Bee merasa seperti itu. Ia sangat berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Ia cenderung pasif. Dalam berteman pun apalagi. Sangat tidak suka dengan acara semacam organisasi atau berkumpul dengan orang banyak. Tidak suka menunjukkan wajah. Setiap dirinya berkenalan dengan cowok atau cewek, barang wajah pun di profile WhatssAp, LINE, Telegram, Twitter, dan Instagram dengan menggunakan foto kartun atau anime. Sangat menyukai apa yang disukainya. Membaca dan menulis masih menjadi rutinitas setiap hari. Memperbanyak latihan dalam menulis sekaligus menambah kosa kata. Daripada nge-date ria di setiap malam Minggu, ia menghabiskan waktunya hanya untuk menulis dan membaca. Dan, untuk menambah keterampilan, membuka YouTube dalam mendesain. Mendesain ia sangat menyukainya. Terutama membuat editan efek. Apa mengedit foto maupun gambar. Dulu, sewaktu kuliah, ia mengambil jurusan Desain Grafis. Sebelum memutuskan untuk memasuki jurusan desain dan pereditan, pernah sempat ingin memasuki dunia animasi.
Karena hobi menggambar. Urung, saat pertama kali mencoba menulis sewaktu lulus kuliah. Mencoba hal lain tidak masalah, kan?
Ia masih suka berimajinasi. Karena berimajinasi bisa membayangkan sesuatu yang sama sekali tidak mungkin ada di dunia ini. Karena imajinasiah, ia menciptakan sesosok tiga teman imajinasinya. Kembali ke masalah dirinya.
"Kamu jangan tunjukkan kelemahanmu kepada orang lain. Coba tonjolkan kelebihanmu. Kelebihanmu dalam merangkai kata. Sudah hebat cerita pendekmu kamu dimuat. Apalagi yang lain kayak novel? Enggak apa-apa kamu kayak sekarang ini. Rupa jelek sih. Menurutku kamu itu enggak jelek, tapi manis!"
"Biar kamu bilang begitu, aku tetap jelek, TO," sahut Bee.
Jelek. Mungkin setiap orang merasakannya. Apalagi soal tampang dan penampilan. Ada yang merasa seperti itu. Bee sama. Setiap hari malah! Di setiap berkumpul bersama keluarga, dirinya kerap tidak percaya diri dengan tampilannya. Baju dan celana yang dikenakannya. saudara-saudaranya yang soal fashion lebih mengerti daripada dirinya. Fashion korea, casual, dan apapun itu. Membuat dirinya ciut bak orang liliput. Seakan tampilannya ditertawakan mirip Beast. Saudara-saudaranya bisa dikatakan Beauty.
"Kamu jangan begitu," jawab VITTO, bangun."Mereka saja yang enggak tahu kayak apa kamu. Mereka semua itu memang enggak ada yang ngertiin kamu."
"Percuma, TO, aku kayak begini... Percuma saja aku dikawat giginya... Enggak ada satupun cowok yang mau sama aku... Apa badanku kecil, kayak anak SMP, ya? Apa aku sering panas-panas di bawah sinar matahari di selepan? Apa aku cara berpakaiannya salah? Apa cara berpakaianku terlalu cupu?" kata Bee, seperti ada nada kecewa.
"Enggak. Kamu enggak cupu. Kamu biar gigi dikawat begitu, aku atau kami bertiga enggak bakal mengejekmu. Kamu memang cupu, tapi kataku cupu saudara-saudaramu. Masa membaca buku saja kagak mau? Meskipun itu hari libur, nge-date atau apalah itu, sebisa mungkin, sedikitnya luangkanlah waktu untuk membaca. Memangnya, kalau nge-date bareng pacar harus pergi jalan-jalan ke Mall? Jalan-jalan ke tempat wisata? Kayak ke Bromo, begitu?" sahut VITTO."Enggaklah! Pasti kamu paling beda sendiri. Kamu lebih memilih ke toko buku di kotamu, daripada jalan-jalan ke Mall atau nge-date. Hari libur kamu luangkan buat membaca, menulis cerita sembari latihan diiringi dengan mendengarkan musik. Memperbanyak imajinasi. Ya, kan?"
Bee mengangguk pelan.
"Itu lebih baik. Kamu menyukainya, aku menghargai itu."
Bee tersenyum. Senang rasanya ada cowok model seperti dia. Pengertian, perhatian dan selalu menghibur kala ia sedih. Seperti sekarang ini. Dia mau menerima apa adanya dirinya. Bukankah karakter harus menghargai, sehati dengan pengarang? Pasti para penulis pemula maunpun yang sudah menjadi penulis profesional berpikiran sama dengannya?
VITTO beranjak dari ranjang."Aku balik dulu, ya. Kapan-kapan aku ke sini. Siapa tahu mereka berdua datang untuk mengunjungimu. Jangan murung lagi. Dadah, Bee..." di sekeliling tubuhnya memancarkan sinar kemilau kuning. Sinar itu menghilang. Ia sendirian lagi. Mengalihkan pandangan ke arah handpone kecilnya di rak buku.
Tante, Caca datang hari ini tapi udah pulang sama pacarnya. Tadi habis ke Kepanjen nemeni papanya urut. Tadi baru aja pulang. Aku malas ada cowoknya, Te. Malasnya kayak dulu sewaktu kakak keponakanku dari pihak Bapak. Yang selalu mengajak pacarnya. Kintil muli. Tante, menurutmu apakah aku pantes dapat cowok? Dapat jodoh gitu? Pasti di sana akan bilang,"Kamu pantes, mendapatkan cowok. Sebaik apa pun itu."
Terkirim:
17:14:53
30-10-2022
Pengiriman telah gagal
Tante Lidyawati
085xxxx