Loading...
Logo TinLit
Read Story - CREED AND PREJUDICE
MENU
About Us  

Akhir-akhir ini kelas kami sering kehilangan berbagai barang. Mungkin hal itu biasa dalam kehidupan anak sekolah, seperti kehilangan bolpoin, pensil, spidol, pensil warna, namun hal ini berbeda dari yang lain. Kehilangan secara berturut-turut dan barang-barang penting mulai ludes di setiap bangku. Heru kehilangan deodoran kesayangannya (salah sendiri bawa deodoran ke sekolah), Bhuti kehilangan kaos kakinya yang tertinggal sebelah dari sepasang (aneh!), Ulfah kehilangan charger handphone dibawah loker ketika mengisi baterai hp-nya (tapi si hp tetap bertahan di loker, yang hilang malah chargernya), dan yang paling tragis dan menggemparkan sekolah adalah tidak ditemukannya kunci motor bebek milik Danya.

Hari itu, dia nangis mewek dan pada akhirnya ayahnya datang menemui pemilik si bebek untuk memberi kunci cadangannya. Kelas itu menjadi momok bagi kami. Pasalnya, dalam beberapa bulan ini kelas kami, VII-A, terdaftar kelas yang paling rawan terjadi pencurian. Jadi mulai dari sekarang, kami menjadi lebih berhati-hati.

Saat jam istirahat, aku berkunjung ke kelas Yoga. Aku sering mampir di kelasnya karena suatu alasan. Entah kenapa aku selalu tertarik mendengar pembicaraan Hana, teman sekelas Yoga. Hana dan kedua teman ceweknya selalu asyik membicarakan tentang pencurian di kelasku. Aku pun menyadari, selain Hana dan kedua temannya, sudah banyak para siswa dari berbagai angkatan yang mengetahui hal ini. Anak-anak kelas lain juga mulai menjaga jarak dengan anak-anak di kelas kami. Mereka merasa ikut terancam juga dengan keselamatan barang-barangnya. Hingga Akhirnya kelasku resmi menjadi kelas paling rawan pencurian. OH MY GOD! Tragis banget kan?

Aku sendiri tidak tahu harus patut berbangga atau tidak. Banyak orang-orang di kelas kami menjadi penasaran kenapa sampai hari ini orang yang mencuri begitu lihai sehingga tidak ada satu pun saksi mata.

“Sst... tau gak sih bem, kelas angker itu kehilangan charger lagi. Eh, malah hapenya tetep bertahan di meja. Padahal hapenya merek terbaru boo’, touch screen lagi!!!!” kudengar Hana mulai membuka pembicaraan. Perlu diralat, sebelum pemberitaan tentang pencurian mengambang, nama kelas kami sudah tercoreng akibat tersebar gosip beberapa tahun lamanya bahwa kelas VII-A merupakan kelas yang angker. Aku tidak begitu mempercayainya. Tetapi bagi sebagian siswa terlihat begitu mempercayai berita itu. Ditambah dengan kejadian beberapa bulan yang lalu. Hari itu kami sedang mengikuti pelajaran sosiologi. Entah darimana asalnya, tiba-tiba lampu di kelas kami pecah dan berbau gosong. Pencahayaannya pun meredup. Hal itu semakin meyakinkan bahwa kelasku merupakan kelas yang angker.

 Kembali lagi dengan Hana yang masih mengobrol dengan kedua temannya. Posisi Hana dan kedua temannya tepat berada di belakangku. Masih mengobrol dengan Yoga, sesekali aku menguping pembicaraan mereka.

“Iih.. kalo aku sih ada kesempatan, udah aku embat tuh si touch,”

“Kamu mau banget ya jadi si tangan panjang..,”

“Bercanda deh. Omong-omong, siapa ya si tangan panjang itu?” aku tertawa kecil dalam hati. Seberapa pun rasa penasaran mereka, masih lebih penasaran aku dan teman-teman sekelasku. Bahkan kami menimbulkan kecurigaan besar satu sama lain. Alhasil, perasaan untuk saling percaya cepat luntur dan berganti dengan keraguan.

“Eh, kayaknya Amar lagi nguping tuh,” rupanya Hana menyadari keberadaanku. Aku sendiri juga baru tersadar karena tubuhku yang bereaksi berlebihan dan lebih condong ke belakang membuat bahasa tubuhku mudah terbaca oleh mereka. “Kita ke kantin ajah yuk!”

Hana dan kedua temannya langsung berdiri dan keluar kelas. Aku sangat yakin mereka akan meneruskan obrolan tentang kelasku disana. Ingin sekali rasanya membanting meja dan mengatakan pada Hana dan semua orang bahwa segala hal yang mereka gunjingkan selama ini tidak benar adanya.

“Mar, kamu dengar nggak sih?” aku kembali tersadar dari lamunan. Yoga menunjukkan kerutan dari wajahnya. Tampaknya dia mengetahui bahwa aku tidak begitu memperhatikannya. Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.

“Aku tadi bilang kalau aku sepertinya tahu siapa dalang dari semua ini,” ucapnya dengan ekspresi wajah sok serius. Giliran aku yang mengerutkan kening, tidak mengerti. “Tidak mungkin kalau orang luar yang mencuri barang di kelasmu. Sudah pasti kalau yang mencuri itu adalah orang dalam,” aku langsung mengerti kemana arah pembicaraannya. Ternyata Yoga juga sedang membicarakan tentang pencurian di kelasku. Aku malah merasa Yoga itu lebay banget. Pakai istilah orang dalam-orang luar lah. To the point saja kenapa sih!

“Maksudmu pelakunya itu ada di dalam kelasku? Di antara teman-teman sekelasku?” tanyaku memperjelas. Yoga menganggukkan kepala dengan pasti.

“Bisa juga si pelaku itu adalah kamu,” tudingnya dengan muka sok serius. Aku terkejut mendengarnya. Kutonjok pelan bahunya.

“Jangan bercanda kamu, Ga! Mana mungkin kalau aku pelakunya?! Aku sendiri juga korban tahu. Gara-gara pencurian itu, keakrabanku dengan teman-teman lainnya juga jadi terganggu. Sekarang nama baikku juga ikut tercoreng tahu!!!” seruku ngotot. Yoga malah cengar-cengir. “Lagipula mana mungkin kalau orang itu adalah salah satu dari teman-teman sekelasku. Aku sangat mempercayai mereka semua. Tidak ada yang patut dicurigai dari mereka. Aku lebih yakin kalau pelakunya adalah orang luar.”

“Jangan konyol! Aku lebih yakin kalau pelakunya itu orang dalam, Mar.”

“Tapi bukan aku! Juga bukan teman-teman sekelasku!”

“Aku tahu itu. Aku tidak bermaksud menyalahkanmu. Selama ini kamu juga penasaran dengan pelakunya kan? Karena itu juga, kamu selalu kesini untuk mencari perkembangan informasi dari si Hana.”

“Yap. Akhirnya kamu menyadarinya juga,” gumamku.

“Aku sampai cemburu tahu! Kamu lebih memperhatikan Hana dan teman-teman yang lain daripada aku,” kelakarnya. Aku pura-pura bergidik ngeri melihatnya. Yoga tertawa terbahak-bahak.

“Aku tidak memperhatikan Hana dan teman-temannya saja loh. Sudah banyak aku dengar orang-orang yang bergosip tentang pencurian itu.”

“Tapi jangan sampai berlebihan ya. Jangan sampai berlanjut suudzon loh ya.”

Aku nyengir sesaat, “Aku mulai curiga dengan Hana. Setiap hari ada saja yang mereka gosipkan. Terkadang aku melihatnya mondar-mandir di kelasku.”

“Tuh kan mulai suudzon! Hayo, tadi aku bilang apa..,” aku langsung terkekeh mendengarnya. Benar juga! Aku tidak boleh menaruh curiga terlalu dalam pada seseorang. Hal itu bisa menimbulkan fitnah nantinya. Akan tetapi sebanyak apapun aku menghapus Hana dari daftar pelaku, kecurigaanku malah semakin besar padanya.

Hana Pratiwi. Seorang gadis yang supel dan jago berakting. Hobinya suka bergosip. Dia selalu menimbulkan banyak sensasi pada semua orang di sekitarnya, terutama tentang kelasku. Dari awal semester, Hana selalu mampir di kelasku. Seperti biasa, dia mondar-mandir dan bercuap-cuap dengan semua orang disana. Memang sih, bukan dia saja yang mampir di kelasku. Akan tetapi hanya dia yang setiap hari berkunjung di kelasku. Seiring dia mondar-mandir disana, selalu ada saja barang-barang yang hilang. Hal itu menimbulkan kecurigaan besar.

Aku melihat kedua teman Hana telah kembali ke kelas. Namun aku tidak melihat sosok gadis itu. Mataku langsung beralih ke arah Yoga.

“Lihat, Yog. Kedua temannya tadi sudah kembali. Tetapi sekarang Hana tidak bersama mereka,” ucapku dengan wajah curiga. Yoga mengernyitkan dahi dengan heran. “Siapa tahu sekarang dia mampir di kelasku. Setiap hari dia berkunjung di kelasku. Seiring waktu, kelas kami juga kehilangan barang. Bukannya aku menuduh, tetapi siapa tahu dia melakukan hal yang tidak pernah kita pikirkan.” Yoga tampak berpikir sesaat. Lalu dia memanggil salah satu temannya Hana.

“Dir, dimana Hana? Kalian nggak bareng?”

“Hana mampir dulu di kelas tujuh-A,” mendengar hal itu, dugaanku semakin mantap. Yoga berbalik melihatku. Kami saling menatap. Sepertinya dia memiliki pemikiran yang sama denganku. Yoga bangkit dari duduknya.

“Ayo kita kesana. Siapa tahu kita mendapatkan petunjuk,” aku ikut berdiri. Saat aku hendak berjalan, Yoga mencegatku. “Tapi kamu jangan teburu-buru menuduhnya. Bisa saja dia tidak melakukan hal itu.”

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sebelas Desember
4861      1406     3     
Inspirational
Launa, gadis remaja yang selalu berada di bawah bayang-bayang saudari kembarnya, Laura, harus berjuang agar saudari kembarnya itu tidak mengikuti jejak teman-temannya setelah kecelakaan tragis di tanggal sebelas desember; pergi satu persatu.
Doa
446      325     3     
Short Story
Berhati-hatilah dengan segala pemikiran gelap di dalam kepalamu. Jika memang sebabnya adalah doa mereka ....
Perempuan Beracun
68      63     5     
Inspirational
Racuni diri sendiri dengan membawanya di kota lalu tersesat? Pulang-pulang melihat mayat yang memilukan milik si ayah. Berada di semester lima, mengikuti program kampus, mencoba kesuksesan dibagian menulis lalu gagal. Semua tertawa Semua meludah Tapi jika satu langkah tidak dilangkahinya, maka benar dia adalah perempuan beracun. _________
Finding the Star
1339      960     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...
Dimensi Kupu-kupu
14363      2783     4     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
Gagal Menikah
4921      1647     4     
Fan Fiction
Cerita ini hanya fiktif dan karanganku semata. Apabila terdapat kesamaan nama, karakter dan kejadian, semua itu hanya kebetulan belaka. Gagal Menikah. Dari judulnya udah ketahuan kan ya?! Hehehe, cerita ini mengkisahkan tentang seorang gadis yang selalu gagal menikah. Tentang seorang gadis yang telah mencoba beberapa kali, namun masih tetap gagal. Sudut pandang yang aku pakai dalam cerita ini ...
Dessert
1054      555     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Kamu
301      247     0     
Short Story
Untuk kalian semua yang mempunyai seorang kamu.
Ken'ichirou & Sisca
14279      2992     1     
Mystery
Ken'ichirou Aizawa seorang polisi dengan keahlian dan analisanya bertemu dengan Fransisca Maria Stephanie Helena, yang berasal dari Indonesia ketika pertama kali berada di sebuah kafe. Mereka harus bersatu melawan ancaman dari luar. Bersama dengan pihak yang terkait. Mereka memiliki perbedaan kewarganegaraan yang bertemu satu sama lain. Mampukah mereka bertemu kembali ?
Love Warning
1346      626     3     
Romance
Pacar1/pa·car/ n teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Meskipun tercantum dalam KBBI, nyatanya kata itu tidak pernah tertulis di Kamus Besar Bahasa Tasha. Dia tidak tahu kenapa hal itu seperti wajib dimiliki oleh para remaja. But, the more she looks at him, the more she's annoyed every time. Untungnya, dia bukan tipe cewek yang mudah baper alias...