Tokyo
Sabtu demi Sabtu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, Sabtu besok adalah kesempatan terakhir untuk berpesta sebelum semua anak harus terfokus dalam mempersiapkan ujian akhir semester mereka.
Chang Min menggigit bibirnya, mengamati si tukang tidur yang membereskan bukunya dengan malas. Ia hanya memberikan sebelah tangannya pada Sam dan James yang berpamitan tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada si tukang tidur. Dengan cepat, kelas itu segera kosong dan mendadak sunyi, tetapi gerakan si tukang tidur yang sangat lamban itu membuatnya masih sibuk merapikan buku dan memasukkannya ke ransel, membuat Chang Min tertawa kecil.
Tanpa pernah sadar akan tatapan Chang Min, si tukang tidur segera berdiri dari tempatnya dan berjalan keluar, tetapi gerakan cepat Chang Min membuatnya berhasil memblokir jalan anak berkacamata tebal itu dengan tubuhnya yang jauh lebih tinggi.
Si tukang tidur itu mendongak, dan pandangan mereka kembali bertemu untuk kedua kalinya. Lagi, Chang Min merasa terhipnotis dengan mata polos yang terlihat sayu itu. Membutuhkan waktu beberapa saat bagi Chang Min untuk dapat menyadarkan dirinya, “Kau tidak pernah datang ke pesta di apartment-ku, datanglah besok Sabtu.”
Chang Min masih menatap si tukang tidur yang sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun; masih menatapnya dengan mata yang sama. Chang Min merasa gugup, dan sebelum anak itu dapat melihatnya salah tingkah, Chang Min segera berbalik pergi tanpa menunggu jawaban si tukang tidur itu.
Jun Su hanya terdiam di tempatnya, memandang punggung lebar laki-laki yang berjalan keluar kelas. Ia tidak megerti kenapa orang yang tidak dikenalnya itu mengundangnya ke pesta. Wajah itu tidak asing baginya, tetapi Jun Su tidak ingat kapan dan di mana ia melihat wajah itu. Bahkan setelah hampir satu semester berlalu, Jun Su tidak tahu satu pun nama teman sekelasnya dan hanya dapat mengenali wajah beberapa orang.
Hari Sabtu datang lagi, dan kali ini Chang Min sudah menantikannya. Musik di apartment itu begitu keras, teman-temannya sudah memenuhi tempat itu dan bersenang-senang, tetapi si tuan rumah justru haya duduk diam di sofa kecil yang ia tarik sendiri untuk menghadap tepat ke pintu masuk.
James menghampirinya dan menawarkan minuman, tetapi Chang Min menolak dan kembali terfokus pada pintu di hadapannya. Ia menggoyangkan kedua kakinya dengan tidak sabaran. Chang Min tidak mengerti kenapa ia harus begitu nervous hanya karena menunggu anak itu. Si tukang tidur yang tidak juga datang malam ini…
Matahari sudah bersinar terik saat Chang Min membuka matanya. Ia mengerang dengan rasa sakit di kepalanya. Perlahan, ia berusaha bangun dari sofanya. Matanya segera menangkap sosok James yang masih tertidur tepat di sofa seberangnya. Ia juga sudah bisa mencium bau alkohol yang sudah biasa memenuhi rumahnya itu.
Chang Min segera teringat akan pesta semalam; ia terus menunggu si tukang tidur itu hingga kesabarannya habis. Ia merasa begitu marah dan kesal, lalu memutuskan untuk menenggak berbotol-botol minuman keras dari siapa pun yang menyodorinya.
Chang Min mengumpat dan memijit keningnya hanya karena mengingat kejadian semalam. Belum pernah ada yang mengabaikan undangannya begitu saja.
‘Tenangkan dirimu Chang Min… tenangkan dirimu dan fokus pada ujianmu.’ Chang Min menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
Laki-laki tinggi itu akhirnya bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamarnya, melewati Soo Bin yang tertidur di lantai dan semua kekacauan di tempat itu. Ia kembali menyeringai, ‘Pastikan nilai ujianmu bagus dan kau bisa bersenang-senang lagi semester depan, Shim Chang Min.’