Prolog
~~Bumi 2520 Masehi ~~
Hawa dinggin tidak pernah absent. Bahkan untuk kali ini, bekas Kota terbesar di Negara ini selalu menyisakan hawa yang mencekam.
Mungkinkah benar ini akhir dari peradaban manusia dan akhir dari Bumi kita?
★★★
Reruntuhan bekas bangunan pencakar menghiasi seluruh kota B diikuti hawa dinggin yang mendesir membuat semua tergidik dibuatnya.
Seorang lelaki bersama lima rekannya, berdiri tegak lengkap dengan baju Zira yang melapisi tubuhnya serta senjata yang bersiap untuk menembak. Raut wajahnya nampak tegang menatap lurus pada Sang Ratu para Robot—Zeit.
Satu persatu para Cyborg dan Robot penjaga berjalan muncul dari balik persembunyian mereka. Kita terkepung, batin Zack sembari menengok ke kanan dan ke kiri.
'Cling...Tar....' Sebuah pistol laser lurus menempak tepat diwajah sang Ratu, membuat separuh bagian tengkorak kepala yang terbuat dari besi dan metal terlihat dengan jelas.
Zeit meluruskan kepalanya dan bibirnya tercengir sinis, "Apa yang kau lakukan Zack?" tukasnya menantang. Partikel nano kembali beterbangan menutup lubang bekas tembakan yang mengenai wajahnya.
"Kau lihat kalian hanya tinggal berenam." Kedua tangannya merentang menunjuk semua pasukan Robot dan Cyborg yang ia miliki.
Zack menatap ceruncuk pada wajah dingin didepannya dan berteriak, "Tidak peduli aku berenam atau sendiri." Zack menarik nafasnya dalam -dalam, "Namaku Zack dan aku akan menghancurkan dinasti buatanmu." Mata biru Zack berbinar penuh keyakinan dan suaranya seakan menggetarkan area disekitarnya.
Zeit tersenyum sinis, "Menghancurkan dinastiku? Apa kau yakin Zack?" Ia meluruskan tangan kanannya seakan memerintah semua pasukan untuk maju menyerang.
"Aku akan jaga sisi ini," ujar Dresta bersiap diposisi yang pas. Mereka saling membelakangi satu sama lain, kakinya membentuk sebuah sudut kuda-kuda yang kokoh.
"Jangan ada yang menembak Cyborg," ujar Zack lantang. Masing -masing dari mereka memegang pistol laser yang tidak bisa habis isinya. "Serius? sebanyak ini?" Veta menukas cepat.
"Zack benar Veta, mereka masih bisa diubah menjadi manusia," sahut Profesor Ray yang bersiap pada posisi menembak.
"Fokus pada apa yang didepan kalian." Dr. Alfredo menukas dan bersiap diposisinya.
"Apa ada yang punya ide?" Veta menoleh ke kanan dan kiri, tangannya masih pada posisi siap untuk menembak. "Para Cyborg yang ada dibarisan depan kita harus bagaimana?" lanjutnya mendesak.
"Tekan tobol di dipundak kanan kalian," sahut Dr. Alfredo. Mereka saling mengangguk dan serempak menekan tombol dipundak kanan sesuai dengan perintah dari pemimpin—Dr. Alfredo.
Sebuah jet robotic mengembang dari balik baju Zira mereka. "Fitur baru!" Seru Zack melihat jet robotic yang mulai mengangkat tubuh mereka keatas. "Okay, mari kita beraksi," sahut Dresta yang menembak tepat dititik vital salah satu Robot penjaga.
***
Gerigi roda waktu berputar mundur sebelum hari perang terakhir antara Robot dengan Manusia.
~Markas besar Zeit~
"Sial!! padahal kurang sedikit lagi," umpat Zack menggerutu kesal. Tangannya meninju keras pada tembok disampingnya.
Zack menarik kembali tangannya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Bodohnya aku seharusnya dengan rencana ini aku bisa menyelamatkan mereka."
Sinyal suara masuk ke kepala Komandan melaporkan keadaan di area yang ia pindai. "Lapor Komandan! Kami berhasil mendeteksi suhu panas di area Distrik C."
"Bagus, segera cek dan bawa pasukan untuk menangkap Zack." Komandan mengirim sinyal kepada semua Robot penjaga dan memerintahkan untuk berkumpul di Distrik C.
"Siap laksanakan," jawab serentak para Robot penjaga mendengar perintah dari Komandan.
'Tak...tak...tak...tak....' Suara langkah kaki para Robot penjaga Zeit mendekat kearah ruangan dimana Zack bersembunyi.
Oh... Tidak sepertinya alat penyamar suhu panasku sudah rusak dan mereka sudah mengetahui lokasiku, batin Zack. Mata birunya melebar—Terkejut. Zack menepuk - nepuk pergelangan tangan kirinya memastikan alat penyamarnya.
"Apa yang harus aku lakukan? ayolah Zack berpikir gunakan otakmu," gerutu Zack kesal. Tangannya menggacak - acak rambut model undercut dan langkah kaki nya tidak bisa diam ditempat.
"ZACK KELUARLAH ATAU KAU AKAN MATI DISANA!!" Teriak Dresta menarik perhatian para Robot penjaga. Ia menonaktifkan alat penyamarannya dan berlari mendekat krumunan para Robot penjaga.
"Itu bukankah suara Dresta?" ujar Zack lirih. Kakinya seketika terdiam dan kepalanya menoleh dengan sigap kearah pintu tempatnya bersembunyi.
"Hey... Robot bodoh aku punya hadiah untuk mu." Dresta berhenti tepat 3 meter dari para Robot penjaga.
Ia menekan tombol pada bom yang digenggamnya dan melemparkannya ke barisan Robot Pengawal Zeit. Para Robot Pengawal berpaling dan berusaha menembak Dresta. Melihat tembakan dari para Robot, Dresta dengan sigap menunduk dan mengaktifkan tampeng pelindung.
Bom yang dilemparkan Dresta jatuh tepat ditengah tengah krumunan para Robot dan meledak dengan cepat. Ledakan itu membuat pasukan Robot yang mengepung area Zack bersembunyi hancur. Partikel - Partikel nano dari tubuh mereka saling memisahkan diri dan berserakan dilantai.
Dresta berlari dengan cepat, memanfaatkan waktu untuk menarik Zack keluar dari persembunyiannya. "Zack kau benar benar bodoh sudah dibilang cepat keluar malah tetap diam disini," ucap Dresta setelah mendobrak tempat bersembunyi Zack.
"Bila aku keluar aku akan tertangkap," tukas Zack terburu-buru. Zack nampak sangat terkejut dan mata birunya menatap kosong Dresta yang menarik kuat tangannya.
"Maafkan aku Dresta, aku benar benar blank. Tadi... aku pikir ini waktunya aku mati," lanjutnya. Wajah Zack yang tadinya pucat kini malah menjadi ekspresi yang konyol kebinggungan.
"Dasar kau ini memang bodoh, aku kan sudah bilang untuk keluar." Dresta menutup matanya dan melipat rapi tangannya di depan dada, "Ayo... kita pergi sebelum para Robot ini menyatu kembali, kita masih punya waktu 5 menit untuk keluar dari sini."
"Hey... kalau aku keluar mungkin nasibku akan sama dengan robot ini, hancur berkeping keping." Zack menukas cepat. Dresta menarik paksa tangan Zack dan menyeret berlari bersamanya.
Langkah Zack terhenti, matanya melihat partikel partikel nano yang berserakan, "Bukan kah, Para Robot ini akan menyatu dalam satu menit?" lanjutnya. Zack menatap lurus Dresta dengan raut curiga.
"Kau ini ayo cepat kita lari." Dresta menarik kembali tangan Zack, "Kali ini mereka butuh waktu 10 menit itu berkat bom tadi, dan bila kau ikut keluar tubuhmu juga tidak akan ikut hancur seperti mereka," lanjutnya sembari lari menyeret Zack.
"Bom yang kau lempar tadi?" Zack melangkah mengimbangi tarikan kuat dari Dresta.
"Benar, bom itu akan merusak sensor mereka sehingga penyatuan tubuh mereka akan terganggu, namun tidak akan berpengaruh dengan manusia. Ayo cepat lari!!" Dresta menembak Robot penjaga yang menghalangi jalannya.
"Sebentar bagaimana dengan mereka?" Zack menghentikan langkahnya, mata birunya menatap tajam Dresta.
"Sudah kita amankan, itu berkat ulahmu yang begitu gegabah." Dresta berpaling. Tanganya bergerak mengejek Zack
"Apa!!" Zack menghentakan kakinya diatas serakan partikel nano Robot penjaga, "Maksudmu aku menjadi umpan hidup?" Wajah Zack seketika memerah karena kesal.
"Benar sekali, Cepat tidak usah banyak tanya lagi kita lanjut pergi ke persembunyian." Dresta menarik kembali tangan Zack dan mendesaknya agar mempercepat langkahnya.