Jantung Navia serasa berdetak lebih cepat hingga sedikit merasa nyeri, napasnya tersenggal sambil menatap laki-laki seusianya di hadapannya, juga burung beo dengan warna langka berterbangan ke kanan-kiri, seolah penasaran dengan Navia.
"Ini..." Mata Navia berkeliling dari kanan memutar hingga ke kiri untuk membaca situasi, lalu menatap laki-laki itu lagi. "...Ini dimana? Pasukan jubah tadi tidak mengikutiku lagi, kan?" Mata Navia kembali mengawasi sekitar kalau saja tiba-tiba ia disergap.
Laki-laki didepannya menangkup kedua bahu Navia, sontak membuat gadis itu terkejut dan mengunci tatapan dengannya. "Kau bisa tenang, kini kau berada dalam pesawat invisible milikku jadi kau sangatlah aman," jelasnya dengan pelan. "Siapa namamu? Aku Wilton, salah satu penjaga Planet Biru."
"Navia, namaku Navia."
Wilton tersenyum penuh arti padanya seperti; inilah benda yang kami cari. Kemudian dia mengulurkan satu tangan untuk membantu Navia berdiri, membiarkan Navia duduk nyaman disofa panjang yang terpasang di dinding pesawat. Burung beo yang mengikutinya sejak tadi kini bertengger pada jendela disamping Navia.
"Jadi kau pendekar pilihan Eclips?"
Navia hampir terjatuh lagi dari sofa melihat burung itu dapat bicara, kedua tangannya menutup mulutnya tidak percaya. Dengan logika apapun Navia tidak bisa mencerna penglihatan serta pendengarannya barusan. Di bumi memang benar burung beo menjadi salah satu burung yang cerewet, tetapi itu karena mereka diajarkan oleh pemiliknya, juga hanya itu-itu saja yang mereka bisa tirukan. Apakah Wilton yang mengajarinya?
"Jangan menatapku seperti itu wahai manusia asing!"
"Kenapa dengan tatapanku?"
"Kau seperti ketakutan aku akan menerkam dirimu, dan juga curiga aku merampok zirah berlianmu itu," sahutnya dengan nada sebal. Lalu dia terbang mengitari tubuh Navia dari atas ke bawah kemudian dari bawah ke atas. "Aku tidak yakin kau pilihan Eclips, tapi Wilton sangat yakin akan hal itu." Sekarang dia terbang sangat dekat dengan wajah Navia. Menatap tajam mata Navia.
"Berhenti menakutinya, Jojo. Kau tidak bisa meragukan ramalan Eclips. Navia adalah pilihan Eclips untuk membantu kita mendapatkan kembali kemakmuran Planet Biru." Wilton kembali dengan dua cangkir berisi coklat hangat, memberikan salah satunya pada Navia. Sementara Jojo kembali bertengger dekat jendela setelah Wilton mengisi mangkuk dengan biji-bijian. "Maaf, Jojo agak agresif ketika ia lapar," ujar Wilton kikuk.
"Tidak apa-apa. Terimakasih."
"Baiklah. Pertama, kita harus pergi menemui para Eclips. Setelah itu, kita akan beristirahat." Wilton tersenyum. "Aku tahu ini bukan sesuatu yang mudah untuk kau terima, tapi cobalah menerimanya. Kami akan membantumu."
Navia tersenyum dan mengangguk sekali. Ia menatap suasana bebatuan runcing di bawah pesawat sambil termenung. Navia tidak tahu apa yang terjadi di bumi selama dia berada di Planet Biru. Seingatnya, dia sedang berlatih piano di ruang musik sendirian lalu tertidur karena Navia tidur dini hari. Navia mengernyit, bagaimana bisa dia tiba-tiba berada di Planet Biru seperti ini. Dia bahkan tidak tahu kendaraan apa yang digunakannya untuk bisa kembali.
Navia menghela napas panjang, menyesap sedikit demi sedikit coklat hangat dalam cangkir. Memperhatikan Jojo yang sangat lahap mengupas biji-bijian untuk dimakan, lalu memperhatikan Wilton yang sibuk dengan ruang kendali pesawatnya.
"Berapa lama kita akan sampai?" Navia melirik Jojo hati-hati. Takut burung beo itu mengomelinya.
"Sebentar lagi, kini kita sudah berada di atas Ceras. Kau bisa lihat bebatuan yang terdapat di daerah ini sangat jauh berbeda dengan ladang Pelangi tempatmu tiba di Planet Biru."
Navia meninggalkan sofa, mendekat ruang kendali dan berdiri di samping kiri Wilton. Dari ruang kendali pemandangan lebih luas dibanding jendela samping. Navia meringis ketika melihat bebatuan runcing menjulang ke atas, pikirannya membayangkan hal-hal mengerikan. "Mengapa tempat ini begitu menyeramkan? Batu runcing dan kabut tebal, suasananya begitu suram."
"Dasar manusia asing, inilah tempat Pangeran Zydan berada. Pangeran kegelapan yang akan kau hadapi nanti," sambar Jojo. "Dia mengubah tempat kristal putih suci ini menjadi tempat suram penuh bebatuan hanya dengan jentikan jari," lanjutnya.
"Sebegitu hebatkah dia?"
"Menurutmu?"
Wilton menyentuh punggung tangan Navia yang mengenggam cangkir dengan ujung jari, membuat Navia balas melihatnya yang mengulas senyum untuk menenangkannya. Ucapan Jojo memang ketus, tapi Navia tidak tersinggung sebab yang dikatakan Jojo ada benarnya. Kalau Pangeran Zydan bisa membuat tempat indah menjadi suram hanya dengan jentikan jari, lalu bagaimana Navia bisa melawannya. Belum melangkah, Navia bisa menjadi batu juga.