Read More >>"> Asoy Geboy (Chapter 4 - Aspal Panas) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Biasanya Minggu pagi Geboy habiskan dengan berburu street food di wilayah car free day. Kalau beruntung, ia bisa sekalian cuci mata berbagai keunikan agenda komunitas yang memenuhi jalan. Dulu, saking kepo-nya, ia mendekam bersama bapak-bapak Tionghoa yang bermeditasi di daerah taman. Mereka cuma bermodal tikar dan musik Mandarin yang suaranya kalah kencang dari speaker senam dangdut. Tapi sekarang, yang ia bahkan enggak beranjak satu senti pun dari kasur. Alarm yang berbunyi satu jam lalu terus-terusan ditunda dan ia kembali memeluk guling.

Alasan kadar mager itu meningkat ada dua: Geboy enggak punya teman karena Komal ikut ibunya belanja ke pasar, dan sekujur tubuhnya linu enggak karuan saat baru bangun tidur. Pundak, lengan, paha, sampai betisnya cenat-cenut seperti mau lepas dari tubuh--kebiasaan kalau sakit pasti lebay banget. Setiap bergerak, bunyi 'kretek' yang amat miris memenuhi telinga Geboy. Bukannya lega, justru makin lemas rasanya.

Geboy merutuki kebodohannya kemarin yang latihan sampai sore, magrib masih main, malam tetap belajar, dan tidur telat gara-gara nonton vlog YouTube. What a perfect combo. Kini, ia mencoba bangkit karena matahari makin naik dan harus bersiap ke Warung Abah, tongkrongan Geng Senter.

"Ma!"

Lelaki itu turun dan mencari keberadaan penghuni rumah. Sayangnya nihil. Hanya ada sticky note di meja makan yang bertuliskan: cepat mandi, jangan lupa sarapan, kalau kelayapan jangan lupa makan siang, dan pulangnya jangan kemalaman. Super sekali. Bahkan mamanya lupa memberi tahu ke mana ia pergi.

"Bodo amat, deh."

Geboy lantas mengunyah roti panggang yang ada di meja sambil membaca pesan di grup. Banyak anggota yang sudah berkumpul karena langsung ke lokasi setelah CFD-an. Biar enggak bolak-balik, katanya. Satu per satu yang datang mengirim pap sebagai presensi, enggak terkecuali si Randu yang membagikan selfie di atas skuter miliknya.

"Anjir, dia datang duluan dari gue."

Geboy langsung melesat ke kamar mandi, gosok gigi sekenanya dan bersih diri sekitar sepuluh menit, lalu berganti pakaian dan buru-buru memanasi mesin Honda CB-nya. Ia memakai kaus hitam dan celana jeans pendek, plus sneaker putih yang dicat abstrak menggunakan pilok. Enggak perlu mewah karena jaket geng motornya--yang sebenarnya sudah lusuh dan agak mengelupas--lebih keren dan menjual.

Setelah menulis note balasan untuk mamanya, Geboy berangkat. Butuh waktu hampir dua puluh menit karena jalan raya sedang padat. Untunglah bau aspal panas hari ini dapat menenangkan pikirannya. Bisa bikin melek juga, pikir Geboy.

Lelaki yang rambutnya sengaja dibuat natural berantakan itu lekas menyalami anggota yang duduk mengelilingi meja. Ia melirik sekilas ke arah Randu yang sibuk sendiri di pojok kanan, memperbaiki motor bawaan yang dititipkan warga seperti biasa. Geboy lalu duduk dan memesan indomie telur porsi double dengan toping kornet.

"Laper, Boy?"

Sang empunya nama itu seketika mendongak. "Lah, katanya ke pasar?"

Komal yang lebih dulu tiba di situ sontak tertawa receh. "Lo percaya gue se-berbakti itu ke nyokap?"

"Sat! Padahal gue udah serius."

"Gue males aja kalau harus nemenin lo keliling nyari makan kayak anak cewek. Mana ujung-ujungnya yang dibeli sempol ayam sama telur gulung lagi. Bosen."

"Kan lo bisa jujur aja, tai!"

Geboy lanjut ngedumel yang makin ditertawakan oleh anak-anak lain. Pasalnya, ketua mereka itu memang suka ngebanyolchill, dan suka mengumpat di sana-sini. Meski begitu, Geboy tetaplah leader yang baik. Ia aktif mengontrol jalannya program, sering inisiatif di berbagai kegiatan, dan mau mendengarkan masukan--selama bukan dari sepupunya.

Sambil meladeni guyonan Komal dkk, Geboy kembali mencuri pandang ke arah Randu. Lelaki itu enggak pernah ketinggalan show off keahliannya di bidang otomotif. Meski cenderung sendirian dan hanya mengobrol kalau ada rapat, Randu tetap setia datang dan mengikuti rutinitas Geng Senter sebagaimana mestinya. Malah, ia enggak pernah absen.

"Hari ini nggak banyak yang minta ngecek motornya, ya?" tanya Geboy setelah lelah mengamati Randu.

"Iya, cuma satu yang dipegang musuh bebuyutan lo itu."

"Udah pasti. Dia kan yang paling rajin masalah ginian. Warga sini mah udah hafal. Malah pernah dulu pas gue jaga, mereka nyarinya tetep si Randu," timpal anak yang lain.

Salah satu kegiatan Geng Senter adalah memberi servis ringan secara gratis untuk warga sekitar Warung Abah. Hitung-hitung sebagai bentuk silaturahmi karena mereka sering mampir dan berbuat gaduh. Program ini berjalan sejak lima tahun lalu, jauh sebelum Geboy ikut bergabung. Ia dan Randu masuk hampir bersamaan pula. Cuma selisih lima hari. Tentu, Geboy duluan. Sepupunya baru menyusul setelah mendengar kabar itu dari omnya--papa Randu.

"Lo sebagai ketua juga harus ngambil hati mereka, Boy, secara kalau ada apa-apa entar kan lo yang dicariin. Jangan sampai malah Randu yang lebih dikenal. Image, Bro." Komal mulai memprovokasi--lebih tepatnya mencoba mengembalikan kesadaran Geboy.

"Iya. Entar kalau ada motor yang masuk, gue yang pegang."

"Nah, gitu, dong."

Geboy menghela napas, lalu teringat sesuatu. "Btw, Bang Aco belum kelihatan, ya?"

Komal meneguk es tehnya. "Ngapain nyari dia?"

"Lo sendiri yang nyuruh cari tutor."

"Oo, lo mau minta tolong ke dia?"

"Mau ke siapa lagi?" Geboy menyilangkan tangan. "Kan dia yang baru lulus tahun lalu, jadi kurikulumnya nggak jauh beda dari kita. Lagian senior lain pasti jauh lebih sibuk."

"Iya, sih. Tapi anak kuliahan juga sibuk, Boy."

"Ambil jurusan apa dia? Gue lupa," tanya salah satu lelaki yang mengangkat kaki ke kursi dan mengunyah tahu isi.

"Teknik Mesin."

"Widih, nggak mau jauh-jauh amat dari motor."

"Teknik Mesin nggak ngurusin motor doang, tolol!" Geboy menoyor kawannya.

"Maksud gue, at least dia nggak ngambil psikologi atau kedokteran gitu, lho. Tetep ada mesin-mesinnya."

"Ya kali ke FK, yang ada pasiennya entar diinfus pake oli."

Geboy makin terkekeh. Ia bahkan refleks memukul lengan teman di sampingnya saking geregetan. Gelak tawa itu mengambil alih atensi di sekitar Warung Abah, termasuk fokusnya Randu. Ia sampai berhenti bekerja dan melengos, menghindari seringai Geboy yang menatapnya.

"Eh, Boy, tuh ada yang datang," tunjuk Komal pada sosok yang mendorong motornya dari arah timur.

"Oke, gue ke sana dulu."

Bukan maksud Geboy menghampiri Randu, tapi tempat layanan servis Geng Senter hanya di situ. Ia pun hendak mendekati gadis yang makin dekat dengan mereka. Tapi, tiba-tiba Randu berdiri dan menghalangi jalannya.

"Apa?" tanya Geboy ketus.

"Balik main sama temen-temen lo sana. Biar gue yang kerjain."

"Ngerasa bisa banget lo?"

"Lha emangnya enggak? Minimal lo ngaca dulu sih sebelum ngomong."

"Sat!"

Tangan Geboy tersangkut di udara. Randu sontak berdecak karena sepupunya itu enggak bakal berani menyentuhnya.

"Dari dulu lo cuma mau nyari temen, kan? Nggak heran kalau kemarin kepilih jadi ketua. Menang massa, kalah skill."

Geboy maju dua langkah. Kini jaraknya dengan Randu hanya sekitar dua jengkal. Tinggi mereka hampir sama sampai bisa merasakan deru napas masing-masing.

"Bilang aja kalau lo iri sama gue. Nggak usah kebanyakan gaya. Mau lo pamer apa pun di sini, nggak bakal ada yang peduli."

"Papa lo peduli. Malah kalau bisa, dia lebih milih gue jadi anaknya daripada lo."

Urat-urat Geboy makin terlihat. Kerutan pada keningnya kian tegas dan raut wajahnya berubah merah padam. Kepalan yang ditahan sedari tadi pun meluncur tanpa sadar hingga lawan bicaranya jatuh membentur tanah. Seketika para anggota di warung beranjak dan memisahkan keduanya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mendung (Eccedentesiast)
4670      1560     0     
Romance
Kecewa, terluka adalah hal yang tidak bisa terhindarkan dari kehidupan manusia. Jatuh, terpuruk sampai rasanya tak sanggup lagi untuk bangkit. Perihal kehilangan, kita telah belajar banyak hal. Tentang duka dan tentang takdir yang kuasa. Seiring berjalannya waktu, kita berjalan maju mengikuti arah sang waktu, belajar mencari celah kebahagiaan yang fana. Namun semesta tak pernah memihak k...
Play Me Your Love Song
2798      1167     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Under a Falling Star
657      399     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
4945      2046     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
When Magenta Write Their Destiny
3448      1128     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Under The Moonlight
1425      786     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Palette
3596      1511     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
The Last tears
521      299     0     
Romance
Berita kematian Rama di group whatsap alumni SMP 3 membuka semua masa lalu dari Tania. Laki- laki yang pernah di cintainya, namun laki- laki yang juga membawa derai air mata di sepanjang hidupnya.. Tania dan Rama adalah sepasang kekasih yang tidak pernah terpisahkan sejak mereka di bangku SMP. Namun kehidupan mengubahkan mereka, ketika Tania di nyatakan hamil dan Rama pindah sekolah bahkan...
Edelweiss: The One That Stays
1233      528     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
The Last Blooming Flower
5895      1934     1     
Romance
Di ambang putus asa mencari kakaknya yang 20 tahun hilang, Sora bertemu Darren, seorang doktor psikologi yang memiliki liontin hati milik Ian—kakak Sora yang hilang. Sora pun mulai menerka bahwa Darren ada kunci untuk menemukan Ian. Namun sayangnya Darren memiliki kondisi yang membuatnya tidak bisa merasakan emosi. Sehingga Sora meragukan segala hal tentangnya. Terlebih, lelaki itu seperti beru...