Read More >>"> TITIK TERANG AKU BERPERAN, KELUARGA TERSAYANG (Sepenggal Cerita) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TITIK TERANG AKU BERPERAN, KELUARGA TERSAYANG
MENU
About Us  

            Awal tahun 2020 tepatnya tanggal 1 januari terjadilah bencana banjir besar – besaran. Kawasan rumahku yang terletak di salah satu Provinsi di Jawa Barat yang berada di daerah zona perbatasan Bogor – Bekasi pada saat itu sedang terjadi fenomena hujan lebat yang tanpa henti kurang lebih selama 12 jam dan menyebakan bencana banjir yang cukup parah. Menurut Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) mencatat dikawasan zona daerah ku terdapat 60 titik banjir yang kedalamannya kurang lebih 1 meter.

            Pada waktu kejadian aku dalam persiapan ujian akhir semester di bangku perkuliahan, tepatnya semester 7. Adanya kejadian itu rumahku mengalami banyak kerugian seperti komputer yang terendam, perabotan rumah yang hampir rusak hingga baju maupun sepatuku yang ikut hanyut terbawa arus banjir.

           Pasca banjir sekitar tiga hari, aliran listrik perumahan ku mulai menyala setelah padam selama 3 hari 2 malam, saat itu aku membantu ibu dan ayahku untuk membersihkan kembali sisa sisa banjir sebelum nantinya aku berangkat kembali melanjutkan kuliahku di tanah rantau. Hal pertama yang aku lakukan ialah membersihkan sisa sisa sampah yang terbawa oleh arus air kemudian setelah itu aku menggosok sisa sisa lumpur yang sangat susah dihilangkan karna, lumpur tersebut sudah tiga hari didalam rumah. Setelah rumahku dalam keadaan setengah bersih dari banjir dengan berat hati aku harus meninggalkan rumahku karna aku akan melaksanakan ujian akhir semester di tanah rantau yaitu di daerah Karawang.

            Sehari, dua hari, dan tepatnya dihari ke-empat saat aku melaksanakan ujian akhir semester, aku dikabarkan oleh ibu aku bahwasannya ayahku yang paling aku sayangi masuk keruang ICU yang disebabkan penyakit asam lambung. Menurut pemaparan dokter asam lambung tersebut dipengaruhi oleh faktor kecapean maupun telat makan. Pada saat itu aku tidak dikabari kembali apa saja yang terjadi oleh ayahku sebab, ibuku mengarahkanku untuk tetap fokus dalam menghadapi ulangan akhir semester tersebut.

            Pada hari ke lima saat ujian akhir semester berlangsung, baru kali ini pikiranku merasa tidak tenang di satu sisi aku harus tetap harus fokus menjalani ujian, namun disatu sisi lain aku terpikirkan oleh keadaan ayahku. Pada keesokan harinya aku dikabarkan oleh adikku bahwa ayahku sudah boleh pulang karena kondisi lambungnya sudah membaik. Setelah mendengar kabar itu aku menyepatkan diri di tengah waktu jam istirahat sebelum ujian kembali di mulai aku menelepon ayahku. Disaat itu, ayahku bercerita hampir satu jam tanpa putus membahas tentang kehidupan, membahas tentang mimpi mimpi yang nantinya akan aku jalankan, dan membahas rencana usaha keluarga yang akan dijalankan setelah ayah pensiun serta diakhir percakapan aku berjanji kepada ayahku bahwa setelah ujian ini berakhir aku akan cepat pulang kerumah sehingga aku dan ayahku bisa membahas kembali secara detail

            Jam menunjukan pukul empat sore yang artinya aku akan mengikuti ujian terakhirku pada semester ini dan baru kali ini aku merasakan sangat bahagia dan penuh semangat disaat  ujian berlangsung. Iyaap, karena aku baru saja mendapatkan banyak nasihat dari ayahku. Tak terasa waktu menunjukan pukul 7 malam, ternyata ujian terakhirku yang ini sangat menguras waktu sehingga aku tidak dapat langsung balik ke rumah dan aku dengan cepat mengabarkan ayahku melalui telepon bahwa aku akan pulang esok hari. Setelah menelepon aku menyempatkan diri ke salah satu Mall terkenal dikota rantauku, karna aku ingin memberikan penghargaan untuk ayahku yang sudah bisa melewati masa sulit dalam hidupnya sebab, ayahku bercerita bahwasanya selama ia hidup, ia tidak pernah dirawat ruangan ICU.

            Keesokan harinya aku sangat bersemangat untuk pulang dan membawakan hadiah untuk ayahku. Namun pada pukul set 7 pagi aku dikabarkan oleh adikku bahwa ayahku menginginkan pergi ke rumah sakit kembali karena menurut ayahku bagian lambungnya terasa nyeri. Mendengar hal itu aku langsung mandi dan merapihkan bawaan, tak lupa hadiah special teruntuk ayahku. Namun, tepat pukul 07:27 disaat aku bersiap dan akan mengenakan jaket karena aku mengendarai sepeda motor, tiba tiba ibuku menelefon aku dan mengabarkan bahwa ayahku ternyata sudah tiada.

            Perasaan aku saat itu seakan meredup bagaikan lampu yang tak bercahaya, sebab bagiku ayah itu tidak hanya sebagai pahlawan keluarga namun ia merupakan cahaya yang selalu menasehati anak perempuannya baik dalam keadaan sedang menyenangkan maupun sedang menyebalkan. Pada saat itu hal yang aku lakukan hanya bisa menangis tersedu sedu sehingga aku membangunkan teman sekosanku yang berada di sisi kanan maupun sisi kiri, disaat itu mereka memelukku supaya aku lebih menerima keadaan walaupun ayahku pergi tanpa pamit.

            Setelah aku merasa lebih tenang kurang lebih 15 menit, aku melanjutkan perjalananku untuk pulang kerumah menggunakan sepeda motor. Sepanjang jalan pikiranku bercampur menjadi satu. Setelah di ingat-ingat ternyata hari kemaren itu merupakan hari dimana aku dan ayahku bercerita secara dalam, atau saat ini disebut Deep Talk. Ayahku memberikan nasihat yang begitu panjang. Sehingga aku menyadari bahwa itulah moment terindah terakhir yang aku lakukan sebelum ayahku tiada karena sebelumnya ayahku jika menelepon denganku hanya beberapa menit saja sebab, ayahku lebih menyukai ngobrol secara langsung daripada via telepon.

             Setelah melewati dua jam perjalanaku, aku melihat bendera kuning yang terpampang didepan komplek aku dan perasaan aku pada saat itu tidak tau harus apa yang aku lakukan. Setelah aku merenung sejenak (di depan rumah bersama tetanggaku) aku baru tersadar bahwa adiku yang baru saja memasuki umur 10 tahun tidak ada dipelantaran rumah. Lalu, aku mencarinya disudut kamar, mulai kamar pribadinya, kamar tamu hingga kamar mandi  dan adikku tidak ada disana. Ternyata setelah 10 menit aku mencari ia berada di bawah tangga dengan posisi mata yang sudah membengkak, dalam hati kecilku berkata sambil memeluk peri kecil ayahku “Ternyata peristiwa seperti ini sangat menyedihkan daripada film film yang sudah aku tonton”.

            Tiap tiap prosesi jenazah pun aku coba lewati dengan perasaan berusaha tegar, mulai prosesi pemandian hingga pemakaman aku selalu memegang ibuku di posisi sebelah kanan dan memegang adikku di posisi sebelah kiri. Kemudian sepulang dari pemakaman aku berusaha tersenyum disaat para tamu maupun kerabat ayahku takziah.

            Seminggu, dua minggu hingga satu bulan pasca kehilangan ayahku, aku berusaha untuk menghibur ibu dan adikku dengan berbagai cara. Bagiku senyuman yang terpancar dari wajah mereka adalah bahagiaku saat ini, terlepas aku sangat merindukan sosok seorang ayah. Walaupun hati masih dalam keadaan berantakan, jiwa terasa setengah hilang dan air matapun terkadang ingin membasahi wajah. Namun pelukan dari ibu dan adiklah yang membuat diriku saat ini pantang menyerah untuk menggapai impianku yang sudah aku rencanakan. Tujuan kecil saat ini dalam hidupku yaitu aku ingin lulus tepat waktu dan aku harus siap menghadapi skripsi di semester depan.

            Awal bulan maret disaat aku mulai menyusun skripsi disela itu aku sedang menonton televisi dan mendengar berita bahwasanya presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga negara Indonesia positif terjangkit virus corona. Setelah diumumkan berita tersebut untuk mencegah penyebaran virus corona tersebut dengan cara meminum jamu untuk menangkal virus tersebut karena aku dan adikku aktivitasnya diluar ruangan, aku penelitian dan adikku tetap sekolah.

            Selang dua minggu setelah pak presiden mengumumkan WNI yang positif,  pemerintah daerah pun juga secara serentak meliburkan kegiatan belajar dan menganjurkan  semua masyarakat untuk tidak berpergian ataupun aktivitas diluar ruangan. Perasaan semua orang pada masa itu pastinya kaget karena, harus beradaptasi dengan sistem baru (Online). Aku maupun teman – temanku tetap melakukan bimbingan walaupun secara online. Mungkin awal awal bimbingan merasa asing, sebab yang biasanya “say hello” secara langsung, pada saat itu hanya bisa “say hello” di depan laptop, aku teringat suatu kejadian disaat kita sedang berlangsung bimbingan online tiba tiba  terdengar suara klakson bis, selain itu, adalagi teman aku saat penyampaian masalah penelitian tiba tiba ditengah penjelasan ternyata kuota yang ia miliki habis, sebab pada kenyataanya kegiatan secara online sangat menguras kuota. Apalagi pada saat ibu dosen memberikan nasihat kepada kami tiba tiba, ada suara anak kecil yang minta dibuatkan susu. Peristiwa peristiwa tersebut sangatlah unik sebab belum pernah terjadi pada tahun tahun sebelumnya.

            Hari demi hari telah berlalu, akhirnya sekitar empat bulan aku berhasil mengerjakan penelitian dengan tuntas, empat bulan tersebut bukanlah waktunya yang singkat, karena banyak sekali cerita, pengorbanan hingga air mata yang mengantarkanku untuk bisa menyelesaikan penelitian ini. Walaupun situasi yang terjadi banyak hal yang tak terduga. Contohnya hal yang menyenangkan dalam perjalanan penelitianku ialah kita dapat bimbingan dengan waktu yang tak terbatas terkadang terlalu malam terkadang terlalu pagi, dan sisi baiknya dalam pandemi ini kita tidak perlu janjian disuatu tempat untuk mengumpulkan revisi skripsi kita, melainkan kita harus online, karena dosen membalas pesan kita disaat dosen tersebut memliki waktu luang.

              Dengan per-drama-an skripsi yang serba online, akhirnya aku dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu sesuai harapan, meskipun tantangan dikala pandemi pastilah ada, mulai dari bimbingan secara online, mencari data secara online, revisi online hingga diomelin dosen secara online. mungkin masa seperti ini yang bakal aku simpan teruntuk anak anak aku kelak. Pada akhirnya Ini semua tidak terlepas dukungan dari ibu dan adikku karena, mereka berdua lah tujuan hidupku saat ini, hingga aku dapat menyelesaikan penelitian ini tepat waktu. Walaupun terkadang suasana hati masih dalam keadaan berantakan dan seakan hidup seperti lampu yang meredup karena terkadang, disaat susah mencari data aku hanya bisa menangis. Disatu sisi memang data yang diperlukan kurang lengkap namun disatu sisi ada pikiran “coba saja ada ayah disini, pastinya aku bisa bertukar pikiran lebih dalam”.

            Pada akhir bulan juli edaran pendaftaran rencana pelaksanaan sidang skripsi pun diedarkan yang artinya semua mahasiswa yang telah menyelesaikan skripsinya dapat mendaftarkan diri untuk sidang skripsi, aku sudah siap untuk mendaftar dan aku siap untuk menjalankan sidang skripsi.

            Beberapa minggu kemudian, jadwal pelaksanaan sidang skripsi online aku pun tiba, walaupun aku tidak terlalu menyukainya hal ini (sidang skripsi secara online) tapi aku tetap bersyukur karena tahun ini di masa pandemi yang serba tak menduga dengan kebiasaan kebiasaan baru yang belum pernah terjadi dari tahun tahun sebelumnya aku bisa melewatinya.

            Sidang skripsi pun dimulai, saat itu aku diuji oleh tiga dosen penguji, yang pertama adalah ketua dekan dan yang kedua ialah dosen senior dan yang terakhir yaitu dosen pembimbing aku. Aku melaksanakan sidang skripsi kurang lebih sekitar dua jam berlangsung. Setelah sidang selasai aku diperbolehkan keluar dari grup ruangan namun harus tetap menyalakan kamera disaat waktu tunggu yudisium.

            Jam menunjukan pukul 16:30 yang artinya sebentar lagi adanya pengumuman yudisium. Pada saat itu ibu dan adikku mengikuti pengumuman yudisium, yudisium ini penentuan apakah aku lulus kuliah atau tidak. Satu persatu nama nama teman seperjuanganku disebutkan nilainya dan maupun kritik dan saran dari catatan beberapa dosen. Dengan perasaan yang deg-deg-an akhirnya namaku dipanggil dan dengan mengucap “Alhamdulillah” aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Pada saat itu aku memeluk ibu dan adikku karena dialah yang selalu meberikan semangat kepada aku untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini.

            Sebulan kemudian setelah aku lulus, aku mengurusi berkas berkas kelulusanku mulai berkas hardcover skripsi 3 rangkap, pembayaran kuliah hingga foto untuk dipasangkan di ijazah. Aku mengurus itu semua kurang lebih 2 minggu hingga aku mendapatkan surat SKL (Surat Keterangan Lulus) karena Ijazah baru keluar kurang lebih 3 bulan dihitung per tanggal pengajuan. Disela sela itu aku juga berpamitan dengan tetangga kosan, karna telah membersamai selama 4 tahun walaupun 6 bulan kebelakang kita tetap meet-up lewat jalur virtual,dan aku pun memberikan kesan pesan yang tak pernah terlupakan berkat mereka “aku berusaha untuk bangkit walaupun pundak aku harus lebih kuat, karena ada adik aku dan ibuku” kata kata itu yang selalu mereka bilang disaat aku down, dan yang pastinya aku tidak lupa berpamitan dengan ibu warteg karena selama perkuliahan aku terkadang berhutang walaupun berhutangnya hanya 2 hari.

            Setelah aku berpamitan dengan tanah rantauku aku memulai kehidupan kembali dirumah kelahiranku. Seminggu, dua minggu setelah aku mendapatkan surat keterangan lulus aku mencoba melamar kebeberapa perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan, biasanya aku melamar pada posisi keuangan, marketing maupun administrasi. Dalam pikiran Overthingking aku yang selalu ada diotakku yaitu aku akan berusaha untuk bisa mendapatkan pekerjaan, setidaknya bisa membantu keuangan keluarga. Aku melamar pekerjaan mulai lewat online maupun menaruh berkas disatpam, karna masih dalam keadaan pandemi jadi aku tidak bisa bertemu HRD perusahaan. Selain aku melamar secara pribadi akupun berusaha menaruh lamaran pekerjaan aku dibeberapa platform yang telah di rekomendasi oleh alumni.

            Setelah menunggu kurang lebih satu bulan aku dipanggil oleh salah satu perusahaan untuk di test interview (wawancara), namun sayangnya perusahaan tersebut mengharuskan aku memiliki ijazah secara fisik. Sedangkan ijazah fisik baru ada sebulan lagi. Setelah itu beberapa hari kemudian aku pun mendapatkan panggilan interview secara online, namun sayangnya sepertinya gagal, karna aku tidak dihubungi kembali. Lalu tidak lama kurang lebih seminggu aku ada test lagi yaitu test psikotest secara online dan lagi – lagi sepertinya gagal. Aku hampir putus asa menghadapi tantangan yang amad berat ini dalam hati kecilku berkata, “Ternyata melamar pekerjaan itu lumayan sulit, apalagi ditambah saat ini pandemi masih berlanjut, aku harus bersaing dengan seseorang yang sudah memiliki pengalaman kerja 3 tahun dan menurut pemaparannya dia berhenti kerja karena PHK perusahaanya bangkrut.”

            Pada saat aku mulai gelisah dengan mencari pekerjaan, ada satu titik aku melihat ibu aku yang sedang kebingungan karena dihadapkan tagihan uang SPP adek kecilku, pada kenyataanya jika aku dan ibuku terus menerus membayar uang SPP adik dengan cara mengambil uang tabungan, yang ada uang tabungan kita makin lama makin terkuras bahkan jika kalau aku terus menerus belum mendapatkan berkerja mungkin 5 tahun kedepan hal buruknya ialah kita akan menjual asset peninggalan ayah. Perasaan aku saat itu seperti sedih, karena sudah hampir 2 bulan aku tidak ada kegiatan apa apa, kegiatan aku selama dirumah selain mendaftar lowongan pekerjaan aku hanya membantu beres beres pekerjaan rumah, sebab jika ingin kemana kemana pun pada saat itu kita sangat di batasi. Ditambah pada akhir tahun 2020 muncul covid varian baru yaitu varian alpha. Dan juga pada saat itu kita harus swab, yang dimana biaya swab tidaklah murah.

            Puncak kegelisahan ku datang, selama satu minggu sebelum pergantian tahun baru, aku merasa kehidupanku disaat itu hampa, hancur dan seakan gelap karena lagi lagi seseorang yang selalu mensupport aku dalam hal karier adalah ayah aku. Pada saat itupun aku pernah disituasi menutup diri dari pertemanan aku, aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri, dan mempertanyakan mengapa tahun 2020 ini sangat berat,mulai dari awal tahun banjir, kemudian ayah meninggal, adanya pandemi yang mewajibkan semua serba online, sidang skripsi online sampai pernah ditahap interview secara online dan mengapa itu semua terjadi dalam kurung satu tahun. Saat itu kegiatan aktivitasku hanya bangun pagi beresin rumah mandi shalat, buka hp, shalat, nangis, buka hp shalat. Begitu terus dalam selang satu minggu.

            Pada akhirnya awal tahun 2021 aku mencoba membuka lembaran baru kembali, aku mencoba menjawab apa jawaban dari tantangan ini. Dan yang pastinya aku masih bermimpi untuk bisa berkerja dengan gaji UMR suapaya aku bisa membiayai kebutuhan ibu maupun adikku, selain itu aku juga ingin sekali memiliki impian untuk bisa membelikan ibu aku mesin jahit, supaya ibu aku memiliki tambahan biaya untuk melanjutkan kehidupan yang serba tidak tahu akan sampai kapan covid ini berakhir.

            Mungkin memang semua ini sudah menjadi skenario tuhan, setelah aku melewati beberapa masa masa sulit ditahun 2020 pada akhirnya aku dipertemukan salah satu teman lama aku diwaktu SMA di sebuah tempat makan, pada saat itu aku menceritakan kilas balik perjalananku selama 2020 dan aku menceritakan keuangan keluargaku yang mana saat itu aku belum berkerja, ibu aku pun tidak bekerja dan ingin sekali memiliki mesin jahit, dan juga ada banyak pengeluaran yang harus tiap bulan dibayarkan, mulai dari membayar listrik yang pada saat itu hampir naik 20%.

            Setelah beberapa jam aku bercerita ternyata teman aku juga sedang ingin membuka sebuah resto makanan yang menu makanan utamanya ialah Ayam, tanpa berpikir panjang aku mengajukan diri untuk bisa bergabung menjadi salah satu karyawan resto makananya sebab, aku sangat sayang dengan ibu dan adik aku, aku tidak mau mereka hidup pas pasan atau bahkan kekurangan sedangkan satu satu harapan mereka ialah aku. Aku yang harus berperan secara multitasking saat itu. Aku harus bisa sebagai sahabat atau tempat curhat ibu aku, Aku juga harus bisa berperan sebagai kaka ataupun sosok ayah yang akan selalu melindungi adikku. Selain itu, aku juga harus berperan menjadi seorang anak perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga.

             Tanpa pemikiran pajang teman aku mengiyakan permohonan aku sebagai karyawan. Akhirnya jalan 2 minggu masa trainging, aku bekerja disana ternyata resto makanan ini cukup besar dan pada saat itu posisi pertama, aku ditempatkan menjadi kasir. Lalu, seiring berjalannya waktu dua bulan sudah aku bekerja di resto makanan tersebut akhirnya aku diangkat menjadi staff yang memegang segala pengadministrasian resto makanan tersebut. Dan pada akhirnya aku sangat bersyukur dan aku teringat dengan kata bijak “Disaat kita mengejar sebuah impian, memang harus dibutuhkan keberanian yang besar untuk mewujudkan tujuan tujuan kecil tersebut, walaupun pada kenyataannya akan lebih sulit memiliki keberanian pada situasi kondisi yang sangat tidak mendukung. Maka teruslah melangkah hingga tujuan tujuan kecil yang sudah di rencanakan tersebut tercapai dan percayalah terwujudnya sebuah impian tidak hanya butuh kerja keras namun terkadang ada air mata dan doa harus sejalan”.

            Hingga saat ini aku masih bekerja di resto makanan ini dan aku kembali diangkat kembali menjadi assiten kepercayaan teman aku tersebut, dan pada akhirnya karena tujuan aku bekerja hanya untuk keluarga, aku bisa membiayai sekolah adek aku, aku bisa membiayai kebutuhan rumah, dan hal yang paling aku senangi selama beberapa tahun aku bekerja adalah aku bisa membelikan 2 mesin jahit keinginan dengan kualitas terbaik dan harga yang terjangkau. dan aku makin percaya semakin banyak rintangan hari ini semakin besar hadiah dari tuhan saat nanti, soo buat kalian yang masih berjuang semangattt

 

Sekian sepenggal cerita dari aku, aku undur diri

and see youuu 

How do you feel about this chapter?

3 1 1 2 0 0
Submit A Comment
Comments (12)
  • Hasnatikap08

    hasna mau ngucapin terimakasih buat teman teman yang udah support hasna, maaf gabisa di bales satu satu, tanpa kalian cerita diatas juga tidak akan terangkai, karna sebagian besar, hasna hanya menyeritakan apa yang terjadi di tahun 2020, sekali lagi hasna ngucapin terimakasih :) :) :)

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • Tiaraani

    dulu mah pas sem4 punya impian klo abis sidang mau ala ala, kenyaanya tahun 2020 bisa sidang aja udah syukur biar ga bayar ukt wkwk

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • Megakus

    @Hannart wkwk iya lagi, gua es doger, udah gitu mmh gu manggil 'mang beli' trus diketawain wkwk
    yg pasti cuman angkatan corona yg paham klo itu lucu

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • Megakus

    #team diomelin dosen secara online, revisi online, ampe bingung yg harus direvisi yg mana wkqwkq

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • Yunissamg

    inget bgt pas sihasna nangis dimotor, udah mana jaketnya di pake baru lengan kanan, tangan kiri klo ga salah megang hp ya kan? strong womenlah pokonya

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • syarahwid

    angkatan yg klo mau kemana mana harus swab, dalam seminggu 2 kali interview 2 kali di swab wkwk
    related bgt karna swab ga murah -,-

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • Farahtik

    bener na, skenario Allah ga ada yang tau ka,
    ganbateee

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • Tashadvn

    cuman angkatan corona doang nih, yg ngrti perjuangan kitaaa

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • sarahcan

    hal yang paling menyakitkan bagi anak perempuannya ialah ditinggal ayahnya, semangat trus naaa

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
  • Mahani22

    semangat na semoga menang

    Comment on chapter Sepenggal Cerita
Similar Tags
Diaryku - everything will be okay
216      163     1     
True Story
Masa-masa sulit yang menyakitkan bukanlah akhir dari segalanya. Inilah kisahku, sisi kehidupan dari manusia kaku yang banyak belajar tentang arti kehidupan seiring dengan berjalannya waktu.
Nyawa Kedua
164      114     0     
True Story
Tahun lalu merupakan saat-saat terberat dalam sejarah hidupku. Keluarga besar kami harus kehilangan dua budhe hanya selang satu hari. Keduanya meninggal karena usia yang sudah senja. Pada saat bersamaan aku pun harus berjuang untuk mendapatkan kembali nyawa kedua bagiku. Apa yang terjadi padaku? Sungguh aku sendiri tidak paham. Kenapa ujian kesehatan yang menimpa masayarakat itu juga menghinggap...
Aku dan Waktu
236      171     0     
True Story
Bertemanlah dengan waktu dengan menikmati setiap prosesnya, tidak memandang kehidupan dengan kesulitan dan tidak ada jalan keluar, tapi cobalah untuk memandang kehidupan dari sisi yang berbeda. Sesungguhnya, kehidupan tidak memerlukan kata, tetapi memerlukan aksi yang akan membawa kita sampai pada kehidupan yang lebih baik lagi. Jadikan tujuan tersebut menjadi nyata dengan menjadikan waktu sebaga...
Titik berharga di era pandemi
171      117     1     
True Story
"Bagaimana ya rek kalo libur selama satu tahun itu diberlakukan? Ah seketika indah pasti duniaku," celetuk gadis berkerudung itu. "Ah jangan ngaco toh kamu! imposible itu mah," Jawab salah satu dari kami. Ketika impian seorang bocah remaja yang duduk dibangku SMP menjadi realita nyata di depan mata. Perpaduan suka duka turut serta mewarnai hari-hari di era masa pandemi. P...
Ikan Bakar
502      267     0     
True Story
Kata orang - orang, 'hati siapa yang tahu?' namun kataku, selera makanan siapa yang tahu? Petualangan si Tenggorokan Sombong menemukan kembali bagian dari dirinya selama masa pandemi.
Thankyou, Covid! Balitaku seakan mengerti tentangmu
294      194     7     
True Story
Balitaku yang berumur 2,5 tahun saat covid melanda negeriku ini seakan ikut merasakan pahitnya keadaan.
Sahabat
385      197     2     
True Story
Menceritakan tentang seorang gadis yang bernama Jasmine yang menjalin hubungan pertemanan dengan seorang cowok yang bernama Alden. Setelah lama berteman, mulai tumbuh perasaan suka diantara mereka berdua. Akankah pertemanan mereka hancur karena perasaan mereka sendiri?
Menemukan Kebahagiaan di Tengah Pandemi
160      113     1     
True Story
Siapakah yang siap dengan sebuah perubahan drastis akibat Virus Corona19? Pandemi akibat virus corona 19 meninggalkan banyak luka dan trauma serta merenggut banyak kebahagiaan orang, termasuk aku. Aku berjuang menemukan kembali makna kebahagiaan. Ku kumpulkan foto-foto lama masa kecilku, ku rangkai menjadi sebuah kisah. Aku menemukan kembali makna kebahagiaan di tengah pandemi. Kebahagiaan itu ad...
Daring Vs Farming
187      130     2     
True Story
Pandemi mengajarkanku banyak hal. Selain pengalaman baru belajar dalam jaringan dari rumah, aku menggunakan waktu luangku untuk membantu Mamak bertani di sawah. Suatu pengalaman indah yang pernah kualami selama pandemi. Bahwa belajar bisa tentang apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Bahkan, belajar tentang kehidupan yang sesungguhnya itulah yang utama.
Anomali Maret
167      118     1     
True Story
Maretku terjadi dengan uniknya. Ada tiga babak yang akan kuceritakan kali ini, dan benang pengaitnya kuberi nama Anomali. Tetapi sungguh, cerita seperti kejatuhan durian bulan ini, lalu pada bulan yang sama di tahun depan aku menginjak kulit durian yang belum membusuk itu, bukankah dapat dikatakan sebagai anomali absurd? Tenang saja, cerita ini tidak mengandung durian, kok! Hahaha.