Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hamufield
MENU
About Us  

Tokyo

 

Jun Su membuka matanya perlahan. Pemandangan kamar Chang Min samar-samar terlihat. Ia sudah mulai terbiasa dengan itu.

Bahkan tanpa melihat jam, Jun Su tahu waktu di Tokyo sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Jun Su tersenyum pada ingatannya di Hamufield semalam. Ia tahu seharusnya ia bangun lebih awal sebagai tamu di kediaman Chang Min, tapi ia tidak bisa menahan dirinya untuk bersenang-senang semalaman di pesta ulang tahun Yun Ho.

Jun Su merenggangkan otot-ototnya dan memandang ke sekeliling. Chang Min tidak terlihat di kamar itu, suaranya juga tidak terdengar. Apartment besar itu benar-benar terasa sunyi dibandingkan kegilaan pesta di pub milik Duke semalam.

Senyum Jun Su segera melihat kursi roda sudah berada di samping ranjang. Jun Su percaya ia sudah bisa berjalan tanpa kursi roda, tapi Chang Min memperlakukannya seperti bayi.

 

 

 

Chang Min sedang terlalu asik dengan ponselnya, tidak menyadari Jun Su yang berjalan pincang ke arahnya.

 

Dari: James

Akhirnya party lagi! Ada apa denganmu? Orang-orang sudah menunggu undanganmu!

 

‘Dasar.’ Chang Min tertawa kecil melihat balasan James untuk undangan pestanya malam ini. Pesta yang ia adakan setiap Sabtu itu sudah seperti gathering rutin.

 

Untuk: James

Aku sibuk dua minggu terakhir.

 

Dari: James

Baiklah, jadi minuman apa yang ingin kubawakan malam ini?

 

Chang Min terdiam dengan pertanyaan James. Pikirannya segera tertuju pada tamu yang sudah menginap di tempatnya selama lebih dari dua minggu itu. ‘Apa dia bisa minum? Apa yang dia suka? Beer? Wine? Whisky?’ Chang Min bengkit dari sofa ruang tengahnya, ingin bertanya langsung pada Jun Su, tetapi matanya segera melebar melihat anak yang ia tuju sudah berdiri tak jauh darinya.

“Jun Su?” Chang Min masih mengamati laki-laki yang tersenyum lebar padanya itu. “Hey, kenapa kau tidak memanggilku untuk membawamu turun? Bagaimana dengan kakimu?” Chang Min segera terlihat panik setelah menyadari laki-laki itu tidak menggunakan kursi rodanya.

Jun Su menghela nafas dengan lelah, “Bukankah sudah kubilang aku sudah sembuh?”

Chang Min menghela nafasnya, tidak ingin berdebat dengan teman sekelasnya itu. “Kau pasti lapar. Kau melewatkan sarapan dan sekarang bahkan sudah jam makan siang. Dasar tukang tidur.” Chang Min menggoda Jun Su yang tertawa malu dengan kenyataan itu. “Tukang tidur.” Chang Min kembali mengejek Jun Su, sementara laki-laki itu mengaku kalah.

“Jadi, bagaimana kalau makan siang di luar?”

 

 

Chang Min merasa bersalah melihat Jun Su yang kesusahan untuk duduk di restaurant langganannya itu. “Maafkan aku, seharusnya kita makan di rumah saja.” Chang Min terlihat menyesal.

Jun Su segera menggeleng, “Aku baik-baik saja, sungguh!”

Chang Min tersenyum kecil meskipun raut wajahnya belum berubah.

“Chang Min, terimakasih sudah membantuku selama ini, dan maaf sudah merepotkanmu.” Jun Su berkata tulus meski ia terlalu malu untuk menatap Chang Min. Ia justru menatap meja di hadapannya, tidak menyadari Chang Min yang terpaku di sana; kembali merasakan kembang api dalam dirinya.

“Tidak masalah, aku se-” kalimat Chang Min terpotong oleh dering ponselnya. Chang Min menggertakan giginya dengan kesal, ingin memarahi orang yang mengganggu suasananya. Tetapi mata Chang Min melunak setelah melihat nama James di layar ponsel; ia baru ingat belum membalas pesan singkat James. Chang Min segera mengangkat ponselnya, “Hey, maafkan aku, aku akan membalas pesanmu sebentar lagi.”

Jun Su hanya mengamati Chang Min yang mengakhiri panggilannya kurang dari dua menit itu.

“Maaf,” Chang Min tersenyum kecil pada Jun Su.

“Tidak masalah.” Jun Su segera menggeleng cepat. ‘Patas dia sangat populer…’ Jun Su tersenyum kecil pada kesopanan Chang Min. Bukankah dia begitu sempurna?

“Kau suka minum? Minuman apa yang kau suka?” pertanyaan Chang Min membuyarkan lamunan Jun Su. “Karena kau pasti bisa ikut pesta malam ini, aku ingin memesankan minuman kesukaanmu.”

Jun Su melebarkan matanya, “Pesta?”

Chang Min mengangguk, “Di apartmentku, malam ini. Seperti biasa.”

Untuk beberapa saat, Jun Su tidak bisa berkata apa-apa. “Aku…” Jun Su berusaha mencari alasan untuk menolak, “Aku sudah sehat, jadi, aku akan pulang setelah makan siang ini.”

Kali ini giliran Chang Min yang melebarkan matanya, “Kenapa? Menginaplah lebih lama, lihat, kau masih kesulitan untuk berjalan ‘kan?”

Jun Su menggeleng cepat, “Aku… Aku benci keramaian.”

Suara Jun Su terdengar seperti bisikan kecil, tapi Chang Min dapat mendengarnya dengan jelas. Chang Min baru menyadari raut wajah Jun Su yang terlihat takut, hal itu membuat Chang Min segera melunak.

“Tinggalah lebih lama…” suara Chang Min terdengar pelan dan lembut. “Tidak akan ada pesta nanti malam.”

Jun Su mengangkat wajahnya dan matanya yang menerawang kini terfokus pada Chang Min; laki-laki itu tersenyum tulus padanya.

 

Untuk: James

Maafkan aku, pesta nanti malam dibatalkan.

 

Dari: James

Apa?! Kenapa?!

 

 

James menghela nafas dan memijit keningnya. Menatap layar ponsel yang hanya diam itu. Tidak ada balasan dari Chang Min.

“Jangan ganggu dia James.” Sam tersenyum kecil, membayangkan apa yang sedang terjadi pada Chang Min. Pandangannya beralih pada James yang masih menatap ponsel di hadapannya, “Kita ke club saja malam ini, ok?”

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
KETIKA SENYUM BERBUAH PERTEMANAN
536      379     3     
Short Story
Pertemanan ini bermula saat kampus membuka penerimaan mahasiswa baru dan mereka bertemu dari sebuah senyum Karin yang membuat Nestria mengagumi senyum manis itu.
Ginger And Cinnamon
7627      1679     4     
Inspirational
Kisah Fiksi seorang wanita yang bernama Al-maratus sholihah. Menceritakan tentang kehidupan wanita yang kocak namun dibalik itu ia menyimpan kesedihan karena kisah keluarganya yang begitu berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya itu membuat semua harapannya tak sesuai kenyataan.
Waiting
1726      1278     4     
Short Story
Maukah kamu menungguku? -Tobi
ATHALEA
1382      620     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
NADA DAN NYAWA
15384      2890     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Love in the Past
561      416     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.
Invisible
727      456     0     
Romance
Dia abu-abu. Hidup dengan penuh bayangan tanpa kenyataan membuat dia merasa terasingkan.Kematian saudara kembarnya membuat sang orang tua menekan keras kehendak mereka.Demi menutupi hal yang tidak diinginkan mereka memintanya untuk menjadi sosok saudara kembar yang telah tiada. Ia tertekan? They already know the answer. She said."I'm visible or invisible in my life!"
Throwback Thursday - The Novel
16319      2450     11     
Romance
Kenangan masa muda adalah sesuatu yang seharusnya menggembirakan, membuat darah menjadi merah karena cinta. Namun, tidak halnya untuk Katarina, seorang gadis yang darahnya menghitam sebelum sempat memerah. Masa lalu yang telah lama dikuburnya bangkit kembali, seakan merobek kain kafan dan menggelar mayatnya diatas tanah. Menghantuinya dan memporakporandakan hidupnya yang telah tertata rapih.
Seberang Cakrawala
122      110     0     
Romance
sepasang kekasih menghabiskan sore berbadai itu dengan menyusuri cerukan rahasia di pulau tempat tinggal mereka untuk berkontemplasi
A - Z
3025      1033     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...