Ditempat Marcel dan kawan-kawannya...
Mereka sampai di kolam renang yang kotor serta bau. Baru saja sampai, mereka semua dikejutkan oleh adanya Shane yang telah menjadi mayat. Tak cuma itu, mayat Shane sedikit menjijikan. Tampak perutnya Shane dibuka. Setelah itu kepala Shane dipotong lalu kepala Shane diletakkan ditempat usus. Sedangkan kaki kanan Shane ditusukkan ke leher Shane dan kaki kirinya ditusukkan ke bagian kelamin pria.
"My God, this is such a terrible death (Ya Tuhan, ini adalah kematian yang mengerikan)," ucap Marcel sambil menutup hidung dan mulutnya karena bau mayat.
"If I were his son, I would have fainted (Jika saya adalah putranya, saya akan pingsan)," jawab Glenn sambil membetulkan topinya.
"Okay, let's help Ryan and the others find Rick. When it's finished then we bring Shane (Oke, ayo bantu Ryan dan yang lainnya menemukan Rick. Jika sudah selesai barulah kita bawa Shane)," ajak Darly.
Setelah itu mereka berempat berjalan menuju gedung untuk membantu Ryan mencari Rick.
Ditempat Ryan...
Sudah setengah jalan Ryan dan Carl berjalan didalam gedung sampai akhirnya mereka harus berpisah karena terdapat dua jalur, yaitu jalur kanan dan kiri.
Ryan memilih jalur kiri, iapun berjalan lebih dulu dari Carl. Dan akhirnya Carl memutuskan untuk berjalan di jalur kanan.
Ryan tampak serius memandangi setiap ruangan gedung yang ia lewati, karena takut disana terdapat pembunuh misterius. Bisa juga terdapat Rick disana.
Baru saja berjalan sepuluh langkah, Ryan sudah mendengar suara seperti orang berusaha keluar dari suatu perangkap. Suara itu berasal dari arah ruangan yang ada disamping Ryan persis.
Dengan berbekal niat serta keberanian, iapun mencoba mengecek keadaan sana. Dan keluarlah Rick dari sana.
"Tuan Rick," panggil Ryan.
"Ryan, kamu kok bisa berada disini!?" tanya Rick.
"Saya mencari tuan Rick sampai kesini," jawab Ryan.
"Saya juga kesini sedang mencari Yuan dan Elizabeth, mereka berdua hilang secara tiba-tiba," jawab Rick.
"Hmm... kalau Yuan sedang diobati oleh rekan-rekan saya karena ia terluka, sedangkan Elizabeth sedang mencari korban," jawab Ryan.
"Maksud kamu gimana?" tanya Rick heran.
"Jadi selama ini...." tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dari arah kegelapan.
Rick dan Ryan langsung mengeluarkan senjatanya dan melihat siapa yang tertawa. Namun saat mereka mendekati ruangan yang gelap, mereka berdua hanya menemukan surat yang terdapat tulisan disana.
Ryan langsung buru-buru mengambil surat itu lalu membacanya. Sedangkan Rick memerhatikan sekelilingnya karena khawatir musuh ada didekat mereka.
"Apa isi tulisannya Ryan?" tanya Rick.
"Tulisan yang ada dikertas ini bertuliskan bahwa kita harus balik kerumah dan menunggu dibelakang rumah," jawab Ryan.
"Menunggu siapa?" tanya Rick.
"Menunggu orang," jawab Ryan.
"Ya sudah mari kita kesana, jangan lupa kabarkan yang lain," jawab Rick.
Setelah itu Ryan dan Rick keluar dari gedung kosong itu. Sambil berlari, Ryan menghubungi teman-temannya melalui walkie talkie bahwa mereka akan pergi ke rumah dan menunggu pembunuh misterius disana.
Calesthane dan Berlia yang mendengar itupun langsung berbalik arah dan berlari keluar menuju tempat parkiran mobil.
Ryan dan Rick langsung menaiki mobilnya dengan gerakan yang benar-benar cepat. Ryan langsung melajukan kecepatan mobilnya supaya mereka sampai dengan cepat menuju rumah.
Diwaktu yang bersamaan Calesthane, Berlia, Carl, Andrea, Lucky, Yuan, dan 5 lainnya berkumpul ditempat parkiran mobil. Mereka semua sudah menduga bahwa Ryan dan Rick sudah lebih dulu pergi kesana dengan mobil ke 3.
"Ryan and Rick had already left (Ryan dan Rick sudah pergi)," ucap Andrea.
"Well, we better catch up with them. I'm afraid something will happen if we arrive late (Nah, lebih baik kita menyusul mereka. Saya khawatir sesuatu akan terjadi jika kita datang terlambat)," ujar Carl.
Setelah itu mereka semua berangkat mengejar Ryan dan Rick yang sudah lebih dulu pergi menuju kediamannya. Yuan merasa khawatir dengan kondisi adiknya, begitu juga yang dialami oleh Calesthane dan Berlia.
"Semoga Ryan dan Rick bisa menghadapi tantangan yang ia lewati," ujar Yuan.
"Iya, semoga begitu. Aku sedih jika mereka terjadi sesuatu," jawab Calesthane.
Beberapa menit kemudian...
Sampailah Ryan dan Rick dirumah. Mereka berdua langsung memanjat pagar lalu masuk kedalam. Betapa terkejutnya mereka saat mendapati Santoso yang sudah tidak bernyawa. Sepertinya Santoso juga ikut jadi korban pembunuhan.
Terlihat kepala Santoso terdapat besi yang panjang. Tak cuma itu, dibagian perutnya juga terdapat samurai.
"Astaga, malangnya nasib temanku. Semoga kamu diterima disisinya," ujar Ryan sambil memandangi mayat Santoso.
"Sudahlah Ryan, ayo masuk kedalam. Kita sudah ditunggu oleh pembunuh misterius," ajak Rick.
Ryan dan Rick kembali berjalan masuk kedalam rumah. Lagi-lagi mereka melihat mayat, yaitu mayat Zahra. Kondisi mayat Zahra juga mengenaskan. Sepertinya saat sedang sholat, pembunuh misterius itu datang dan memotong leher Zahra.
"Ya Tuhan, teman-teman ku jadi korban semua," ucap Ryan.
Rick menarik tangan Ryan menuju belakang rumahnya. Sampailah mereka dibelakang rumah, disana sudah terdapat pembunuh misterius yang membelakangi mereka.
"Lihat, kita sedang dihadapan malaikat maut," ucap Ryan.
"Apaan sih? maut itu di tangan Tuhan," jawab Rick.
Pembunuh misterius itu membalikkan badannya lalu menatap mereka berdua.
"Ha..Ha..Ha... kalian berdua sudah datang, tanda maut akan menjemput kalian," ucap pembunuh misterius sambil mengeluarkan samurai.
"Heyyy jangan bilang seperti itu, takdir ditangan Tuhan," jawab Ryan.
"Mungkin dia merasa bahwa dia adalah Tuhan nya," jawab Rick.
"Senang bisa bertemu dengan kalian berdua. Kalian pasti penasaran dengan diriku!? aku akan memberitahu kalian mengenai identitas ku karena bentar lagi kalian MATI. Ha..Ha..Ha," jawab pembunuh misterius.
"Iya, buka dong identitas nya," jawab Ryan.
Si pembunuh misterius itu membuka samaran nya dan dugaan Ryan selama ini benar bahwa pembunuh misterius itu adalah Elizabeth. Rick benar-benar tidak menyangka bahwa Elizabeth akan sekejam ini.
"Elizabeth!" ujar Rick.
"Ha..Ha..Ha... ya aku Elizabeth. Tapi Elizabeth telah menghilang dan kini digantikan oleh Dead," jawab Elizabeth.
"Lo tega ya membunuh rekan-rekan yang sudah setia bersama lo. Dasar manusia gak punya hati!!!" teriak Ryan.
"Ya emang! emang gw gak punya hati. Ha...Ha..Ha," ucap Elizabeth.
Setelah itu Elizabeth loncat dari atas tiang dan berjalan menuju Ryan dan Rick.
"Jangan pernah kau dekat-dekat dengan kami!" ucap Rick menodongkan pistol.
"Gw lempar granat lo kalau dekat-dekat sama gw!" ucap Ryan.
"Emang aku pengen selalu dekat-dekat dengan kamu Ryan! karena aku mencintaimu!!! tapi aku tidak bisa mendapatkan mu jadi lebih baik kita mati sama-sama," jawab Elizabeth.
"Lo aja yang mati, gw masih pengen hidup," jawab Rick.
"Kematian ini tidak terlalu menyakitkan kok, hanya saja...," Elizabeth melempar granat kearah mereka.
Granat itu meledak sehingga membuat Rick dan Ryan terpental jauh. Ryan terpental hingga mengenai dinding rumah. Bahkan dinding rumahnya sampai retak. Sedangkan Rick terpental kearah besi-besi yang tajam. Kepalanya pun tertusuk dengan besi yang panjang serta runcing.
Elizabeth tertawa dengan keras melihat penderitaan itu.
Ryan tampak tidak sadarkan diri karena terbentur dengan keras.
***
Beberapa menit kemudian...
Perlahan-lahan Ryan mulai membuka kedua matanya. Terlihat Elizabeth sedang mengasah samurai yang ia bawa.
Dengan gerakan yang cepat, Ryan mengambil pistol lalu menembak kearah Elizabeth. Namun sayangnya peluru itu tidak berhasil mengenai Elizabeth karena Eliza berhasil menghindari nya.
"Ha..Ha..Ha... Ryan, Ryan. Kamu tidak akan pernah bisa membunuhku," ucap Elizabeth.
Ryan melihat kearah sekelilingnya. Iapun terkejut mendapati Rick yang mati mengenaskan akibat ledakan tadi. Ryan benar-benar kesal melihat itu, iapun berdiri dan mengambil senapan yang ia punya.
"Kurang ajar!!! dasar manusia bejat!" hina Ryan.
"Apa sayang? aku cantik? aku imut? aku baik? makasih ya telah memujiku. Ha..Ha..Ha. Sebagai gantinya, aku mau memberikan kejutan, aku akan menyayangimu sepenuhnya dengan cara begini," Elizabeth menggores wajah Ryan dengan silet yang tajam.
Tidak cuma itu, ia juga menyabet tubuh Ryan hingga bajunya robek-robek.
"Dasar iblis!!!" ucap Ryan.
Sepontan, Elizabeth langsung menyabet mulut Ryan dengan kencang hingga mulut Ryan mengeluarkan banyak darah.
Ryan sudah menyerah dan memilih pasrah. Karena ia tidak sanggup melawan Elizabeth yang benar-benar psikopat.
Elizabeth mendekati Ryan sambil membawa sebuah samurai yang baru ia asah.
"Ryan? kamu tahu ini untuk apa? ini untuk menyatukan kita. Aku akan menusuk ini kepada tubuhmu supaya kau jadi milikku seutuhnya. Ha...Ha..Ha...," ujar Elizabeth.
"Aku tidak akan pernah memaafkan perbuatanmu!" ujar Ryan.
"Mulut udah soak begitu masih ngomong. Oke, aku maafin perilaku mu. Tapi sebagai gantinya aku akan berbuat sama apa yang teman-teman kamu rasakan! ha...ha..ha..," teriak Elizabeth.
Elizabeth berdiri lalu mulai melaksanakan niatnya yaitu membunuh Ryan dengan kejam seperti yang lain. Ryan hanya bisa berdoa supaya ia diberikan perlindungan.
Diwaktu yang tepat, Calesthane, dan kawan-kawannya datang kesana. Calesthane langsung berlari kearah Elizabeth lalu ia menendang perut Elizabeth dan mengambil samurainya.
Elizabeth tergeletak di tanah, Calesthane langsung menghampirinya dan mencekik leher Elizabeth dengan kencang.
"Dasar teman bejat!!! dasar iblis!!! tega-teganya kamu melukai orang-orang didekatku. Sekarang rasakan penderitaan ini!" Calesthane semakin kencang mencekik leher Elizabeth.
Carl, Andrea dan yang lainnya mencoba menahan Calesthane namun Calesthane sudah terlanjur murka dengan Elizabeth.
Ryan mencoba menghentikan Calesthane yang sedang berapi-api.
"Calesthane! stop! hentikan! hentikan! ini semua untuk ayahmu yang sudah tenang di alam sana. Orang-orang disekitar mu sudah bahagia disana, dan mereka semua tertahan karena kamu yang belum ikhlas. Lihat ayahmu! meskipun dia mati mengenaskan, tapi dia sudah bahagia dialam sana," ujar Ryan.
Calesthane mulai melepaskan cekikan nya. Iapun mendekati mayat Rick yang sangat mengenaskan.
Calesthane meluapkan semua kesedihannya melihat Rick, orang yang paling ia sayangi mati demi dirinya.
"Daddy!!! Daddy! kenapa bisa begini? aku sangat menyayangi Daddy," Calesthane memeluk erat Rick meskipun sudah tidak bernyawa.
Ia terus saja menangis dan menangis melihat Rick. Berlia, Andrea, Ryan dan lainnya hanya bisa terdiam memandangi Calesthane.
Mereka juga ikut berduka atas kepergian Rick. Apalagi selama ini Rick juga berjasa bagi mereka semua.
Berlia juga ikut menangis melihat pengorbanan suaminya yang sungguh luar biasa. Namun Andrea berusaha menenangkan Berlia hingga berhenti menangis.
Saat sedang dalam keadaan duka, sedih dan rasa penyesalan yang besar, tiba-tiba Elizabeth bangun dari pingsannya.
Awalnya mereka semua tidak sadar bahwa Elizabeth sudah bangun, namun saat Elizabeth berlari dan mencoba membunuh Calesthane, mereka semua baru sadar.
Ryan berteriak kepada Calesthane bahwa Elizabeth telah bangun dan sedang berlari untuk membunuhnya. Tapi Calesthane tidak menggubris perkataan Ryan dan masih saja disana.
Pada saat Elizabeth ingin menancapkan samurai dikepala Calesthane, Calesthane membalikkan badannya lalu menusuk Elizabeth dengan pisau yang ia pegang.
Sepontan, itu semua mengejutkan mereka semua. Elizabeth kembali tergeletak di tanah dalam kondisi sekarat.
Calesthane yang sedang dalam keadaan emosi terus saja menusuk perut Elizabeth. Dan itu dilakukan nya berulang-kali. Tak cuma itu, Calesthane juga memotong dari arah jantung Elizabeth hingga menuju payudara. Benar-benar perbuatannya Calesthane sangat sadis.
Sampai akhirnya Calesthane berhenti karena melihat Elizabeth yang sudah menjadi mayat. Untuk perpisahan terakhir, ia menembak otak Elizabeth. Setelah itu Calesthane berjalan menuju Ryan.
Ryan dengan tertatih mencoba berlari dan menenangkan Calesthane. Iapun memeluk Calesthane dengan erat dan mencoba menenangkannya.
"Sabar ya, ini semua takdir yang diatas. Namun dibalik peristiwa ini, pasti ada makna yang tersimpan. Dan, adanya peristiwa ini, siapa tahu bisa mengubah kehidupan mu kedepannya menjadi lebih baik. Tenang saja, aku akan selalu bersamamu disini," ucap Ryan.
"Makasih Ryan karena kamu selalu ada saat aku terpuruk," Calesthane semakin erat memeluk Ryan.
***
Tiga puluh menit kemudian...
Terlihat Ryan dan kawan-kawannya sedang membantu polisi membawa mayat-mayat masuk kedalam ambulance supaya mereka dimakamkan secara layak di Amerika.
Setelah selesai membantu, mereka semua bersantai sambil mengobrol dengan penuh candaan.
Senyum Calesthane yang sempat hilang kini kembali lagi. Ryan merasa bahagia melihat istrinya yang bahagia.
***
Keesokan harinya...
Sebelum Ryan dan Calesthane balik ke Indonesia, mereka berdua mengunjungi makam teman-temannya yang dikuburkan disana.
Calesthane memandangi makam Rick. Ia kembali sedih mengingat peristiwa kemarin, namun Ryan berusaha membuat Calesthane bahagia. Ia tidak ingin Calesthane menangis terus.
Sehabis jenguk ke makam Rick dan lainnya, mereka berdua pulang dan bersiap-siap untuk keberangkatan ke Jakarta.
Mereka pulang ke Indonesia bersama Yuan dan Berlia. Yuan serta Berlia juga ingin bersama Ryan dan Calesthane.