"Sor, gue harus ngapain ini sama sepupu lo? Gue gak pernah ngehadapin anak autis atauㅡ ya yang sebangsanya gitu lah."
"Ajak dia jalan-jalan atau main game atau ngapain gitu kek. Intinya jagain dia selama gue pergi. Gue takut dia ngilang lagi kalo ditinggal sendirian."
"Abang lo kemana sih? Kenapa gak minta suruh jagain abang lo aja?"
"Dia gak bisa diandalin. Entar si Seungwoo malah ditelantarin lagi sama si dajjal satu itu. Udah lah Han, gue minta tolong banget karena cuma lo yang bisa gue andalkan. Gue janji gak akan lama kok perginya. Jangan lupa kasih dia makan juga."
"Lo kira dia kucing apa? Bahasa lo gitu banget."
"Ya, ya intinya jangan buat dia kelaparan. Nafsu makan dia besar banget soalnya. Udah dulu ya, gue mau ketemu papa dulu. Kalo ada apa-apa chat gue aja."
"Bayarannya jangan lupa. Traktir gue fish & chips. Titik."
Tuuut...tuuut...
"Anjir."
Sora mengumpat pada Yohan sambil menghentakkan kakinya dengan kesal, namun setelah ia pikir-pikir lagi, tak masalah juga jika hanya mentraktir Yohan fish & chips. Terlebih ia memang jarang sekali meminta bantuan kepada Yohan, jadi sesekali menyenangkan temannya setelah direpotkan olehnya tentu tidak masalah bukan?
Meskipun saat ini uang jajannya tidak banyak, untungnya ia masih punya uang tabungan sendiri yang memang khusus dipergunakan dalam keadaan genting seperti tadi. Mentraktir Yohan contohnya. Dan sepertinya, untuk kedepannya nanti uang tabungannya itu akan ia pergunakan terus untuk menghidupi kebutuhan Seungwoo.
Dan saat ini Sora tengah memantapkan dirinya untuk masuk ke dalam rumah yang sudah ditinggalkannya selama dua hari. Begitu ia menampakkan dirinya setelah membuka pintu utama, beberapa pasang mata langsung menatap tajam ke arahnya.
Papanya, mamanya, dan yang satu lagi adalah Byungchan. Sora meneguk salivanya dan memilih untuk berjalan mendekat sambil menundukkan kepalanya, takut jika akan disemprot oleh ketiga orang yang paling disayanginya ini.
"Anak mama masih inget rumah juga ternyata. Mama kira kamu kena amnesia terus lupa jalan pulang."
Suaminya hanya berdeham sambil melirik sekilas ke arah istrinya, lalu ia menyuruh istri dan anak lelakinya itu untuk pergi meninggalkan mereka berdua. Namun karena kedua orang tersebut menolak dengan alasan ingin ikut mendengar alasan Sora yang kabur dari rumah, membuat ayahnya memilih untuk mengajak Sora masuk ke dalam ruang kerjanya yang kedap suara.
Sora hanya bisa patuh dan mengikuti papanya, sedangkan mamanya dan Byungchan terpaksa mengalah sambil terus memberikan tatapan tajam mereka hingga Sora masuk ke ruang kerja papanya.
"Duduk dulu."
Sora mengangguk seperti seorang pelayan yang patuh dengan majikannya, dan ia mendudukkan dirinya di kursi yang berada tepat di hadapan papanya. Sudah seperti ingin di sidang rasanya. Sora meremas ujung bajunya sambil menunduk, memikirkan alasan yang tepat jika papanya itu bertanya tentang mengapa ia membeli apartemen baru yang harganya selangit.
"Sora, waktu kamu bilang beli apartemen pakai uang papa, awalnya papa kaget. Dan sekarang papa mau tahu alasan yang sebenarnya kenapa kamu membeli apartemen itu dan kabur dari rumah? Apa kamu bertengkar lagi dengan Byungchan?"
"Sora cuma mau belajar mandiri pah. Sora janji uangnya bakal Sora balikin, tapi Sora balikinnya nyicil."
Sora menggaruk tengkuknya sambil terkekeh pelan karena ia belum menemukan alasan yang tepat agar papanya tidak curiga. Dan ia asumsikan juga pasti Byungchan belum memberitahu kehadiran Seungwoo, terlihat dari papanya yang bahkan sepertinya tidak tahu.
"Benar hanya karena alasan ingin mandiri kamu memilih kabur dari rumah? Memangnya tidak bisa kamu bicarakan dengan papa sama mama baik-baik sebelumnya? Tingkah kamu yang kabur kemarin membuat papa sama mama shock, Sora."
"Ma-maaf pah. Sora beli apartemennya juga yang deket sama kampus kok pah. Jadi Sora gak perlu naik kendaraan umum atau nebeng si Buyung kalau mau ke kampus. Sora pengen aja gitu ngerasain rasanya tinggal sendiri, kayak temen-temen Sora yang lain. Mereka kan anak kos semua pah, jadi daripada nyari kos-kosan, mending Sora beli apartemen sekalian, biar kepake sampe nanti. Terus biar Sora juga bebas kalo mau ngajak temen-temen Sora main atau nginep. Kalo di rumah kan gak enak, takut ganggu dan ada si Buyung juga."
"Hmm, papa gak marah sebenarnya kalau kamu beli apartemen. Cuma papa menyayangkan sikap kamu yang malah seakan sedang menutupi masalah terus kabur begitu saja. Lagi pula papa memang berniat untuk membelikan kalian masing-masing satu unit apartemen nantinya. Tapi karena kamu sudah beli sendiri, jadi tinggal papa belikan buat kakakmu saja."
Sora membelalakkan matanya dan menajamkan indera pendengarannya, seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja terlontar dari papa kesayangannya ini. Sora berteriak dalam hati, ia tidak menyangka jika papanya sama sekali tidak marah setelah tahu anaknya menguras habis uang miliknya hanya untuk membeli apartemen.
"Papa merasa kamu sudah punya pacar. Dan kamu memilih buat tinggal sendiri itu biar privasi kamu tidak terganggu. Feeling papa benar tidak?"
"Eh? Eng-enggak kok pah. Sora masih single. Belum punya pacar, soalnya belum ada yang pas di hati Sora."
'Kalo aja Seungwoo normal, udah gue jadiin pacar deh. Tipe gue banget soalnya.'
"Papa tidak melarang kamu untuk dekat dengan siapa saja karena kamu sudah besar. Yang terpenting kamu harus bisa jaga diri baik-baik, jangan sampai anak kesayangan papa ini hamil sebelum menikah."
Sora mengangguk dengan pasrah sambil tersenyum getir. Pacar saja ia tidak punya, terlebih ia juga tidak mau jika ada lelaki yang dengan seenak jidat membobolnya sebelum sah.
Namun entah mengapa fantasi liar di dalam otaknya itu malah sedang merekam adegan tak senonoh dirinya dengan Seungwoo di atas ranjang. Dan sebelum kewarasannya hilang, ia langsung menampar pipinya sendiri agar segera tersadar dari pikiran kotornya, lalu memeluk papanya dengan erat.
"Jadi, Sora boleh tinggal di apartemen kan pah?"
"Iya, boleh sayang. Tapi usahakan setiap minggu kamu pulang ya? Papa tidak mau melihat mamamu khawatir."
"Ayayay kapten."
💦
"Halo Sor?"
"Seungwoo gimana? Baik-baik aja kan? Rewel gak dia?"
"Anjir beneran berasa ngurus bayi gue Sor. Lo kapan balik? Gue capek ini sumpah."
"Lo ngapain aja sama dia? Terus sekarang lagi dimana? Ini gue baru aja selesai di sidang sama papa gue. Bentar lagi gue kesana."
"Tadi gue ajak jalan aja ini sepupu lo keliling kota. Berasa kayak ngeliat surga tau gak? Heboh banget buset dah. Jujur gue malu sih karena jadi pusat perhatian orang-orang, tapi gue maklum karena gue tau dia spesial. Terus ini gue lagi di jalan pulang sambil gandeng dia biar gak kabur."
"Maaf ya gue ngerepotin lo. Soalnya gue gak tau harus minta tolong sama siapa lagi."
"Yoi santai. Yang penting fish & chips-nya jangan lupa. Lo kan anak sultan."
"Dasar! Iya-iya, nanti gue traktir fish & chips dah. Sepuas lo, asal..."
"Asal? Asal apaan? Jangan buat gue patah semangat deh."
"Kalo gue butuh bantuan lo buat jagain Seungwoo lagi, lo harus siap."
"Sialan! Mending lo sekarang cepetan balik ke apartemen deh, biar gue bisa langsung ngebo setelah lo dateng. Gue gak kuat jagain bang Wooㅡ"
Tuut... tuut...
"Loh heh? Halo? Kok tut tut? Sora? Bangsat! Dimatiin."
Sora mematikan sambungan teleponnya dengan Yohan sambil tertawa dengan keras. Setelah beberapa menit tadi keluar dari ruang kerja papanya, ia merasa sangat lega. Sangat lega karena papanya tidak memarahinya sama sekali.
Setelah selesai mengambil barang-barang yang ia butuhkan sambil berbincang sebentar dengan mamanya di kamar, Sora berniat untuk segera kembali ke apartemen, namun suara gelak tawa dari lantai bawah membuat atensinya langsung tertuju ke sana. Bisa ia lihat kakaknya itu sedang heboh bermain game dengan teman-temannya.
Ia mengenal sosok Jinhyuk karena Jinhyuk memang sahabat Byungchan semenjak awal kuliah, namun sosok satunya lagi tidak ia kenal. Lelaki tersebut hanya tersenyum seadanya, bahkan terkadang pandangannya sangat sinis pada Byungchan.
Entah karena sosok tersebut merasa jika sedang diperhatikan oleh Sora dari atas atau tidak, namun pandangan lelaki misterius tersebut langsung tertuju pada Sora yang sedang berdiri di lantai atas.
Sora hampir saja terbuai dengan senyuman manisnya dan seakan ia merasa dirinya sangat bergairah hingga ingin bermain-main dengan lelaki tersebut, namun suara gelak tawa Byungchan dan Jinhyuk yang sangat keras langsung menyadarkannya.
'Heh! Dari tadi otak gue kenapa sih? Kotor banget mikirnya.'
Buru-buru ia menepuk kedua pipinya sendiri agar tidak memikirkan fantasi liarnya yang sedang bersetubuh dengan lelaki tersebut, dan senyuman lelaki itu sontak pudar ketika kedua lelaki yang sedang asyik bermain game ini menyadarkan lamunan Sora. Karena suasana hati Sora sangat senang, ia bergegas turun ke bawah untuk menyapa teman-teman kakaknya sebelum kembali ke apartemen.
"Oh Sora? Udah lama banget ya kita gak ketemu? Apa kabar lo? Kata Buyung lo kabur dari rumah bareng cowok? Terus cowok lo mana?"
"Tolong nanyanya satu-satu dong kak Jinhyuk. Aku jadi bingung gimana jawabnya."
"Dih, sok akuㅡkamu-an, biasanya juga pake loㅡgue. Eh bentar deh. Lo beli apartemen kemarin buat tinggal bareng si orang aneh itu kan? Terus kenapa lo kesini sendirian? Orang aneh itu kemana? Kabur?"
"Dia ada di apartemen gue. Kenapa? Kangen lo?"
"Dih. Tidak ada kata kangen di kamus Buyung."
"Ekhem..."
Atensi mereka bertiga beralih pada sosok lelaki yang sejak tadi diam sambil memerhatikan Sora. Ia sengaja berdeham karena pembahasan tentang lelaki yang tidak ingin ia dengar itu mengganggu indera pendengarannya.
"Oh sampe lupa gue belum ngenalin lo ke adeknya si Buyung. Kenalin Sor, dia temen baik gue sesama model. Namanya Kim Wooseok."
Jinhyuk dengan sukarela memperkenalkan adik Byungchan ini kepada temannya, Wooseok. Jinhyuk memang sudah agak lama menekuni dunia permodelan meskipun untuk sesaat ia harus beristirahat sejenak karena harus fokus dengan skripsinya, dan selama ia menekuni dunia tersebut, ada Wooseok yang selalu menjadi teman sekaligus mentornya.
Wooseok mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis kepada Sora, dibalas oleh senyuman dan juga uluran tangan dari Sora. Keduanya saling berjabat tangan sambil tersenyum satu sama lain, dan di waktu yang bersamaan, Seungwoo tiba-tiba saja memegangi dadanya sambil berteriak karena kesakitan, membuat Yohan yang sedang bersamanya menjadi panik dan kebingungan.
'Apa kamu sedang kesakitan disana, Seungwoo? Ini belum apa-apa. Lihat saja ke depannya nanti. Aku akan membuatmu lebih tersiksa daripada ini. Apalagi jika nanti kamu sudah bisa mengingat semuanya, aku jamin kamu akan menyesal karena berkorban untuk wanita ini.'
💦