.
.
.
Memperhatikanmu diam-diam
.
.
.
Saat itu aku bangun dengan rasa penasaran. Kompresan di bahuku sudah tidak ada, juga luka di pelipisku sudah diganti perbannya. Begitu aku keluar untuk mengecek siapa yang melakukannya, di depan pintu kamarku ada Alpha yang sedang terkejut sambil membawa wadah berisi air dan kain handuk, juga kotak obat. Padahal aku tidak pernah meminta siapapun untuk bekerja pada malam hari, tapi sepertinya Alpha melakukan itu diam-diam sewaktu aku tertidur.
Tapi berkat perlakuan Alpha yang diam-diam itu, bahuku lebih sehat sekarang. Walaupun jika aku mengangkat tanganku tinggi-tinggi, rasa pegalnya masih terasa, ini lebih baik sebenarnya.
“Yang Mulia, ada apa? Sejak tadi diam saja.” Nara menginterupsi lamunanku.
“Oh, maaf Nara,” kataku yang entah kenapa meminta maaf padanya. Kemudian aku melanjutkan sarapanku.
“Apa bahu Yang Mulia masih sakit? Apa perlu saya kompres lagi?” tanyanya sedikit cemas.
“Tidak perlu, sudah tidak apa-apa. Aku cuma banyak pikiran saja,” jawabku.
“Yang Mulia, tolong jangan seperti ini lagi. Ada saya di samping Anda, jika ada sesuatu yang harus dikerjakan, biar itu jadi urusan saya. Saya sampai tidak bisa tidur ketika Yang Mulia terluka.”
Aku tersenyum canggung. Nara jadi satu-satunya orang yang paling kaget dengan kejadian pot itu, ia sampai mimisan karena hampir lima hari dia tidak tidur dan hanya duduk di kamarnya. Aku memang melarangnya untuk datang di jam tidur, itu supaya Nara tidak bekerja dan hanya istirahat saja. Untuk mengambil air jika aku kehausan tengah malam tidak perlu sampai membunyikan lonceng, aku bisa sendiri.
“Namanya juga musibah.” Aku juga tidak tahu jika ujungnya tetap Diana yang terluka, meskipun tidak separah yang ada di dalam novel sih.
Pintu kamarku di ketuk, saat Nara membukanya, seorang ksatria istana memintaku untuk datang ke ruang kerja Lucas setelah jam sarapan.
Kenapa lagi sekarang? Sudah hampir seminggu setelah kejadian itu, aku tidak melihat Lucas, sebuah ‘me time’ yang menyenangkan. Sering-sering bertemu dengannya, kadang membuatku ingin mencakar wajahnya!
**
“Pengurus istana akan kuganti, Nyonya Olivia tidak perlu lagi mengurusinya.” Begitu kata Lucas ketika rapat di ruang kerjanya pagi menjelang siang.
“Yang Mulia, ada apa ini?” tanya Nyonya Olivia yang tentu saja sangat terkejut dan tersirat keberatan yang cukup kentara.
“Anda sudah sibuk menemani Tuan Daniel, saat ini Tuan Daniel sering menghabiskan waktunya ke luar istana dan memantau perbatasan, Anda akan sangat kewalahan jika tetap mengurus istana.”
Kehadiranku hanya pelengkap kursi yang jumlahnya lima ini, sejak dulu aku tidak pernah ikut andil atas apapun yang diucapkan Lucas maupun wewenang yang ia berikan. Memang sih tidak seperti di dalam novel, walaupun sebagai figuran, aku masih diminta untuk datang ke rapat keluarga kerajaan, tapi aku lebih senang jika aku tidak pernah dilibatkan setiap ada rapat keluarga kerajaan seperti ini.
Nyonya Olivia akhirnya menyerah, ia mengiyakan ucapan Lucas. Sebenarnya, di akhir novel, berkat kekuasaan Nyonya Olivia terhadap semua pelayan di istana, membuat Keluarga Barton lebih mudah untuk menurunkan Lucas dari tahtanya, sebelum kudeta yang dilakukan Tuan Daniel.
“Jika seperti itu, lalu siapa yang akan mengganti saya, Yang Mulia?” tanya Nyonya Olivia.
“Diana.”
Mendengar namaku dipanggil, aku melihat ke arah Lucas yang juga tengah menatap ke arahku.
“Hm?” Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, kemudian melihat ke arah setiap anggota keluarga Barton. “Aku?”
“Cecilia sepertinya bisa menangani pekerjaan ini, Yang Mulia.” Kini Tuan Daniel mulai angkat suara.
“Cecilia sudah sibuk menemaniku. Aku tidak akan membahas hal ini lagi, masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan.”
Lucas pergi begitu saja dengan beragam kekakuan yang ia berikan untuk kami. Aku yang baru sadar telah terjadi sebuah kekacauan, akhirnya pergi dari ruangan itu lalu menyusul Lucas.
“Lucas! Lucas!”
Aku mengejar si brengsek itu yang sudah jauh melangkah, kakiku dibuat harus sedikit berlari untuk mengejarnya, hingga akhirnya aku bisa menangkap salah satu lengannya dan memaksa dia untuk berhenti. Aku terengah-engah mengejarnya, lalu setelah semuanya mereda aku kembali memanggil namanya.
“Lucas!”
“Ini pertama kalinya kau memanggil namaku setelah kau sadar,” katanya. Apaan sih, gak jelas!
“Kau mengatakan omong kosong setelah ucapanmu barusan? Apa maksudnya membuatku jadi pengurus istana besar ini?” tanyaku.
“Kau juga protes?”
“Iyalah, kau pikir untuk apa aku mengejarmu?”
“Aku menyuruhmu menjadi pengurus istana agar aku bisa memantau gerak-gerikmu.”
“Apa maksudmu?”
“Aku tahu ada seseorang yang berusaha mencelakaiku, dan kau satu-satunya orang yang paling aku curigai. Jadi, selagi aku mencari tahu siapa pelakunya, lakukan tugasmu itu dan buat aku percaya jika kau tidak berusaha untuk mencelakaiku.”
“WAH!!!”
Aku tidak percaya dengan ucapannya. Aku memukul lengannya yang tadi aku tangkap. “Seumur hidup aku tidak pernah mengenal orang paling menyebalkan sepertimu. Penjarakan saja aku sekalian!!!”
Aku pergi meninggalkannya dengan amarah yang meletup-letup. Kakiku kehilangan keseimbangannya ketika berjalan, ternyata salah satu hak sepatuku copot.
“Ih!!! Apalagi sih!!!” Dengan kesal aku melepas kedua sepatuku lalu melemparnya ke arah dinding. Segala yang berhubungan dengan Lucas brengsek itu selalu membuatku naik pitam. Dasar brengsek!
**
“Mulai hari ini, aku yang akan mengatur semua isi istana. Mohon bantuannya ya.” Begitu kataku setelah menutup sedikit pidato untuk memperkenalkan pada seluruh pelayan istana bahwa ada sedikit perubahan di sini.
Aku tak melihat perubahan dari wajah mereka, semua memberi hormat padaku. Sebenarnya agak canggung berbicara di depan banyak orang seperti ini, apalagi mereka menghormatiku karena julukan Ratu Kerajaan, padahal sebenarnya aku kan cuma manusia biasa.
“Yang Mulia, minggu depan Keluarga Cadis dari Kerajaan Emeralt akan datang bertamu,” ucap Michael, kepala pelayan yang usianya mungkin sama dengan ayah Diana.
“Begitu ya? Karena aku tidak tahu apa saja yang harus kita siapkan untuk menyambut tamu kerajaan, tolong bantu aku ya, Michael. Mungkin ada laporan beberapa tahun terakhir yang bisa aku baca, bisa tolong kau siapkan?” ucapku.
“Baik Yang Mulia.”
Setelah makan siang, aku membaca laporan yang diserahkan Michael. Pertemuan dengan Kerajaan Emeralt adalah pertemuan rutin antar dua kerajaan yang sudah menjalin kerjasama hampir satu abad ini. Perjamuan yang dilaksanakan saat makan siang ini sebenarnya hanya makan siang biasa, tapi Lucas dan Raja Emeralt selalu membahas kerjasama mereka setelahnya. Kurang lebih, ini seperti mempererat hubungan dua negara, setelah makan siang.
“Guci berlapis emas dari pertambangan wilayah Fleur, piring dan mangkuk dari pengrajin kerang di Pantai Selska, alat-alat makan lainnya yang dibuat dari tembaga khusus kerajaan.”
Aku menatap ke arah Michael setelah melihat deretan barang-barang yang tahun kemarin diminta oleh Nyonya Olivia.
“Biasanya Nyonya Olivia juga memasang karpet dengan benang emas juga sutra sebagai bahan dasarnya dari kepulauan Inland.”
“Bukan, bukan itu maksudku. Memangnya kita harus menyambut tamu dengan kemewahan seperti itu ya? Katanya ini kan cuma makan siang biasa, maksudku, bukannya lebih nyaman jika kita makan bersama dengan keadaan yang lebih sederhana?”
“Nyonya Olivia bilang kita harus menonjolkan kelebihan Kerajaan Xavier pada kerajaan lain.”
“Tapi bukannya barang-barang ini juga susah dicari? Harganya juga pasti tidak murah.”
“Kami mencoba sebaik mungkin untuk mendapatkannya.”
“Kalian pasti kerepotan.”
Aku menarik napasku, meregangkan leherku yang kaku. Lalu memutar otak untuk mencari cara yang lebih sederhana agar acara nanti berjalan lancar, tapi juga tidak merepotkan para pelayan.
“Apa ada yang ingin Yang Mulia tambahkan? Mungkin lukisan langka burung merak yang katanya akan dijual besok? Saya akan berusaha mendapatkannya.”
“Tidak, tidak, tidak usah. Memangnya istana ini tidak ada barang berharga atau apapun yang bisa mempercantik suasana ruangan?”
“Ada Yang Mulia, tapi barang-barang itu sudah tua, saya takut tidak ada yang cocok dengan selera Anda.”
Aku menggelengkan kepalaku, “Kita bisa mencari dan pasti akan menemukan barang yang cocok untuk acara nanti. Sekarang, lebih baik kita persiapkan hidangan apa saja yang akan disajikan, kita bisa melakukannya dengan baik tanpa harus merepotkan diri, kan.”
“Baiklah kalau begitu, saya akan minta para koki untuk mempersiapkan hidangan mereka, dan juga saya akan meminta beberapa pelayan untuk mengambil barang-barang yang ada di gudang.”
“Bukankah lebih baik aku juga ikut, kita akan mencarinya di gudang bersama.”
“Tapi Yang Mulia, mungkin gudang akan kurang nyaman untuk Yang Mulia.”
“Tidak apa-apa, aku juga harus ikut membantu.”
“Tapi Yang Mulia…”
“Sudah, sudah, tidak apa-apa. Aku akan menyusulmu nanti.”
“Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu Yang Mulia.”
Salam Hangat,
SR
ig: @cintikus
@sylviayenny thank youuuu :)
Comment on chapter #1