Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Biasanya Minggu pagi Geboy habiskan dengan berburu street food di wilayah car free day. Kalau beruntung, ia bisa sekalian cuci mata berbagai keunikan agenda komunitas yang memenuhi jalan. Dulu, saking kepo-nya, ia mendekam bersama bapak-bapak Tionghoa yang bermeditasi di daerah taman. Mereka cuma bermodal tikar dan musik Mandarin yang suaranya kalah kencang dari speaker senam dangdut. Tapi sekarang, yang ia bahkan enggak beranjak satu senti pun dari kasur. Alarm yang berbunyi satu jam lalu terus-terusan ditunda dan ia kembali memeluk guling.

Alasan kadar mager itu meningkat ada dua: Geboy enggak punya teman karena Komal ikut ibunya belanja ke pasar, dan sekujur tubuhnya linu enggak karuan saat baru bangun tidur. Pundak, lengan, paha, sampai betisnya cenat-cenut seperti mau lepas dari tubuh--kebiasaan kalau sakit pasti lebay banget. Setiap bergerak, bunyi 'kretek' yang amat miris memenuhi telinga Geboy. Bukannya lega, justru makin lemas rasanya.

Geboy merutuki kebodohannya kemarin yang latihan sampai sore, magrib masih main, malam tetap belajar, dan tidur telat gara-gara nonton vlog YouTube. What a perfect combo. Kini, ia mencoba bangkit karena matahari makin naik dan harus bersiap ke Warung Abah, tongkrongan Geng Senter.

"Ma!"

Lelaki itu turun dan mencari keberadaan penghuni rumah. Sayangnya nihil. Hanya ada sticky note di meja makan yang bertuliskan: cepat mandi, jangan lupa sarapan, kalau kelayapan jangan lupa makan siang, dan pulangnya jangan kemalaman. Super sekali. Bahkan mamanya lupa memberi tahu ke mana ia pergi.

"Bodo amat, deh."

Geboy lantas mengunyah roti panggang yang ada di meja sambil membaca pesan di grup. Banyak anggota yang sudah berkumpul karena langsung ke lokasi setelah CFD-an. Biar enggak bolak-balik, katanya. Satu per satu yang datang mengirim pap sebagai presensi, enggak terkecuali si Randu yang membagikan selfie di atas skuter miliknya.

"Anjir, dia datang duluan dari gue."

Geboy langsung melesat ke kamar mandi, gosok gigi sekenanya dan bersih diri sekitar sepuluh menit, lalu berganti pakaian dan buru-buru memanasi mesin Honda CB-nya. Ia memakai kaus hitam dan celana jeans pendek, plus sneaker putih yang dicat abstrak menggunakan pilok. Enggak perlu mewah karena jaket geng motornya--yang sebenarnya sudah lusuh dan agak mengelupas--lebih keren dan menjual.

Setelah menulis note balasan untuk mamanya, Geboy berangkat. Butuh waktu hampir dua puluh menit karena jalan raya sedang padat. Untunglah bau aspal panas hari ini dapat menenangkan pikirannya. Bisa bikin melek juga, pikir Geboy.

Lelaki yang rambutnya sengaja dibuat natural berantakan itu lekas menyalami anggota yang duduk mengelilingi meja. Ia melirik sekilas ke arah Randu yang sibuk sendiri di pojok kanan, memperbaiki motor bawaan yang dititipkan warga seperti biasa. Geboy lalu duduk dan memesan indomie telur porsi double dengan toping kornet.

"Laper, Boy?"

Sang empunya nama itu seketika mendongak. "Lah, katanya ke pasar?"

Komal yang lebih dulu tiba di situ sontak tertawa receh. "Lo percaya gue se-berbakti itu ke nyokap?"

"Sat! Padahal gue udah serius."

"Gue males aja kalau harus nemenin lo keliling nyari makan kayak anak cewek. Mana ujung-ujungnya yang dibeli sempol ayam sama telur gulung lagi. Bosen."

"Kan lo bisa jujur aja, tai!"

Geboy lanjut ngedumel yang makin ditertawakan oleh anak-anak lain. Pasalnya, ketua mereka itu memang suka ngebanyolchill, dan suka mengumpat di sana-sini. Meski begitu, Geboy tetaplah leader yang baik. Ia aktif mengontrol jalannya program, sering inisiatif di berbagai kegiatan, dan mau mendengarkan masukan--selama bukan dari sepupunya.

Sambil meladeni guyonan Komal dkk, Geboy kembali mencuri pandang ke arah Randu. Lelaki itu enggak pernah ketinggalan show off keahliannya di bidang otomotif. Meski cenderung sendirian dan hanya mengobrol kalau ada rapat, Randu tetap setia datang dan mengikuti rutinitas Geng Senter sebagaimana mestinya. Malah, ia enggak pernah absen.

"Hari ini nggak banyak yang minta ngecek motornya, ya?" tanya Geboy setelah lelah mengamati Randu.

"Iya, cuma satu yang dipegang musuh bebuyutan lo itu."

"Udah pasti. Dia kan yang paling rajin masalah ginian. Warga sini mah udah hafal. Malah pernah dulu pas gue jaga, mereka nyarinya tetep si Randu," timpal anak yang lain.

Salah satu kegiatan Geng Senter adalah memberi servis ringan secara gratis untuk warga sekitar Warung Abah. Hitung-hitung sebagai bentuk silaturahmi karena mereka sering mampir dan berbuat gaduh. Program ini berjalan sejak lima tahun lalu, jauh sebelum Geboy ikut bergabung. Ia dan Randu masuk hampir bersamaan pula. Cuma selisih lima hari. Tentu, Geboy duluan. Sepupunya baru menyusul setelah mendengar kabar itu dari omnya--papa Randu.

"Lo sebagai ketua juga harus ngambil hati mereka, Boy, secara kalau ada apa-apa entar kan lo yang dicariin. Jangan sampai malah Randu yang lebih dikenal. Image, Bro." Komal mulai memprovokasi--lebih tepatnya mencoba mengembalikan kesadaran Geboy.

"Iya. Entar kalau ada motor yang masuk, gue yang pegang."

"Nah, gitu, dong."

Geboy menghela napas, lalu teringat sesuatu. "Btw, Bang Aco belum kelihatan, ya?"

Komal meneguk es tehnya. "Ngapain nyari dia?"

"Lo sendiri yang nyuruh cari tutor."

"Oo, lo mau minta tolong ke dia?"

"Mau ke siapa lagi?" Geboy menyilangkan tangan. "Kan dia yang baru lulus tahun lalu, jadi kurikulumnya nggak jauh beda dari kita. Lagian senior lain pasti jauh lebih sibuk."

"Iya, sih. Tapi anak kuliahan juga sibuk, Boy."

"Ambil jurusan apa dia? Gue lupa," tanya salah satu lelaki yang mengangkat kaki ke kursi dan mengunyah tahu isi.

"Teknik Mesin."

"Widih, nggak mau jauh-jauh amat dari motor."

"Teknik Mesin nggak ngurusin motor doang, tolol!" Geboy menoyor kawannya.

"Maksud gue, at least dia nggak ngambil psikologi atau kedokteran gitu, lho. Tetep ada mesin-mesinnya."

"Ya kali ke FK, yang ada pasiennya entar diinfus pake oli."

Geboy makin terkekeh. Ia bahkan refleks memukul lengan teman di sampingnya saking geregetan. Gelak tawa itu mengambil alih atensi di sekitar Warung Abah, termasuk fokusnya Randu. Ia sampai berhenti bekerja dan melengos, menghindari seringai Geboy yang menatapnya.

"Eh, Boy, tuh ada yang datang," tunjuk Komal pada sosok yang mendorong motornya dari arah timur.

"Oke, gue ke sana dulu."

Bukan maksud Geboy menghampiri Randu, tapi tempat layanan servis Geng Senter hanya di situ. Ia pun hendak mendekati gadis yang makin dekat dengan mereka. Tapi, tiba-tiba Randu berdiri dan menghalangi jalannya.

"Apa?" tanya Geboy ketus.

"Balik main sama temen-temen lo sana. Biar gue yang kerjain."

"Ngerasa bisa banget lo?"

"Lha emangnya enggak? Minimal lo ngaca dulu sih sebelum ngomong."

"Sat!"

Tangan Geboy tersangkut di udara. Randu sontak berdecak karena sepupunya itu enggak bakal berani menyentuhnya.

"Dari dulu lo cuma mau nyari temen, kan? Nggak heran kalau kemarin kepilih jadi ketua. Menang massa, kalah skill."

Geboy maju dua langkah. Kini jaraknya dengan Randu hanya sekitar dua jengkal. Tinggi mereka hampir sama sampai bisa merasakan deru napas masing-masing.

"Bilang aja kalau lo iri sama gue. Nggak usah kebanyakan gaya. Mau lo pamer apa pun di sini, nggak bakal ada yang peduli."

"Papa lo peduli. Malah kalau bisa, dia lebih milih gue jadi anaknya daripada lo."

Urat-urat Geboy makin terlihat. Kerutan pada keningnya kian tegas dan raut wajahnya berubah merah padam. Kepalan yang ditahan sedari tadi pun meluncur tanpa sadar hingga lawan bicaranya jatuh membentur tanah. Seketika para anggota di warung beranjak dan memisahkan keduanya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Orange Haze
605      419     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
Premium
Beauty Girl VS Smart Girl
12673      3334     30     
Inspirational
Terjadi perdebatan secara terus menerus membuat dua siswi populer di SMA Cakrawala harus bersaing untuk menunjukkan siapa yang paling terbaik di antara mereka berdua Freya yang populer karena kecantikannya dan Aqila yang populer karena prestasinya Gue tantang Lo untuk ngalahin nilai gue Okeh Siapa takut Tapi gue juga harus tantang lo untuk ikut ajang kecantikan seperti gue Okeh No problem F...
Teman Berbagi
4304      1624     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...
Love Like Lemonade
4975      1678     3     
Romance
Semula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Neraka bagi cewek itu. Bagaimana tidak? Cowok bernama Alvin Geraldy selalu melakukan segala cara untuk membalas Vanta. Tidak pernah kehabisan akal...
Konspirasi Asa
3044      1121     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...
Edelweiss: The One That Stays
2595      1079     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
Lily
2144      980     4     
Romance
Apa kita harus percaya pada kesetiaan? Gumam Lily saat memandang papan nama bunga yang ada didepannya. Tertulis disana Bunga Lily biru melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan kepatuhan. Lily hanya mematung memandang dalam bunga biru yang ada didepannya tersebut.
Zona Elegi
635      418     0     
Inspirational
Tertimpa rumor tak sedap soal pekerjaannya, Hans terpaksa berhenti mengabadikan momen-momen pernikahan dan banting setir jadi fotografer di rumah duka. Hans kemudian berjumpa dengan Ellie, gadis yang menurutnya menyebalkan dan super idealis. Janji pada sang nenek mengantar Ellie menekuni pekerjaan sebagai perias jenazah, profesi yang ditakuti banyak orang. Sama-sama bekerja di rumah duka, Hans...
Marry
1886      892     0     
Fantasy
Orang-orang terdekat menghilang, mimpi yang sama datang berulang-ulang, Marry sempat dibuat berlalu lalang mencari kebenaran. Max yang dikenal sebagai badut gratis sekaligus menambatkan hatinya hanya pada Orwell memberi tahu bahwa sudah saatnya Marry mengetahui sesuatu. Sesuatu tentang dirinya sendiri dan Henry.
I'm not the main character afterall!
1504      789     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...