Read More >>"> Mencari Pangeran Yang Hilang (BAB 12 ~ BERDUA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mencari Pangeran Yang Hilang
MENU
About Us  

 

 SENJA sudah lama berlalu. Hanya derik jangkrik dan hembusan angin malam yang menemani dua insan yang masih berdiri saing berhadapan. Tanpa berkata beberapa detik lamanya. Saling mencuri pandang. Hingga sebuah cahaya lampu di sudut sekolah bersinar. Membuat mereka segera sadar jika waktu tak akan membiarkan mereka begitu saja untuk waktu yang lama. 
“Ikuti aku!” Pinta Eri berjalan menjauh. Meninggalkan Naru yang masih belum percaya. Walaupun akhirnya dia tak bisa hanya mematung saja. Tanpa sadar dia pun mengikutinya. 
Langkah kakinya yang kecil-kecil namun cepat membuat Naru tak bisa berhenti memandanginya. Tubuh yang terbalut baju serba tertutup itu membuatnya tak sadar jika sosoknya berlomba dengan bayangan malam. 
Naru melihatnya yang kini telah berada di depan sebuah ruangan. Beberapa kali dia terlihat waspada melihat ke segala penjuru. Memastikan tidak ada orang lain yang melihat. 
Ketika di buka, ruangan itu langsung tercium bau karbon dan obat-obatan. Sebuah ranjang dan kotak obat yang terpasang di sudut terlihat memenuhi ruangan serba putih itu. Di sudut lainnya sebuah wastafle terpasang di bawah cermin besar yang menggantung. Dengan cekatan Eri membuka dan memilah setiap kotak obat dan membawanya di atas meja. 
“Waktu kita tak banyak. Sekolah akan benar-benar terkunci jika kita tidak segera pergi dari sini.” Seru Eri membasuh kedua tangannya di wastafle. Airnya terlihat segar di mata Naru. Dia masih mematung di depan pintu UKS yang masih terbuka. Merasa enggan untuk masuk ke dalam. Sebelum akhirnya Eri dengan tatapan tajamnya menyuruhnya segera duduk di tepi ranjang. Membiarkan pintu tetap terbuka.
“Maaf telah membuatmu jadi begini...” Kata Eri membuka percakapan. Tangannya yang terlihat mungil lihai membasahi kain basah. Membersihkan luka-luka di wajah Naru. Dia sama sekali tak memandangnya. Sesekali Naru mengeryit menahan rasa sakit. 
“Lukamu begitu banyak. Bahkan darah tak habis keluar dari pelipismu. Apakah ini tidak apa-apa?” Tanya Eri lagi. Naru menggeleng cepat. 
“Kenapa kau yang harus meminta maaf?” Kini Naru yang memberi pertanyaan. 
“Tentu saja karena ini juga salahku.” Semua luka di wajah Naru telah bersih, hanya menyisakan luka yang masih berdarah. Wajah Naru kini terlihat kembali tampan walaupun masih terdapat bekas luka dan lebam di sana-sini. Eri tak menghiraukannya dan sibuk menutup luka itu dengan cepat. 
“Apakah hanya itu yang bisa aku dengar?” Tanya Naru lagi setelah menunggu tak ada jawaban. Eri berhenti bergerak. Dia terlihat diam. Hanya punggungnya saja yang terlihat membelakanginya. Naru tak mengerti. 
“Aku sungguh minta maaf. Jika saja aku memperingatkanmu dari awal. Pertarungan itu pasti tidak akan terjadi. Kau tidak akan terluka seperti ini. Lihat! Bahkan jari-jemarimu saja penuh darah!” Suaranya terdengar bergetar. Eri berusaha menahan tangis. 
“Apakah kau menangis?” Tanya Naru tak mengerti. Eri hanya diam dan kembali sibuk dengan membawa kain dan air bersih yang baru. Membuka kain kotor yang membebat jari-jemari tangan Naru.
“Berhenti. Aku yang tak mengerti dengan ucapanmu. Apakah kau akan tetap diam membiarkan aku tak mengerti dengan ucapan dan tingkahmu ini?” Naru menghentakkan tangannya. Menolak Eri yang hendak membersihkan luka di tangannya. Memandangnya dengan tatapan penuh tanya. Sambil masih menunduk dalam Eri berusaha kembali mengeluarkan suara. 
“Aku mendengar Tori dan kawan-kawannya telah merencanakan kejadian sore tadi padamu. Aku mengira jika dia hanya sedang kesal saja. Tidak mungkin seorang Tori akan melakukannya. Tapi aku salah. Aku tak tahu kenapa Tori berubah menjadi sangat menyeramkan dengan me-” 
“Ini bukan salahmu. Akulah yang sejak awal sudah memancing amarahnya. Siapa yang menyangka jika Tori dan kawan-kawannya akan berbuat hal gila seperti itu. Sepertinya dia sudah tidak peduli dengan statusnya di sekolah ini. Atau mungkin dia memang sudah membenciku sejak awal.” potong Naru santai. 
Naru mengambil peralatan medis yang sejak tadi Eri pegang. Berusaha membersihkan dan menutup lukanya sendiri.
“Jadi kau sudah mengiranya? Tapi kenapa kau diam saja? Bukankah seharusnya kau memberitahu pihak sekolah setelah kejadian tadi? Membuat Tori dan kawan-kawannya jera dan-” 
“Aku mendengar gosip jika Tori adalah pelindungmu. Tidak ada yang akan berani mendekatimu di sekolah ini. 
Jadi, ketika aku datang dan berusaha mendekatimu dengan menjahilimu. Tori telah mengambil langkah terlebih dahulu. Jadi jangan salahkan dirimu lagi. Karena ini urusan para cowok.” Seru Naru masih sibuk dengan kain kasa yang kesulitan dia buka. 
“Aku tak pernah mau menerima gosip itu.” Jawab Eri menarik kain kasa, membukanya dan membalut luka-luka di jari jemari Naru.
“Jadi, apakah benar yang aku dengar dari semua orang bahwa Tori adalah pelindung bagimu?” Tanya Naru tergagap. Berkali-kali ia mengalihkan pandangan darinya. Eri hanya terdiam. 
“Berarti benar apa kata me-“ 
“Tidak!” potong Eri cepat.
“Mereka bilang begitu. Tapi aku tak suka ketika mendengarnya. Dan jika kau mengikuti kata mereka. Jangan lagi kau coba mendekatiku walaupun itu hanya kejahilanmu, kalau tak mau terjadi seperti hal ini untuk yang kedua kalinya.” Jawab Eri datar. Ia juga masih tak memandang ke arah Naru. 
“Oh, begitu. Tak masalah bagiku. Justru itu semakin menarik. Baiklah. Terimakasih sudah mengobatiku, Eri.” Kata Naru membuat Eri memandang sejenak ke arah Naru dengan tatapan tak mengerti. 
“Apalagi? Kalian adalah pasangan terkenal di sekolah favorit ini bukan? Jadi wajar jika-“ 
“Tolong mengertilah. Kami hanyalah teman. Gosip atau apapun itu sama sekali tak benar. Jadi jika kau ingin terluka serperti ini lagi. Terserah.. Aku sudah memberi peringatan padamu.” potong Eri cepat seraya mengembalikan kotak obat ke tempat semula. Kembali sibuk membersihkan tangan di wastafel. 
“Ahhh! Enak sekali tiduran di sini. Kenapa kau tak mempersilahkanku duduk di ranjang dari tadi? Aku lelah berdiri terus tahu!” Seru Naru merebahkan diri di atas ranjang dengan bertingkah seperti kucing. Eri yang melihat gelagatnya langsung terlihat khawatir. 
“Apa yang kau lakukan? Pergi dari sini! Atau-“
“Kau mengusirku setelah mengobatiku? Jadi beginikah cara kerja anggota PMR di sekolah favorit ini? Memperlakukan pasien dengan kasar.” 
“Bukan begitu! Tolong jangan salah paham. Sekarang kita sedang berada di tempat yang sepi dan berdua saja. Ini tidaklah baik. Maka dari itu aku tak mempersilahkanmu untuk masuk ke ruangan ini.” Jawab Eri terlihat kesal. Dia mendekat ke arah pintu. Naru justru membalasnya dengan tersenyum jahil.
“Apakah ini dilarang oleh agamamu?” Tanya Naru kini duduk di tepi ranjang. Wajahnya terlihat penuh tanya. 
“Ya? Tentu saja! Apakah kau baru tahu?” 
“Ya. Sepertinya aku memang baru tahu. Maaf.” Naru langsung beranjak dari ranjang dan menghampiri Eri yang berdiri di pintu. Dengan cepat dia menghindarinya. Memberi tempat bagi Naru untuk keluar dari ruangan berbau karbon. 
“Aku memang tak tahu apa hubunganmu dengan Tori. Namun yang jelas aku tahu kau pasti sudah tahu bagaimana sikapnya. Jadi aku tak perlu lagi memperingatkanmu tentang dirinya bukan? 
Terima kasih sudah memberi penjelasan padaku. Juga mengobati luka-luka ini. Kau tahu? Luka ini tidaklah seberapa. Jadi jangan terlalu khawatir. Oke?” Seru Naru penuh percaya diri. 
Eri hanya mengeryitkan dahi heran. Melihat sosok Naru yang kini berjalan menjauhi ruangan itu. Melangkah di bawah sinar lampu.
“Dasar aneh.” Lirih Eri seraya mengunci pintu ruangan. Tidak ada yang tahu jika setelah itu terlihat siluet garis tipis di bibirnya. Sebuah senyum.

πŸ™₯πŸ™§

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Jelita's Brownies
3259      1376     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Aku Istri Rahasia Suamiku
9303      2014     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Rewrite
7289      2349     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
ARMY or ENEMY?
11869      3900     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Under a Falling Star
784      481     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
START
267      172     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ πŸ˜‚ apalagi 21+πŸ˜† semuanya bisa baca kok...πŸ₯° Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
KataKu Dalam Hati Season 1
4361      1247     0     
Romance
Terkadang dalam hidup memang tidak dapat di prediksi, bahkan perasaan yang begitu nyata. Bagaikan permainan yang hanya dilakukan untuk kesenangan sesaat dan berakhir dengan tidak bisa melupakan semua itu pada satu pihak. Namun entah mengapa dalam hal permainan ini aku merasa benar-benar kalah telak dengan keadaan, bahkan aku menyimpannya secara diam-diam dan berakhir dengan aku sendirian, berjuan...
AKSARA
4807      1857     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Let's See!!
1680      790     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Gray November
2918      1119     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...