mesti dibenahi, bukan sekadar garis besar yang poinnya saja enggak jelas di mana. Kalau begitu, bagaimana ia bisa memperbaiki dengan benar? Heran. Kadang rambut botak lelaki tua itu enggak jadi justifikasi kalau ia super-jenius dan bisa diandalkan.

"Lihat, ini masih kendor. Kamu buru-buru banget ngerjainnya, jadi nggak maksimal. Bisa mati anak orang kalau servisan motor mereka kayak gini."

"Maaf, Pak. Lain kali saya akan lebih teliti."

"Nggak cuma teliti, Boy, tapi telaten. Udah beberapa kali Bapak lihat kamu macam dikejar setan. Pelan-pelan aja. Toh, ini masih latihan."

Geboy menunduk. Memang titisan setan, sih, yang selalu membayanginya. (re: Randu)

"Iya, Pak. Kalau gitu, saya ulangi dulu."

"Nggak. Nggak usah. Kamu istirahat aja sana. Ngopi-ngopi atau makan gorengan di kantin. Kalau udah mendingan baru boleh pegang alat. Fokusmu dari tadi lari-larian, Bapak nggak mau buang-buang waktu nungguin kerjaan orang yang nggak fit pikirannya."

"Makasih, Pak. Maaf sekali lagi."

Guru pembimbing itu mengangguk kecil, lalu mengusir Geboy dari sana. Anak itu pun menurut. Mau tetap di sana bakal sia-sia karena apa yang dikatakan Pak Bonang ada benarnya. Selain lelah--mengingat hampir dua jam ia mengurung diri di lab--Geboy juga lapar. Dari pagi, hanya sepotong roti dengan selai melon yang ia makan. Agaknya mendoan panas plus siraman bumbu kacang bisa mengobati kekacauan ini. Harapannya.

Usai mencuci muka di wastafel, Geboy menuju kantin sekolah, tepatnya di kedai paling ujung yang jadi langganan anak jurusan Teknik Sepeda Motor. Ia duduk di deretan bangku Komal dkk tanpa salam, kemudian berteriak 'kayak biasa' ke Mak Tun yang baru saja menaruh dua gelas es teh ke sebelah.

"Kepleh ya, Le?"

"Iya, Mak. Sama es jeruk juga, ya."

"Oke, siap."

Geboy tersenyum lima detik. Raut mukanya lekas kembali menekuk. Ia bahkan enggak sadar membenturkan wajah di meja berkali-kali sambil menggumamkan kata yang entah apa bunyinya. Komal pun refleks geleng-geleng, lalu mengambil es batu dari gelas--dengan cara diobok--dan meletakkan itu di tengkuk Geboy.

"Ngadem dulu."

"Yang panas otaknya, Mal."

"Oo, gue kira hati lo."

Geboy seketika bangkit. "Nggak."

"Lo kenapa? Dateng-dateng tampang kayak pantat panci abis dikerok. Diapain lo sama Pak Bonang?"

"Nggak apa-apa sih, dikritik doang."

"Karena?"

"Kurang rapi hasilnya," jawab Geboy jujur.

Percakapan mereka sempat terhenti saat Mak Tun menyuguhkan pesanan Geboy yang masih mengepulkan asap. Lelaki itu enggak lupa berterima kasih, sebelum kembali menghadap Komal dan mengabaikan tempe letoy super-menggiurkan yang dilumuri saus dan kecap manis. Nafsu makannya menurun drastis kalau sudah membahas hal-hal kayak gini.

"Gue tebak, lo grasak-grusuk lagi, ya?"

Seperti ditembak tepat pada sasaran, Geboy enggak berkutik. Ia diam saja, yang membuat Komal makin enggak ngerti lagi dengan kelakuan kawan karibnya itu.

"Anjir, lagu lama banget dari kapan hari nggak beres-beres. Kenapa sih, Boy? Walaupun bener entar timing juga ngaruh, kan nggak harus lo ngebut banget ngerjainnya."

Geboy berdecak. "Gue nggak ngerasa buru-buru amat kok, Mal. Biasa aja."

"Tapi nyatanya?"

"Ya gitu."

Desahan pasrah pun muncul lagi. Apa boleh buat, antara otak dan tangan Geboy kadang enggak sinkron. Bukan kadang, tapi sering. Seperti tadi, ia sudah cukup memperhatikan detail dan menyelesaikan tugas sesuai prosedur. Tapi, eksekusinya bisa melampaui perkiraan hingga dua kali lipat. Katakanlah, ketika orang biasa menggosok sesuatu butuh waktu sepuluh detik, Geboy kelar lima detik lebih awal. Bukannya bersih, yang ada cuma kelewat sekenanya.

Geboy tahu itu, tapi ia perlu meningkatkan kecepatan.

"Lo abis nonton reels terbarunya SMK Makmur, ya?"

Komal bertanya, tapi lelaki yang diajak bicara masih bergeming dan menatap piringnya dengan kosong. Lagi, Komal berteriak di samping telinga Geboy sambil memegangi kepalanya.

"Hah? Apa?" sahut bocah yang kesadarannya berhasil muncul lagi.

"Lo lihat video Randu yang baru, kan?"

"Iya. Tadi pas istirahat pertama."

"Pantes. Perkara lama bisa makin menjadi-jadi. Ada trigger-nya ternyata. Come on, Boy. Lo nggak harus saingan terus sama dia."

"Lo lupa? Kalau gue nggak serius di LKS ini, dia bisa-bisa menang dan jadi ketua Geng Senter. Lo sama anak-anak sendiri yang bilang kalau nggak mau itu sampai kejadian."

Komal mengerti. "Gue paham, tapi jangan anggap beban gitu lah, yang ada malah lo makin berantakan. Jadiin motivasi aja."

"Motivasi bapak lo! Ngomong doang enak."

Geboy mulai mengumpat. Meja sebelah seketika berbisik-bisik. Bodo amat, pikirnya. Kang gosip di sekolah mereka bisa berasal dari berbagai jenis makhluk hidup. Mungkin semut yang rebutan kremesan itu juga membicarakan kadar insecure-nya.

Terus berseteru, ponsel Geboy berdering dan memecah fokus. Ia pun menutup mulut lalu segera membuka chat masuk. Hmcakep, papanya mengirim pesan berupa link Instagram yang menampakkan muka Randu segede layar. Tai memang, Geboy lagi-lagi mengumpat dalam hati.

(Bukan) Papa saya
Dari sekolahmu nggak bikin ini juga? Atau kamu-nya yang belum bener praktiknya, jadi nggak ada konten?

Geboy mengusap wajah. Kalau jujur, ada kemungkinan papanya membalas dengan kalimat yang lebih makan oli, seperti Randu memang lebih oke daripada kamu dari segi apa pun, atau, bisa-bisa setelah ini kamu lengser dari Senter secara estetis.

Dari kecil, Randu selalu di atasnya. Apa pun. Nilai, skill, jumlah teman, bahkan tampangnya lebih ganteng. Satu-satunya hal yang enggak lelaki itu punya adalah jabatan ketua Geng Senter. Tapi, kalau gini ceritanya, the one and only kebanggaan Geboy dapat beralih tangan dengan mudah.

Melihat penampakan kawannya yang jauh lebih pucat dari lima menit sebelumnya, Komal langsung menepuk-nepuk punggung Geboy. Ia juga sesekali mengelusnya, lalu merangkul pundak. Sekilas ia bisa membaca pesan yang dikirim Abi. Perlakuan spesial lelaki itu pada keponakannya bukanlah rahasia keluarga. Hampir seluruh anak tongkrongan Geboy mengetahuinya, dan Komal paling khatam.

"Kalau sumpek, cerita aja, Boy."

"Bosen. Itu-itu mulu kasusnya."

Komal manggut-manggut. "Kayaknya lo butuh amunisi tambahan, deh. Pak Bonang kurang jelas ngajarnya. Coba lo cari mentor."

Geboy sontak menoleh. "Mentor?"

"Iya, kayak guru les, tapi yang udah pengalaman di lomba kompetensi ini. Barangkali dia banyak masukan kan, jadi lo nggak kosongan banget."

"Boleh sih, tapi siapa?"

Komal menyeringai. "Ya siapa lagi? Ketua tahun lalu, lah. Kan dia menang."

"Iya juga, ya."

Geboy mengembuskan napas panjang. Ia pun tersenyum dan menyalami Komal dengan semangat.

***

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Le Papillon
3256      1284     0     
Romance
Victoria Rawles atau biasa di panggil Tory tidak sabar untuk memulai kehidupan perkuliahannya di Franco University, London. Sejak kecil ia bermimpi untuk bisa belajar seni lukis disana. Menjalani hari-hari di kampus ternyata tidak mudah. Apalagi saat saingan Tory adalah putra-putri dari seorang seniman yang sangat terkenal dan kaya raya. Sampai akhirnya Tory bertemu dengan Juno, senior yang terli...
Premium
Claudia
7150      1809     1     
Fan Fiction
Ternyata kebahagiaan yang fana itu benar adanya. Sialnya, Claudia benar-benar merasakannya!!! Claudia Renase Arditalko tumbuh di keluarga kaya raya yang amat menyayanginya. Tentu saja, ia sangat bahagia. Kedua orang tua dan kakak lelaki Claudia sangat mengayanginya. Hidup yang nyaris sempurna Claudia nikmati dengan senang hati. Tetapi, takdir Tuhan tak ada yang mampu menerka. Kebahagiaan C...
ASA
5419      1708     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
Jelek? Siapa takut!
3674      1548     0     
Fantasy
"Gue sumpahin lo jatuh cinta sama cewek jelek, buruk rupa, sekaligus bodoh!" Sok polos, tukang bully, dan naif. Kalau ditanya emang ada cewek kayak gitu? Jawabannya ada! Aine namanya. Di anugerahi wajah yang terpahat hampir sempurna membuat tingkat kepercayaan diri gadis itu melampaui batas kesombongannya. Walau dikenal jomblo abadi di dunia nyata, tapi diam-diam Aine mempunyai seorang pac...
Seharap
8021      2704     2     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Campus Love Story
8766      1989     1     
Romance
Dua anak remaja, yang tiap hari bertengkar tanpa alasan hingga dipanggil sebagai pasangan drama. Awal sebab Henan yang mempermasalahkan cara Gina makan bubur ayam, beranjak menjadi lebih sering bertemu karena boneka koleksi kesukaannya yang hilang ada pada gadis itu. Berangkat ke kampus bersama sebagai bentuk terima kasih, malah merambat menjadi ingin menjalin kasih. Lantas, semulus apa perjal...
Mr.Cool I Love You
137      121     0     
Romance
Andita harus terjebak bersama lelaki dingin yang sangat cuek. Sumpah serapah untuk tidak mencintai Andrean telah berbalik merubah dirinya. Andita harus mencintai lelaki bernama Andrean dan terjebak dalam cinta persahabatan. Namun, Andita harus tersiksa dengan Andrean karena lelaki dingin tersebut berbeda dari lelaki kebanyakan. Akankah Andita bisa menaklukan hati Andrean?
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
8620      2302     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
Luka atau bahagia?
5060      1465     4     
Romance
trauma itu sangatlah melekat di diriku, ku pikir setelah rumah pertama itu hancur dia akan menjadi rumah keduaku untuk kembali merangkai serpihan kaca yang sejak kecil sudah bertaburan,nyatanya semua hanyalah haluan mimpi yang di mana aku akan terbangun,dan mendapati tidak ada kesembuhan sama sekali. dia bukan kehancuran pertama ku,tapi dia adalah kelanjutan dari kisah kehancuran dan trauma yang...
ALMOND
1138      651     1     
Fan Fiction
"Kamu tahu kenapa aku suka almond?" Anara Azalea menikmati potongan kacang almond ditangannya. "Almond itu bagian penting dalam tubuh kita. Bukan kacang almondnya, tapi bagian di otak kita yang berbentuk mirip almond." lanjut Nara. "itu amygdala, Ra." Ucap Cio. "Aku lebih suka panggilnya Almond." Nara tersenyum. "Biar aku bisa inget kalau Almond adalah rasa yang paling aku suka di dunia." Nara ...