Read More >>"> CREED AND PREJUDICE (7-Pencuri yang Berbeda) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - CREED AND PREJUDICE
MENU
About Us  

Aku mengetuk pintu ruangan BK. Terdengar suara bu Rika dari dalam. Beliau menyuruhku untuk masuk. Aku membuka pintu perlahan. Terlihat bu Rika, bu Nurma, dan Abid duduk di atas sofa. Aku segera bersalaman dengan bu Rika dan bu Nurma. Aku ingin terbuka mengenai keraguanku.

“Maaf, bu. Saya ingin mengatakan sesuatu yang mengganjal di dalam pikiran,” bu Rika menyuruhku untuk duduk disebelahnya.

“Ada apa, Mar?” tanyanya. Aku menarik nafas sesaat. Aku harus mengatakan hal ini. Siapa tahu kalau bu Rika bisa membantu.

“Abid memang mencuri ipad itu. Tetapi saya benar-benar yakin bahwa bukan Abid yang mencuri barang-barang di kelas tujuh-A.”

“Kenapa Amar bisa seyakin itu?” tanya bu Nurma ikut berbicara.

“Sebelumnya Abid juga kehilangan album perangko di kelas. Jadi tidak mungkin kalau dia yang mencuri barang-barang kelas tujuh-A selama ini. Apalagi setelah Abid kehilangan album perangko itu, saya menemukan tanah liat di atas mejanya dan jejak sepatu dari tanah liat di bawah meja Abid hingga dekat pintu kelas. Saya curiga jika bekas tanah liat itu berasal dari tersangka.”

“Lalu apa Amar sudah mengetahui siapa tersangka itu?” tanya bu Nurma lagi. Aku tidak langsung menjawab. Sebenarnya aku memiliki kecurigaan terhadap seseorang. Namun  jauh di dalam relung hatiku berkata bukan dia. Pada akhirnya keraguan itu masih membekas di dalam diriku. Aku tidak ingin menyalahkan orang yang belum tentu dia pelakunya seperti sebelumnya. Aku pun hanya menggelengkan kepala. Kami terdiam beberapa saat. Bu Nurma memandang Abid yang masih menundukkan kepalanya.

“Abid,” panggilnya. Kepala Abid menengadah. Keduanya saling bertatapan. “Tolong ceritakan dengan jujur, bagaimana ipad itu bisa berada di dalam tasmu?”

Abid melihat bu Nurma dengan sedikit takut.

“Ibu tidak akan memarahimu. Ibu hanya ingin mendengar kejujuranmu,” tambah beliau. Dengan tangan yang gemetaran, Abid mulai menceritakan kejadian sebelumnya.

Satu jam yang lalu…

Sehabis mengambil penilaian olahraga, Abid merasa haus. Dia berniat untuk mengambil botol air mineral di dalam tasnya. Dia berjalan melewati lorong. Sesampainya disana, dia bertemu dengan Siti yang baru saja keluar dari kelas. Namun Siti tidak menengok ke belakang. Jadi dia tidak menyadari bahwa Abid berjalan memasuki kelas.

“Loh, Siti mau kemana? Bukannya dia sedang absen karena kepalanya pusing ya? Apa mungkin dia pergi ke uks ya?” gumam Abid. Setelah melihat sosok Siti berlalu, Abid mengambil botol air mineral dan meminumnya. Sambil meminum air mineral, tanpa sengaja matanya melihat ipad yang tergeletak di atas meja. Abid berjalan mendekati meja itu.

Ipad siapa nih? Hmm.. ini meja Siti kan? Apa dia lupa membawa ipad-nya ya? Aku harus segera mengembalikannya!” baru berjalan beberapa langkah, dia termangu sesaat. ‘Ipad ini masih terlihat baru. Kalau aku menjualnya, aku akan mendapatkan uang untuk membeli koleksi perangko. Tetapi mama selalu mengajarkanku untuk tidak mengambil barang yang bukan milik kita. Karena kalau aku mengambil barang orang lain tanpa ijin, maka dosaku akan bertambah. Ya, aku harus mengembalikannya. Tetapi..,’ Abid benar-benar bertarung dengan perasaan serta akal sehatnya.

Semenjak dia kehilangan album perangkonya, Abid benar-benar tidak bisa menghilangkan rasa kesedihannya. Namun dia tidak pantang menyerah. Dia kembali menabung dari sisa uang sakunya dan berharap dapat membeli beberapa koleksi perangko. Melihat ipad yang berada ditangannya, membuatnya memiliki ide yang brilian yaitu dengan menjualnya. Dia akan mendapatkan uang yang banyak untuk membeli banyak koleksi perangko. Akan tetapi di sisi lain, dia terus-menerus mengingat nasihat dari mamanya. Abid merasa terjebak diantara dua pilihan.

‘Krakk,’ Abid terkejut ketika mendengar suara yang berasal dari pintu kelasnya yang setengah terbuka. Abid segera memasukkan ipad di dalam tasnya tanpa menimbang keputusannya lagi. Lalu dia berjalan perlahan ketika melihat bayangan seseorang di dekat pintu kelasnya yang setengah terbuka. Setelah hampir mendekati daun pintu, bayangan itu menghilang. Abid segera berlari kecil dan melongok di luar kelas. Namun tidak ada siapapun disana. Abid menarik nafas lega.

***

“Saya minta maaf, bu. Karena saya sudah mengambil ipad tanpa seijin Siti. Tolong jangan beritahu mama saya, bu,” ucap Abid sembari memohon pada bu Rika dan bu Nurma.

“Bid, ibu senang karena kamu mengakui kesalahanmu. Hanya saja, ibu sebagai wali kelasmu bertanggung jawab penuh atas perilakumu di sekolah. Dan ibu terpaksa harus menceritakan hal ini pada mama Abid. Agar Mama Abid dapat memberikan perhatian lebih pada Abid,” ucap bu Nurma sambil sesekali mengelus punggung Abid.

“Tapi mama pasti marah pada saya, bu.”

“Mama marah pada Abid karena sayang sama Abid,” jelas bu Nurma.

“Nanti ibu akan menjelaskan pada mama Abid agar tidak memarahi Abid. Tetapi Abid harus berjanji untuk tidak mengambil barang yang bukan miliknya. Lain kali jika Abid menemukan benda milik orang lain, maka Abid harus segera mengembalikannya. Selain itu, bukankah pahala Abid semakin bertambah? Iya kan?”

“Iya, bu. Saya mengerti. Saya janji untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi.”

Bu Nurma tersenyum lembut, “Abid juga harus tahu kalau bu Rika dan bu Nurma menasehati Abid karena sayang pada Abid. Abid dan semua teman Abid disini sudah seperti anak ibu sendiri. Iya kan, bu Rika?” bu Rika menganggukkan kepala.

Bu Rika menambahi, “Jika kalian memiliki masalah yang tidak dapat diselesaikan, maka ibu akan bersedia untuk mencari jalan keluar untuk kalian semua Jangan merasa sungkan atau malu. Karena semua guru disini juga sebagai pengganti orang tua kalian di sekolah.” Aku dan Abid mengangguk secara bersamaan.

***

Setelah dari ruangan BK, aku dan Abid berjalan bersama menuju ruangan kelas. Sesampainya disana, teman-teman sekelas langsung mengerubungi kami. Banyak dari mereka yang bertanya mengenai ipad milik Siti.

“Bid, kenapa ipad Siti berada di dalam tas kamu?”

“Apa kamu benar-benar mencurinya?”

“Jadi selama ini kamu yang mencuri barang-barang kita?”

Berbagai pertanyaan terlontar dan hal itu membuat Abid hanya diam membisu. Sepertinya dia tidak tahu bagaimana dalam menghadapi teman-teman sekelas. Aku sangat mengerti perasaannya. Dia tidak ingin teman-teman tahu kebenarannya. Dia takut jika nantinya teman-teman akan menjauhinya.

“Abid tidak mencuri apapun. Orang yang mencuri barang-barang kalian itu bukan Abid,” aku mencoba menjelaskan. Teman-teman melihatku penuh dengan minat.

“Tapi kenapa ipadku berada di dalam tas Abid?” komentar Siti.

Aku langsung menjawab, “Pokoknya bukan Abid yang mencuri barang-barang. Buktinya Abid juga kehilangan album perangkonya.” Teman-teman langsung manggut-manggut mengerti. Sepertinya mereka menerima penjelasanku. Aku pun bernafas lega.

“Anak-anak, ayo duduk. Kita lanjutkan pelajaran lagi,” bu Nurma datang dan menyuruh kami untuk membuka halaman berikutnya. Aku segera kembali duduk di bangkuku. Baru berjalan beberapa langkah, seseorang menggamit lenganku. Aku menoleh.

“Abid..,” kataku sedikit kaget. Kulihat Abid mengembangkan senyumannya kembali.

“Amar, terima kasih ya.”

***

Setelah mendengar bel pulang, aku segera mengemasi buku-buku. Teman-teman juga tampak sibuk memasukkan buku-buku di dalam tas. Tidak lupa sebelum keluar kelas, kami menyalami bu Mahiba, guru agama islam. Baru saja melangkah keluar ruangan kelas, seseorang menarik tanganku.

“Halo, Amar!” seru Yoga sambil melambaikan tangannya. Rupanya Yoga dan Hana berdiri di luar kelas untuk menungguku.

“Kalian ingin pulang bareng aku?”

“Yap, kita ingin jalan bareng sama kamu sampai gerbang sekolah. Setelah itu kita berpisah disana. Kita kan dijemput ortu masing-masing,” kata Hana sambil tersenyum.

“Nggak tanya tuh. Aku sudah tahu kali kalau kita dijemput ortu masing-masing,” candaku. Hana langsung menggembungkan kedua pipinya. Lalu dia memonyongkan bibirnya. Aku pun tertawa melihat ekspresi aneh yang ditunjukkan Hana. Yoga juga ikut tertawa. Setelah itu kami berjalan bersama.

“Tadi kelas kalian ada pemeriksaan mendadak?” tanyaku. Mereka berdua menganggukkan kepala secara bersamaan.

“Tadi hanya pak Handoso yang memeriksa tas kami,” kata Hana. Lalu dia menyipitkan matanya ke arahku. “Pasti pemeriksaan tadi ada hubungannya dengan barang-barang yang hilang di kelasmu. Iya kan?” aku menganggukkan kepala.

“Aku yakin kalau kamu sudah tahu apa yang terjadi melalui gosip.”

Hana tertawa.

“Yap! Aku dengar kalau Siti kehilangan ipad di dalam kelas.”

“Sekarang sudah ketemu kok.”

Hana terkejut, “Hah? Masa’?!” aku menganggukkan kepala dengan mantap. “Siapa pelakunya? Jangan-jangan pelakunya adalah orang yang selama ini mencuri barang-barang kalian?!” aku hanya mengendikkan bahu.

“Yang paling penting sekarang ipad Siti sudah ketemu. Sudah deh, jangan bahas itu lagi. Aku yakin suatu saat pencurinya akan segera ketemu. Itu yang dikatakan oleh bu Rika.”

“Tapi anehnya aku merasa kalau pencuri ipad itu berbeda dengan pencuri yang sebelumnya,” tuh kan, antena kecurigaan Hana mulai muncul kembali. “Coba kalian pikirkan, ipad itu kan benda yang berharga. Sedangkan selama ini, benda-benda yang dicuri oleh si pencuri tidak terlalu berharga. Contohnya saja Keke yang kehilangan charger hape, padahal saat itu Keke meletakkan charger dan hape secara bersamaan di dekat stop kontak. Tapi yang hilang justru charger Keke, bukan hapenya. Bukankah hape lebih berharga daripada charger ya? Nah, kasus yang satu ini lain lagi. Malah kebalikannya toh!”

Sesaat aku terperangah mendengar penuturan Hana. Benar juga apa kata Hana. Entah kenapa aku tidak memikirkan hal ini sebelumnya. Aku harus memikirkannya secara matang!

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Half Moon
1010      540     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
Phased
5353      1624     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
19400      1887     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
Segaris Cerita
482      251     3     
Short Story
Setiap Raga melihat seorang perempuan menangis dan menatap atau mengajaknya berbicara secara bersamaan, saat itu ia akan tau kehidupannya. Seorang gadis kecil yang dahulu sempat koma bertahun-tahun hidup kembali atas mukjizat yang luar biasa, namun ada yang beda dari dirinya bahwa pembunuhan yang terjadi dengannya meninggalkan bekas luka pada pergelangan tangan kiri yang baginya ajaib. Saat s...
Last October
1685      637     2     
Romance
Kalau ada satu yang bisa mengobati rasa sakit hatiku, aku ingin kamu jadi satu-satunya. Aku akan menunggumu. Meski harus 1000 tahun sekali pun. -Akhira Meisa, 2010. :: Terbit setiap Senin ::
Comfort
1146      486     3     
Romance
Pada dasarnya, kenyamananlah yang memulai kisah kita.
Memento Merapi
4674      1787     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
Love Warning
1175      532     3     
Romance
Pacar1/pa·car/ n teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Meskipun tercantum dalam KBBI, nyatanya kata itu tidak pernah tertulis di Kamus Besar Bahasa Tasha. Dia tidak tahu kenapa hal itu seperti wajib dimiliki oleh para remaja. But, the more she looks at him, the more she's annoyed every time. Untungnya, dia bukan tipe cewek yang mudah baper alias...
Dearest Friend Nirluka
399      291     0     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Good Art of Playing Feeling
346      258     1     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...