"Dia berhasil masuk!" kata Rangga."Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Menunggu," jawab Gino."Kita serahkan pada Bocah Sialan itu."
"Pokoknya Ayu harus selamat. Jika enggak, pasti dia akan terkurung selamanya di bola hitam itu."
"Justru itu lebih baik, bukan?" sahut sebuah suara disertai muncul sosok pemuda tadi di atas bola hitam. Dia melayang menggunakan papan melayang di atasnya.
Rangga dan Gino mendongak. Rangga menatap saksama siapa sosok itu. Sosok itu seperti dikenalinya.
"Gustov?!"
Pemuda yang disebut namanya itu tersenyum menyeringai."Oh, ternyata kamu masih ingat denganku, ya, Rangga Extreme?"
Rangga segera tahu apa yang terjadi."Jadi, kamu yang melakukan ini semua?!"
"Huh, sudah menyadari rupanya kamu?"
"Untuk apa kamu melakukan semua ini?"
"Jawabanmu sama seperti gadis itu."
"Gadis itu—" Rangga segera tahu."Apa yang kamu lakukan terhadap Ayu?!"
"Jadi namanya Ayu?"
"Kembalikan Ayu!" pekik Gino, marah."Kalau enggak, kamu akan merasakan akibatnya dari ini!" Membuka moncongnya lebar, keluar sebuah senjata sihir seperti katana. Katana itu langsung dilemparkan ke arah Gustov. Gustov langsung mengumamkan mantra pelindung. Katana itu terpental jatuh ke tanah.
"Mau melawanku?" Merogoh jubahnya, memerlihatkan handpone. Melihat sesuatu yang terpapang di layar."Selama ada benda ini, bom yang ada di kampus milikmu bisa meledak."
"Tidak!" Rangga bersiap dengan IDA yang kembali dalam bentuk normalnya menjadi pistol merentangkannya ke atas.
"Kamu mencoba menembakku?" Seraya tersenyum mengejek."Dengar, jika kamu melawanku, kampus milikmu akan meledak atau gadis yang kamu sayangi akan terkurung selamanya dalam bola hitam ini," katanya.
"Kamu...!" Rangga akan menekan pelatuk.
Gustov menyeringai. Tangannya direntangkan ke samping. Bibirnya menggumamkan sesuatu. Perlahan, sedikit demi sedikit, dari bola hitam muncul sesuatu yang aneh dan menjijikan. Sesuatu itu berubah menjadi sesuatu makhluk mungil dengan muka menyeringai jahat. Makhluk itu bisa beregenerasi dengan cepat.
**
Tim Penjinak Bom sampai di depan toilet wanita. Memeriksa ke dalam. Mereka memastikan bom yang ternyata saat dicari menggunakan Sihir Pendeteksi, bom itu tertancap di salah satu kamar mandi. Mereka berusaha menjinakkannya. Dengan keamanan ketat sekalipun. Suasana hening tercipta saat mereka yang berada di luar area kampus.
"Sunyi, ya?" kata Rianty.
"Enggak terjadi apa-apa. Tapi, saya merasakan ada daya yang enggak mengenakan..."
"Daya sihir yang enggak mengenakan?" kata Sukma."Walau begitu, kita harus selalu waspada."
Tiba-tiba saja dari bola hitam muncul sesuatu seperti di tempat Rangga dan Gino tadi. Muncul sesuatu yang menjijikan menyerupai makhluk mungil dengan wajah terkesan jahat, di mulutnya muncul taring amat panjang serta disusul tangan dan kaki yang memiliki kuku tajam. Kedua mata bersinar merah. Makhluk itu menduplikat dirinya menjadi kelompok bahkan lebih.
"Lihat, apa itu?!" tunjuk polisi sihir di depan Sukma.
"Makhluk apa itu?"
Mereka bertambah banyak dan membentuk suatu kelompok. Mereka berjalan menghampiri dan menyerang semuanya yang ada di situ.
"Aah, Yan-Yan takut!" pekik robot mungil terbang di atas pundak VITTO."Yan-Yan enggak suka! Enggak suka!"
"Iish, Yan-Yan! Jangan berteriak di dekat kupingku!" VITTO merasa risih.
"Aah, Yan-Yan takuuut!"
"Diamlah!" kata Iyan,"bagaimana Oka? Kita serang mereka?" Meminta persetujuan dari temannya.
"Terserah kamu. Lebih baik kita bereskan makhluk-makhluk ini dan kita tunggu Tim Penjinak Bom menjinakkan bomnya!"
"Baiklah!" kata Iyan, dia bersiap. Dua tangannya muncul senjata sihir Stella berupa pistol yang berbeda dengan milik Rangga. Pistolnya sama namun berbeda warna. Hitam dan putih.
Kedua tangannya direntangkan ke depan.
"Waktunya menembak!" Iyan menekan pelatuk dua pistolnya. Menembak makhluk-mahluk tersebut dengan cepat.
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!
Semua juga ikut menyerang. VITTO mengeluarkan beberapa Heart Dagger—Belati Hati dari tangannya. Melemparkannya secara bersamaan hingga makhluk-makhluk tersebut terjatuh. Oka dan Sukma, bersama timnya saling ikut menyerang. Namun, penyerangan, sihir yang dilesatkan tidak berefek sama sekali. Makhluk-makhluk tadi malah beregenerasi cepat, kembali ke wujud semula. Dan, bertambah menduplikat diri mereka.
"Tubuh mereka kembali semula?!"
"Mereka enggak ada habisnya!" Oka menunggu Lunar, senjata sihirnya amunisinya penuh secara otomatis.
"Dengan Mensis-ku sama saja," Sukma juga mengisi pistolnya dengan amunisi sihir.
"Me-mereka kembali menyerang Yan-Yan?!" Yan-Yan tambah ketakutan seraya memukul kepala VITTO.
"Aduh, sakit tahu!" jawab VITTO sakit."Terus bagaimana, dong?"
"Enggak ada cara lain selain kabur!" kata Rianty ketakutan, menyerang salah satu makhluk yang menyerang mereka.
"Kita dalam bahaya!"
Tim Penjinak Bom masih berkutat selama dua menit memotong kabel yang akan terjadinya bom aktif. Dengan usaha mereka, dengan keringat mengucur dingin di dahi, akhirnya dengan rasa berdebar, mereka berhasil menjinakkannya. Bom segera disimpan di tas yang mereka bawa, membawanya keluar dari toilet wanita. Dengan menggunakan sihir teleportasi, mereka kembali keluar dari kampus. Mereka dihadang oleh para makhluk yang saling menyerang. Bahkan ada kuwalahan. Mereka bergegas membantu.
"Lapor, kami telah berhasil menjinakkan bomnya," lapor dari mereka menghampiri Sukma.
Sukma yang sibuk mengisi amunisi, mulai menembak ke arah salah satu dari makhluk,"Benarkah? Bagus!"
"Terus bola hitamnya? Kita harus menghentikannya agar makhluk-makhluk ini segera binasa."
"Enggak ada cara lain selain melawannya," sanggah Oka.
Iyan, selesai dengan peluru terakhir. Kedua ujung pistolnya berasap."Sungguh memuakkan," katanya."Jumlah mereka bertambah. Kalau dibiarkan, seluruh warga bakal diserang."
"Pihak di kepolisian kami sudah dikerahkan beberapa tim untuk mengamankan warga," kata Sukma."Sebagiannya menjaga keamanan agar tidak terjadi penyerang sebelum makhluk-makhluk ini datang menyerang," lanjutnya."Baiklah, kita kerahkan seluruh kemampuan kita selagi kita menunggu bagaimana Virgo apakah dia berhasil menyelamatkan Ayu."
Langit berubah menjadi kelabu. Menambah suasana hari itu. Awan-awan yang berubah menjadi keabu-abuan. Tanpa malu-malu, awan-awan perlahan menurunkan gerimis. Gerimis gemericih. Seperti menandakan suasana genting sekarang ini. Beberapa tim polisi sihir berpencar dan bertugas mengamankan para warga. Memberitahu menggunakan mikrofon sihir."Semua harap tenang! Kami di sini mengamankan sekalian ada di sini. Jangan ada yang ada yang memasuki area bola hitam! Sekali lagi, jangan memasuki area bola hitam!" peringatnya.
Semua warga yang ada di kota tampak panik. Di antara mereka, yang berada di dalam gedung, sebagiannya di luar. Polisi sebagaimana gedung tersebut dijadikan tempat perlindungan sementara. Bukan, setiap gedung yang ada di sana.
"Maaf, Pak Polisi," tanya seorang warga.
"Ya, ada apa, Nona?"
"Bola hitam di depan sana itu apa, ya?"
Polisi sihir berwajah manis,
menoleh,"Bola hitam itu adalah sihir yang terlarang. Terlebih," menjeda kalimatnya."untuk Manusia sangat berbahaya."
Di luar terdengar sebagian polisi sihir berusaha mengamankan warga membawa masuk ke dalam gedung.Sebagian polisi sihir lainnya menembaki makhluk-makhluk yang muncul, menyerang mereka.
"Makhluk-makhluk ini enggak ada habisnya!"
**
Mereka semua kelelahan.
"Kalian masih sanggup, Riany,
Rianty?" kata abangnya, melihat mereka seperti kelelahan.
"Kami masih sanggup," sanggup Riany dan Rianty bersamaan.
"Baiklah, Ayo, Yan-Yan! Kita juga bergerak!" VITTO mengeluarkan belati sihirnya.
"Yan-Yan enggak mauuu! VITTO saja yang maju!"
Semuanya bangkit bergerak melawan kembali makhluk-makhluk di hadapan mereka. Menggunakan earphone sihir, dia menghubungkan ke seluruh anggota polisi sihir lainnya yang bertugas menjaga keamanan seluruh warga. Di dalam bola hitam, sesuai perkataan Virgo, ia memberikan sebagian daya sihirnya yang terkumpul layaknya bola seukuran kecil telapak tangannya. Memasukkan ke dalam gitar Virgo.
"Bagus," ucap Virgo."Sekarang, coba kamu petikan sinar ini."
Ayu menurut. Mencoba memetikan sinar gitar Virgo. Hanya sekali petikan, menimbulkan sihir suara yang mendengung di sekitarnya.
"Wow!" kagum Ayu.
"Bagaimana? Ternyata dengan menggunakan daya sihirmu, bisa menghasilkan sihir yang kuat. Daya sihirmu kuat, ya," puji Virgo.
Muka Ayu merona.
"Sa-saya..."
"Kalau begitu, lakukan lagi."
"Untuk apa? Katanya kita keluar?"
"Kita akan keluar kalau kita lakukan bersama," ujar Virgo."Kamu siap?"
Ayu mengangguk mantap.
"Saya siap," jawabnya.
Virgo di belakangnya mulai memainkan gitarnya. Bagaikan pemain gitar profesional, dengan lihai dia memainkan gitarnya membuat nada yang bersemangat. Nada yang diciptakan menyebar ke segala luas. Walau bola hitam yang diciptakan kedap suara, Virgo dengan sihirnya juga memantulkan suara hingga perlahan sebagian bola hitam mulai terdengar sebuah pecahan seperti pecahan kaca.
Preek!
Preek!
"Suara apa itu?" Gino mendengar disela melesatkan Kana ke arah makhluk-makhluk yang menyerang mereka."Seperti suara pecahan!"
Rangga menembak ke arah makhluk-makhluk itu, ikut mendengar. Matanya melihat bola hitam sebagiannya mulai pecah."Bola hitamnya?!"
"Bocah Sialan itu berhasil menyelamatkan Ayu rupanya."
"Tidak, bola hitamnya?!" Gustov menatap layar handpone-nya. Di layar terpampang sebuah peringatan.
"Caution Failed! Caution Failed!"
"Enggak mungkin!"
Pecahan tersebut berubah menjadi sebuah retakan yang mulai melebar, dan rekatannya mulai terkikis menyeluruh bersamaan makhluk-makhluk yang diciptakan ikut terkikis.
"Mereka terkikis?!" Melihat bola hitamnya juga."Bolanya juga!"
Terdengar sebuah suara musik yang dihasilkan. Virgo memainkan gitarnya bersama Ayu di dekatnya.
"Tidak!" pekik Gustov mulai frustasi.
Mereka berdua melayang turun. Menjejakkan kaki ke tanah. Virgo kemudian mengehentikan petikannya. Ayu melihat abang dan Gino berlari menghampiri."Abang! Tuan Gino!"
"Ayu!"
"Gadis Kecil!"
Rangga langsung memeluknya erat lalu Melepas pelukannya, memastikan adik perempuannya dalam keadaan terluka."Kamu enggak terluka, kan?"
Ayu menggeleng."Enggak, Bang!"
Rangga menatap Virgo."Terima kasih telah menyelamatkan Ayu dan membawanya kembali dengan selamat."
"Sama-sama," jawab Virgo."Sesuai yang kamu perintahkan." Gitar yang dipegangnya langsung menghilang.
"Apa yang kamu lakukan terhadap bola hitam saya?!" Gustov tidak terima. Mencoba melawannya dengan tombak yang dikeluarkannya dari tangan, urung Gino duluan melesatkan Valkyrie ke arahnya. Sukses mengenai lehernya.
Sreet!
Breet!
"Ukh...!!"
"Tuan Gino?!" Ayu tidak percaya apa yang dilihatnya. Kotak ajaib itu tiba-tiba melesatkan senjata sihir duluan ke arah musuh?!
Virgo dan Rangga sama tidak percayanya.
"Menyerahlah!" kata Gino.
Valkyrie yang dilesatkan kembali ke arahnya. Berdiri melayang.
"Saya enggak segan-segan membunuhmu!"
"Kamu mau membunuh saya?!" kata Gustov, kesakitan memegangi lehernya.
"Kamu telah melakukan hal yang salah! Kalau enggak segera dibereskan, bisa-bisa tempat ini dalam bahaya!"
"Silakan saja di sini untuk membunuh saya. Walau bom telah dijinakkan, saya masih punya satu sihir untuk melawan kalian!" Bibirnya mengumamkan sesuatu seperti mantra. Muncul dari telapak tangannya sihir berwarna ungu-kehitaman membentuk lecutan. Lecutan dilesatkan ke arah Ayu dengan cepat. Membuatnya terikat erat, melayang ke arahnya.
"Kyaaa!"
"Ayu!!" Rangga mengacungkan IDA kembali ke arah Gustov.
"Jangan melawan! Atau gadis ini akan mati," peringat Gustov, dari tangannya muncul sihir yang sama."Kalian sama sekali enggak mengerti!"
"Apa maksudmu?"
"Kenapa saya berbuat sejauh ini? Karena saya yah seperti yang kamu tahu gadis mungil, saya akan membalas dendamkan perbuatan kalian!"
"Balas dendam?" kata Rangga bingung.
"Jangan pura-pura bodoh," ejek Gustov."Kalian mungkin enggak ingat yang mana kalian telah menghilangkan satu nyawa."
Deg.
Virgo terkejut. Satu nyawa katanya?
"Siapa yang kamu maksud itu?" katanya.
"Dia, dia sudah enggak adalah lagi di dunia ini... Pasti kalian telah melupakannya... Gadis baik yang malang... Kalian mungkin sudah
lupa..." Mata Gustov menatap Virgo tajam.
Hening seketika.
"Apa salah satunya di antara dua bocah ini membuatnya, maksud saya telah menewaskannya?" tanya Gino hati-hati.
Mereka berdua menatap Gino.
"Bukan. Bukan mereka yang membuatnya tewas," katanya.
"Apakah kamu tahu wajah pelakunya?"