Tokyo
Jun Su merenggangkan otot-otonya sembari berjalan lemas di basement kampus. Itu adalah jalan pintasnya menuju halte bus yang selalu mengantarnya pulang ke apartment mininya. Ia akhirnya dapat tersenyum setelah melewati ujian terakhirnya di semester ini. Ia sudah membayangkan berapa banyak waktu yang bisa habiskan untuk bersenang-senang di Hamufield.
Chang Min baru akan membuka pintu mobilnya saat ia menangkap sosok yang tidak asing. Teman sekelasnya itu itu masih terlihat sama dengan wajah datar dan mata yang, bagi Chang Min, memancarkan kesedihan. Sedikit banyak mengingatkannya pada Ji Hyo.
Chang Min tidak bisa menahan dirinya untuk berjalan cepat dan berdiri tepat di hadapan anak yang lebih pendek darinya itu. “Hai, butuh tumpangan?” Chang Min mengeluarkan senyum yang memberi kesan angkuh di wajah tampannya walaupun ia tidak bermaksud sombong. Ia sudah memutuskan utuk melupakan kekesalannya perihal pesta sabtu dulu.
Si tukang tidur itu hanya diam, menatapnya dengan tatapan tidak tertarik. Tanpa mengatakan apa pun pada Chang Min, anak itu melwatinya begitu saja.
Chang Min berdecak, “Aku tidak menyangka kau sangat angkuh.”
Anak itu menghentikan langkahnya, “Aku tidak bicara pada orang asing.”
Untuk pertama kalinya, Chang Min mendengar suara anak itu. Suara yang unik dan lembut yang tidak pernah terbayangkan oleh Chang Min, dan ia kembali terhipniotis untuk sesaat, sebelum akhirnya menangkap maksud jawaban si tukang tidur itu. Chang Min mengerutkan alisnya dan berbalik memandang punggung si tukang tidur yang berjalan menjauh, “Orang asing? Kita selalu berada di kelas yang sama dan kau bilang kita orang asing?”
Anak itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Chang Min. “Aku tidak merasa pernah melihatmu.”
Chang Min hanya bisa terdiam dengan wajah terkejut. Shim Chang Min; anak populer yang selalu mengadakan pesta dan menjadi incaran banyak gadis. Ia tidak percaya masih ada yang tidak tau siapa dirinya. ‘Apa anak ini bercanda?’
Jun Su membuka pintu apartment kecilnya dan tersenyum lebar. Ia segera meletakkan ranselnya dan menidurkan dirinya di lantai kayu ruang tengah yang sangat kecil.
Wajah laki-laki yang ia temui di basement kembali terbayang. Teman sekelasnya? Setelah dipikir-pikir, wajah itu memang tidak asing, tapi Jun Su tetap tidak mengingatnya. Ia tidak peduli. Jun Su segera membuat dirinya terlelap untuk bangun di Hamufield.
Chang Min tersenyum pahit dan mengertakan giginya dengan kesal. Anak itu tidak pernah melihatnya?
Chang Min kembali teringat bagaimana anak itu di kelas. Anak itu selalu melamun dan memandang ke arah luar. Apa ia benar-benar tidak mengenali Chang Min?
Kerutan di dahi Chang Min semakin dalam, setelah dipikir-pikir, ia masih belum mengetahui nama anak itu selama satu semester berlalu. Terkejut dengan realita yang baru ia sadari, Chang Min segera meraih ponselnya dan mencari kontak Ji Young, jemarinya segera bekerja dengan tidak sabar, ‘Hey, berikan aku nama lengkap semua anak Korea di kelas kita.’