Loading...
Logo TinLit
Read Story - Moira
MENU
About Us  

Beberapa hari telah berlalu, luka yang sempat berdarah waktu itu karena jahitanku lepas. Sepertinya jadwal untuk melepas jahitanku ini kembali tertunda. Juga, setelah tahu apa yang terjadi padaku, sepanjang hari aku bisa berdiam diri di kamar. Aku tidak pernah berpikir kalau aku tidak bisa kembali, kukira  kedatanganku ke sini untuk melindungi Diana, juga Lucas, dari kematian mereka, tapi yang sebenarnya terjadi, justru aku sedang menyelamatkan diriku di masa lalu. Maksudnya, memangnya fenomena reinkarnasi itu ada ya? Otakku yang terbatas ini masih tidak bisa mempercayainya. Di duniaku, orang-orang sudah tidak percaya hal sepert ini,  dan sekarang aku ditarik ke masa lalu oleh orang bodoh yang merasa bersalah padaku? Gila! Ini benar-benar gila!

Aku ingin pulang. Walaupun kehidupanku sebagai Tiara memang di bawah garis kemiskinan, tapi tempat itu sudah kuanggap sebagai rumahku. Bagaimana bisa aku terkurung di tempat ini dengan ingatan kehidupanku sebagai Tiara yang masih melekat di pikiranku? Apa mungkin orang bodoh itu hidup di jaman yang sama? Aku harus menemukannya dan menjambak rambutnya, walaupun kecil kemungkinan dia mengingat apa yang sudah ia lakukan padaku.

“Diana.” Lucas memanggilku. Aku menoleh padanya, ia menghampiriku.

Lalu menyodorkan nampan berisi dua cangkir cantik nan elegan juga sepiring kue coklat. “Nara bilang kau tidak menyentuh teh dan kuemu setelah makan siang. Jangan biarkan perutmu kosong, cuaca di luar sana sudah sangat dingin untuk membekukan tubuhmu.”

Nampan itu Lucas simpan di atas meja bulat kecil yang sedari tadi berada di depanku. Aku memandang sejenak salju di balik jendela kamarku, selimut putih itu sudah menumpuk dan menutupi halaman, tentu saja pakaianku juga kembali pada gaun dengan bagian bawah yang menggelembung dan rumit.

Kemudian aku memandangi cangkir di hadapanku.

Itu teh melati, di dunia ini, teh melati termasuk minuman mewah dan mahal. Melati cukup sulit di tanam di sini, padahal di duniaku sudah ada kantung teh satuan yang harganya kurang dari lima ribu.

Aku kembali menghela napas berat. Lagi-lagi aku tidak bisa lepas dari ingatan kehidupan modernku itu. Berat… rasanya sangat berat.

“Diana.” Kembali Lucas memanggil namaku dengan lembut dan tak biasa itu. Di depanku ini adalah suamiku sekarang, raja paling sadis yang tercatat dalam sejarah Kerajaan Xavier, orang yang selama ini kuhindari. Pada akhirnya aku terikat padanya dan tidak bisa kembali ke duniaku.

Aku ingin pulang…

Tiba-tiba saja punggung tangan Lucas sudah menempel ke dahiku, wajahnya cukup terlihat cemas karena melihat istrinya ini tidak meresponnya sama sekali. Aku segera menghindari tangannya itu dan mengangkat cangkir cantikku dan meneguk sedikit teh melati yang dibawakannya tadi.

“Apa ada sesuatu yang terjadi padamu saat bertemu Nyonya Hellen?” tanyanya lagi.

Aku kembali bungkam, beban di kepalaku seperti tidak ada habisnya membombardir otakku yang terbatas ini.

“Apa yang dikatakan Nyonya Hellen menyakiti hatimu?”

“Eh?!”

“Katakan saja Diana, aku akan—“

“Bukan!” Aku memotong ucapannya. Kau akan membantai Daerah Perbatasan juga? Gila! “Saya… saya…” Aku menggantungkan ucapanku. Tidak tahu harus mengatakan apa.

Lucas membelai pucuk kepalaku, ada hal aneh yang kurasakan saat tangannya itu menyentuh bagian tubuhku. “Jangan memendam semuanya sendiri, Diana. Bicarakan saja padaku, aku akan membantumu.”

Wajahnya tidak pernah menunjukkan ekspresi berbeda selain ketenangan dan sedikit intimidasi dan hawa dingin yang dibawanya, tapi kata-katanya seperti menyelimuti ekspresi yang ingin dia tunjukan padaku. Seperti… Lucas ingin menunjukkan kasih sayangnya itu, yang telah ia janjikan padaku saat aku sekarat kemarin.

Seperti ia ingin memberikan dunia dan isinya hanya agar aku merasa nyaman.

Bisakah aku meminta kau mengembalikanku ke tempat asalku? Bagaimana dengan permintaan yang seperti itu?

 

**

 

Satu hari aku sedang berjalan-jalan di depan istana. Seluruh tanah sudah tertutupi salju, beruntungnya ketinggian salju tidak terlalu mengganggu, dengan pakaianku yang bergelembung ini, cukup memudahkanku berjalan-jalan sambil melatih otot-otot tubuh dan perutku yang mulai terasa baik-baik saja. Ada Nara dan Alpha juga dua ksatria yang mengikutiku dari belakang. Tentu saja aku masih belum menerima kehidupanku di tempat ini. Aku hanya sedang mencari ketenangan di luar istana dan mungkin saja ada sesuatu yang bisa membuatku menerima keadaanku sekarang.

Biar bagaimana pun, aku tidak pernah bermimpi menjadi ratu, atau menikah dengan seorang raja, atau apapun yang berkaitan dengan dunia ini. Siapa bilang menjadi penguasa dan memiliki segalanya adalah hal yang paling menyenangkan di dunia ini?! Tidak sama sekali! Aku hanya ingin menjadi manusia biasa, itu sudah cukup!

Hahhh… Mau marah atau memukul seseorang juga tidak akan membuatku kembali, benar-benar tidak ada gunanya sama sekali.

Di tengah-tengah kekacauan pikiranku, perhatianku teralihkan pada keributan di gerbang istana, akupun menghampirinya. Di sana sudah ada dua ksatria yang menghalangi seseorang, begitu aku lihat siapa yang mereka halangi, aku dikejutkan dengan kemunculan Nyonya Olivia yang jauh dari ingatanku.

Pakaiannya sangat lusuh, wajahnya juga tidak lagi angkuh dan bahkan terlihat jelas tonjolan tulang pipinya, matanya sayu dan ada sedikit luka di kedua pergelangan tangannya. Keangkuhan dan rasa permusuhannya dulu sudah menghilang entah kemana dan berganti dengan rasa putus asa. Keadaannya benar-benar berantakan sampai bekas kebangsawanannya itu seperti tidak pernah ada padanya.

“Biarkan aku bertemu Lucas,” ucapnya dengan nada memohon dan pasrah.

“Yang Mulia tidak bisa bertemu dengan siapapun,” tolak salah seorang ksatria cukup kasar.

“Biarkan Nyonya Olivia masuk,” ucapku.

Kedua ksatria tadi memberi hormat padaku dan melepaskan genggaman mereka pada lengan Nyonya Olivia. Lucas memang sedang tidak ada di istana, tapi sepertinya ada hal yang bisa dijelaskan Nyonya Olivia padaku tentang keadaannya, itupun kalau dia mau berbicara denganku.

Setelah Nara dengan enggan mengobati luka di lengan Nyonya Olivia, tapi dia juga melarangku mengobati Nyonya Olivia, aku menggeser secangkir teh hangat padanya. Alpha dan beberapa ksatria sedang berbaris di sekitar kami meskipun aku tidak bisa dengan jelas menemukan keberadaan mereka, tapi kemunculan Nyonya Olivia seperti musuh yang bisa menikamku kapan saja. Lagipula, tidak ada Lucas di istana, sedikit saja aku bisa menggunakan posisiku untuk membawa Nyonya Olivia ke ruang makan dan berbincang dengannya.

“Nyonya…” Aku sedikit bingung bagaimana memulai percakapan kami. Sudah berapa lama aku tidak melihatnya, dan yang lebih parah, apa yang sudah terjadi padanya.

Tiba-tiba saja Nyonya Olivia menggenggam tanganku dan air mata mulai meluncur dari matanya, “Yang Mulia, tolong aku… tolong lepaskan Cecilia… kumohon… tolong aku…”

Ingatanku meluncur pada beberapa minggu lalu, saat Alpha mengatakan sesuatu soal penangkapan seseorang, apa mungkin yang mereka tangkap itu Cecilia? Lucas benar-benar menangkap seluruh orang yang mengkhianatinya? Sampai orang-orang yang memiliki garis keturunan yang sama sekalipun?

“Nyonya, apa yang sebenarnya terjadi? Aku… aku tidak pernah melihat Cecilia datang kemari.”

“Cecilia sudah menghilang berminggu-minggu, aku menyadari ia tidak ada di rumah kami setelah demamku turun. Aku mencarinya di Daerah Perbatasan, tapi tidak ada satupun yang mau menolongku. Jadi aku… aku berjalan kemari dan meminta Lucas melepaskannya. Aku tahu Cecilia datang ke kota, dan ia pasti tertangkap oleh Lucas.”

Aku tidak menjawab apapun, yang kulihat di hadapanku hanya seorang wanita tua yang sudah kehilangan cahaya di hidupnya. Hidupnya seperti sudah hancur dan berantakan. Aku tahu ada penjara di Kota Xavier, tapi aku tidak tahu pasti di mana lokasinya. Lucas juga tidak pernah membicarakan soal penjara itu padaku, baik saat aku sadar maupun saat aku pura-pura sekarat dulu. Sebaiknya aku meminta Lucas membebaskan Cecilia.

Nyonya Olivia menggeser benda yang sejak tadi digenggamnya ke arahku, cincin berlian yang cukup besar tiba-tiba saja ada di hadapanku. “Yang Mulia, hanya ini satu-satunya yang kupunya, tolong bantu aku melepaskan Cecilia, sudah tidak ada lagi yang tersisa dariku. Cecilia satu-satunya keluargaku sekarang, aku tidak bisa kehilangan yang satu itu.”

Aku mengembalikan cincin itu pada Nyonya Olivia, “Tolong simpan benda ini, Nyonya. Akan kucoba bicarakan ini dengan Lucas. Ia pasti tahu di mana Cecilia di kurung."

Aku bukannya bertingkah seperti pahlawan atau memiliki kecenderungan untuk bertingkah seperti orang baik dan mulia. Aku juga bukannya terbujuk oleh kata-kata Nyonya Olivia soal ketidak tahuannya soal rencana Tuan Daniel yang menusuk perutku. Hanya saja, melihat Nyonya Olivia yang begitu angkuh tiba-tiba saja menunduk berulang kali di hadapanku, juga keadaannya yang jauh dari kata baik-baik saja, rasanya fakta itu bisa menguatkanku jika Nyonya Olivia dan mungkin Cecilia tidak tahu menahu soal rencana Tuan Daniel.

Apalagi mendengar cerita Alpha jika istana bekas tempat Keluarga Barton masih dipenuhi beberapa barang milik Nyonya Olivia dan Cecilia, bukankah mereka benar-benar dipaksa kabur tanpa uang sepeser pun?

Sebelum Nyonya Olivia pulang, aku memberikan beberapa makanan dan koin juga meminta ksatria mengantarnya pulang dengan selamat. Dan mengancam mereka untuk tidak melakukan sesuatu padanya, aku hanya khawatir. Tebak bagaimana reaksi Nyonya Olivia? Dia menangis dan hampir memeluk kakiku, tentu saja aku mencegahnya, aku tidak suka dengan tindakan seperti itu, rasanya terlalu berlebihan saja, apalagi dilakukan padaku. Kemarahan Lucas bisa membuatnya melakukan apapun yang menyeramkan, semua orang tahu itu. Aku takut sesuatu yang sangat buruk terjadi pada Cecilia.

 

**

 

Lucas sedikit membanting pintu kamarku. Wajahnya benar-benar sarat akan kemarahan yang kentara. Jubah yang sebelumnya disampirkan di bahunya pun terlempar bebas jatuh ke atas kasur. Ia segera duduk di hadapanku dengan tatapannya yang tajam dan dingin.

“Kenapa kau membiarkan Nyonya Olivia masuk ke istana? Dan bertemu dengannya. Kau lupa siapa yang membuatmu tak sadarkan diri berbulan-bulan?!”

Aku menahan ledakan di dalam diriku dan mencoba setenang mungkin berhadapan dengan singa yang mengamuk ini. “Nyonya Olivia datang kemari berjalan kaki dari Daerah Perbatasan awalnya untuk menemui Anda, tapi hanya ada saya di istana jadi—“

“Diana! Apapun alasan Nyonya Olivia datang kemari, aku tidak menerimanya. Aku juga tidak suka kau menemuinya, aku sudah mengusir orang-orang Barton itu dari istana, maka jangan sembarangan kau membawa mereka kembali.”

“Nyonya Olivia datang bukan untuk kembali ke istana!” Aku mulai naik pitam.

“Aku tidak mau mendengar apapun Diana, sebaiknya kau beristirahat, akan kuperketat keamanan di sekitar istana.”

Belum selesai aku menyampaikan permintaan Nyonya Olivia tadi siang, Lucas seolah-olah sedang memaksaku untuk tetap tinggal di kamar sementara ia ‘memburu’ siapapun yang terlihat mencurigakan. Ia kembali berdiri dan melangkah menuju pintu.

Aku terburu-buru menyusulnya dan menahan tubuhnya itu agar berbalik lagi menghadapku, “Nyonya Olivia datang kemari untuk mencari Cecilia. Yang Mulia pasti tahu bukan keberadaan Cecilia?” tanyaku.

Lucas sepertinya tidak mengendurkan amarahnya itu, matanya masih menatap intens ke arah mataku, seperti tombak runcing yang sudah diasah tajam dan siap menghunuskannya ke kedua bola mataku.

“Tolong biarkan Cecilia bebas dan kembali pada Nyonya Olivia?”

“Tidak!”

Aku kehilangan kata-kata. Penolakan Lucas sangat jelas dan tegas.

“Nyonya Olivia dan Cecilia tidak ada hubungannya dengan penyerangan yang dilakukan Tuan Daniel waktu itu.” Aku mencoba membujuknya lagi.

“Diana, jangan naif. Bagaimana kau begitu yakin jika mereka tidak tahu rencana Daniel untuk membunuhmu?”

“Karena keadaan Nyonya Olivia dan Cecilia sangat kacau. Mereka bahkan tidak membawa barang apapun dari istana. Mereka dibuang oleh Tuan Daniel.”

“Cukup Diana! Jika kau membahas mereka lagi, bukan hanya Cecilia, tapi aku juga akan mengurung Nyonya Olivia.”

Bukan! Bukan begitu cara kerjanya, kenapa ia malah membuat orang lain masuk ke dalam penjara juga?! Orang ini benar-benar ya…

“Yang Mulia… Yang Mulia…” Aku mengejar Lucas yang sudah pergi keluar kamar. Lucas masih berpura-pura tidak mendengarkanku.

“Yang Mulia, saya mohon…”

Lucas tiba-tiba berhenti berjalan dan berbalik ke arahku. “Kau tahu Diana, setelah sekian lama, aku senang akhirnya kau bisa membuka suara dan berbicara lagi denganku seperti ini meskipun rasanya masih tidak sama.” Aku terpaku, tidak mengerti maksud dari ucapannya. “Tapi aku merasa ini semua tidak adil. Aku yang selalu ada di sampingmu, aku selalu mendukungmu, aku yang selalu memperhatikanmu, memberikan segalanya bagimu tapi tidak pernah seharipun kau berada di sisi yang sama denganku. Semakin hari kau semakin jauh dariku, Diana…”

Apa maksudnya? Jelas-jelas aku bersikap seperti Diana sebelum ingatan soal kehidupanku sebagai Tiara muncul.

“Aku tidak begitu…” gumamku.

Lucas berjalan ke arahku tanpa kusadari, tiba-tiba saja sosoknya hanya tinggal beberapa senti dariku. Secara insting aku memundurkan langkahku. Lucas dengan sigap menangkap salah satu tanganku dan menarikku hingga tubuh kami bertubrukan. Tangannya yang lain sudah melingkari lekuk pinggangku. Kepalanya sedikit dimiringkan dan mulai mendekati wajahku.

Jantungku lagi-lagi hampir lolos dari tempatnya, dengan cepat aku mendorong tubuhnya sehingga genggaman Lucas terlepas semua. Kepalaku sedikit kehilangan kesadaran sebelum akhirnya bisa mengendalikan kejadian barusan. Wahhh… walaupun aku istrinya tapi… tapi yang tadi itu terlalu mendadak, apalagi aku…

“Begitu.”

“Hm?”

“Kau memang sengaja menjauhiku.”

“Sa-saya harap Yang Mulia segera membebaskan Cecilia.”

“Aku juga tetap pada pilihanku, Diana. Hentikan perbincangan kita soal Cecilia, aku tidak ingin mendengar ini lagi ke depannya. Jika kau masih keras kepala membicarakan ini, aku benar-benar akan membuang Cecilia dalam keadaan tak bernyawa.”

Inilah, si raja sadis Kerajaan Xavier. Apa katanya? Dia mencoba menakut-nakutiku?! Mengamcamku dengan kalimatnya yang seperti tidak peduli dengan nyawa orang lain!!! Si gila ini sudah sangat kelewatan!!!

“Ughhh!!!” Aku berkacak pinggang dan melemparkan sepatuku ke arahnya secara asal, “Bisa gak sedikit aja kau memikirkanku juga?! Memikirkan keadaan da posisiku yang berbanding terbalik dalam semalam! Aku dibebankan dengan tugas dan peranku sebagai ratu. Sebelum kau memaksaku untuk membantumu, hidupku masih baik-baik saja, dan sekarang tiba-tiba saja banyak ancaman yang mengarah padaku. Mereka dengan gampangnya mengarahkan pedang itu padaku, aku merasa tercekik bahkan saat terbangun di pagi hari! Bisakah kau memikirkan hal itu juga? Aku tidak pernah berharap menjadi ratu, dan tiba-tiba saja dalam semalam aku berubah menjadi orang yang tidak lagi kukenal.”

“Aku ketakutan... Aku tidak punya siapa-siapa di sini. Aku ingin pulang… aku ingin kembali dan hidup biasa-biasa saja… aku berusaha bertahan sendirian karena kau tak pernah menunjukkan segalanya padaku! Aku juga manusia biasa… Menikah dengan keadaan rumah tangga yang sangat berantakkan saja sudah membuatku ingin mundur teratur, tapi aku tidak bisa. Bahkan, bagaimana aku bisa mengenali perasaanku jika aku sendiri tidak mengenal siapa aku. Aku benar-benar ketakutan dan kebingungan di waktu yang bersamaan.”

Air mata meleleh dari mataku, semua beban yang selama ini tersimpan akhirnya tumpah ruah di depan Lucas. Bahkan beberapa kalimat acak tanpa sadar aku keluarkan tanpa mengerti sedikitpun apa maksudnya.

Aku berjalan lunglai kembali ke kamarku, tidak mau tahu apa yang terjadi pada kami berdua selanjutnya. Menikah, menjadi seorang ratu, terancam dibunuh, dan sekarat selama tiga bulan, kemudian menemukan fakta jika aku tidak bisa kembali pada kehidupan normalku. Bahkan orang kuat pun bisa menjadi gila dengan rentetan peristiwa semacam itu.

 

**

 

Berbeda seperti aku yang biasanya, malam ini mataku masih belum juga mengantuk. Aku melirik jendela kamar dengan hujan salju sebagai pemandangannya. Ruangan ini memiliki pencahayaan yang redup, satu-satunya sumber cahaya hanyalah langit malam itu. Pikiranku masih menjelajah entah kemana, kantuk dan juga ranjang yang empuk masih belum juga memberikan kenyamanan untuk membuatku masuk ke alam mimpi. Sebanyak apapun aku tertidur, pada akhirnya aku kembali di kamar mewah ini setiap paginya.

Sebenarnya dosa apa yang telah aku lakukan? Sebesar apa? Dan siapa orang bodoh yang membuatku menderita begini? Sepertinya dia memang punya maksud jahat dan dendam kesumat tujuh turunan hingga membuatku harus kembali menderita. Sepertinya begitu. Sepertinya… mungkin…

Dari arah belakang, aku mendengar suara pintu terbuka lalu tertutup kemudian, aku sedikit khawatir jika pembunuh bayaran masuk ke kamarku dan membunuhku diam-diam, tapi dipikir-pikir lagi, hanya orang yang tidak sayang nyawanya yang berani menghampiri kandang singa begini.

Orang itu duduk di sisi ranjang yang bersebrangan denganku, aku memunggunginya dan berpura-pura sedang tertidur. Melihat keadaan istana ini, hanya satu orang yang berani keluar masuk kamarku tanpa mengetuk atau ijin terlebih dahulu.

“Diana.” Suara Lucas sepenuhnya memasuki indra pendengaranku yang sebelumnya hanya mendapati kesunyian malam. Aku tidak menjawab, tentu saja. Keadaanku sedang begitu buruk sampai-sampai aku bisa bertengkar lagi dengannya tanpa alasan.

“Kukira kau tidak akan tersiksa. Aku memang belum pandai membuatmu nyaman, keadaan ini pastinya tidak pernah kau bayangkan. Maafkan aku yang tanpa sadar menyeretmu pada kondisi terburukmu, aku sampai lupa jika kau juga bisa selemah ini. Maafkan aku… sungguh, maafkan aku Diana... Aku tetap tidak bisa melepaskanmu lagi, walaupun rasanya menyeramkan bagimu, tapi aku ingin menyimpanmu untukku seorang. Kumohon… tetaplah tinggal…”

Aku mendengarkan dengan membisu, tidak merasakan gerakan dari ranjangku, tapi rasanya ada lengan yang memeluk pinggangku dengan lembut dan pelan. Ada hawa panas tepat di belakang telingaku, tak lama aku bisa merasakan sesuatu mengenai keningku dan usapan singkat di helaian rambutku. Dalam keadaan mata yang tertutup aku mungkin bisa menebak apa yang dilakukan Lucas sebelum guncangan kecil terasa di ranjangku dan diikuti suara pintu yang terbuka dan tertutup sekali lagi.

Suara Lucas begitu lirih, ia tidak pernah terdengar seperti itu sejauh aku berbicara dengannya, atau saat dia bercerita ketika aku pura-pura sekarat. Kecuali saat-saat aku tidak melihatnya, seperti tadi. Ada rasa nyeri di sekitar rongga dadaku, aku menggaruk leherku yang tidak terasa gatal, rasanya seperti sengaja meledakkan balon seorang anak kecil untuk menjahilinya, dan baru mengetahui jika balon itu ternyata hadiah yang akan diberikan anak kecil itu pada kita. Aku, merasa bersalah, cukup besar porsinya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Menuntut Rasa
491      373     3     
Short Story
Ini ceritaku bersama teman hidupku, Nadia. Kukira aku paham semuanya. Kukira aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku jauh dari itu.
Kala Senja
35374      4957     8     
Romance
Tasya menyukai Davi, tapi ia selalu memendam semua rasanya sendirian. Banyak alasan yang membuatnya urung untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Sehingga, senja ingin mengatur setiap pertemuan Tasya dengan Davi meski hanya sesaat. "Kamu itu ajaib, selalu muncul ketika senja tiba. Kok bisa ya?" "Kamu itu cuma sesaat, tapi selalu buat aku merindu selamanya. Kok bisa ya...
Surat untuk Tahun 2001
5482      2201     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...
She Is Mine
385      259     0     
Romance
"Dengerin ya, lo bukan pacar gue tapi lo milik gue Shalsa Senja Arunika." Tatapan Feren makin membuat Shalsa takut. "Feren please...," pinta Shalsa. "Apa sayang?" suara Feren menurun, tapi malah membuat Shalsa bergidik ketakutan. "Jauhin wajah kamu," ucapnya. Shalsa menutup kedua matanya, takut harus menatap mata tajam milik Feren. "Lo pe...
Fallin; At The Same Time
3295      1465     0     
Romance
Diadaptasi dari kisah nyata penulis yang dicampur dengan fantasi romansa yang mendebarkan, kisah cinta tak terduga terjalin antara Gavindra Alexander Maurine dan Valerie Anasthasia Clariene. Gavin adalah sosok lelaki yang populer dan outgoing. Dirinya yang memiliki banyak teman dan hobi menjelah malam, sungguh berbanding terbalik dengan Valerie yang pendiam nan perfeksionis. Perbedaan yang merek...
Pupus
438      293     1     
Short Story
Jika saja bisa, aku tak akan meletakkan hati padamu. Yang pada akhirnya, memupus semua harapku.
Kutu Beku
376      251     1     
Short Story
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang berusaha dengan segala daya upayanya untuk bertemu dengan pujaan hatinya, melepas rindu sekaligus resah, dan dilputi dengan humor yang tak biasa ... Selamat membaca !
Under The Darkness
59      56     2     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
MAHAR UNTUK FATIMAH
565      422     2     
Short Story
Cerita tentang perjuangan cinta seorang pria dengan menciptakan sebuah buku khusus untuk wanita tersebut demi membuktikan bahwa dia sangat mencintainya.
Today, After Sunshine
1825      770     2     
Romance
Perjalanan ini terlalu sakit untuk dibagi Tidak aku, tidak kamu, tidak siapa pun, tidak akan bisa memahami Baiknya kusimpan saja sendiri Kamu cukup tahu, bahwa aku adalah sosok yang tangguh!